25. Tidak Bahagia?

373 16 0
                                        

Apa yang dibenci kemarin, belum tentu akan menjadi hal terburuk di esok hari.

Jalanan kota malam ini sangat ramai. Kendaraan melaju membelah jalanan kota. Malam ini tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. Bintang dan bulan bersinar cerah di langit. Keindahan itu yang disaksikan oleh Keysha. Sejak kecil hingga sekarang langit adalah objek favoritnya. Sepanjang jalan gadis ini tak memalingkan wajahnya dari langit.

"Kakak Keysha lihat apa?" Seorang gadis kecil yang duduk di sebelah Keysha bertanya padanya.

Keysha menoleh ke arahnya seraya tersenyum. "Asya sayang, Kak Keysha lagi liatin langit," ucap Keysha sembari membelai pucuk kepala Asya, gadis kecil itu.

"Kenapa?" tanyanya dengan alis menyatu dan bibir yang maju.

Ekspresi Asya menggelitik perut Keysha. Tentu saja gadis itu tertawa melihat adiknya ini. Ia pun menggendong Asya dan mendudukkan Asya di pangkuannya.

Keysha mengarahkan kepala Asya ke luar jendela mobil sembari menunjuk ke arah langit.

"Lihat, bukankah langitnya indah?" tanya Keysha pada Asya.

Gadis kecil itu mengangguk polos. "Iya, langitnya berkilau kayak baju Asya." Asya memperlihatkan bajunya yang berkilau.

"Baju yang bagus," puji Keysha.

Asya menyenderkan kepalanya ke lengan Keysha. Gadis kecil itu mulai merasa mengantuk.

"Asya sayang, kamu mau makan roti?" tanya seorang wanita paruh baya sembari menolehkan kepalanya ke belakang.

"Asya ngantuk mama," jawab Asya sembari mengucek matanya tak lupa kedua tangan yang melingkar di pinggang Keysha.

Wanita itu mengulurkan tangannya hendak membawa Asya ke dalam pelukannya. Namun, Asya menolak dengan menggelengkan kepala.

"Mau sama Kak Keysha," ucapnya.

"Nggak papa Tante, Asya sama Key aja. Lagian Asya jarang main sama Keysha."

"Biarin aja, Ma. Asya juga anteng sama Keysha," ujar Aqsa yang duduk di sebelah wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah ibunya.

Alma selaku ibu dari Aqsa dan Asya hanya bisa menuruti kedua buah hatinya. Ia memberikan botol susu milik Asya pada Keysha, setelah itu ia kembali membalikkan tubuhnya.

"Kak Keysha, kita mau ke mana?" tanya Asya lirih.

"Mau ke rumah temannya Papa kamu," ucap Keysha seraya membelai pucuk kepala Asya.

"Temannya Papa perempuan apa laki-laki?" tanyanya lagi.

"Kamu ngantuk, 'kan? Kenapa masih belum tidur, huh?"

Asya yang tadinya menyandarkan tubuhnya pada Keysha, kini sudah duduk di sebelah Keysha.

"Asya mau ngobrol sama Kak Keysha aja."

Keysha terkekeh. Asya tak pernah melewatkan kesempatan mengobrol dengannya setiap kali mereka bertemu.

"Ngobrolnya nanti aja, ya? Kamu tidur aja dulu." Keysha memberikan botol susu pada Asya. Namun, gadis kecil itu malah memberikannya pada Sang Mama.

Asya menggeleng. "Asya mau ngobrol, Asya udah nggak ngantuk kok."

"Mau ngobrol apa, hm?" tanya Keysha sembari menarik hidung Asya gemas.

"Asya punya Mama, Kak Keysha kok nggak ada?" Pertanyaan yang lolos dari mulut Asya mampu membuat seisi mobil terkejut.

Axel yang sedang menyetir pun menoleh sekilas ke belakang, tempat Keysha dan Asya berada, begitupun Alex yang duduk di sebelah Axel. Alma menengok ke belakang sembari menggelengkan kepala. Sementara Aqsa menatap wajah Keysha dalam diam.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang