Gelapnya malam dan indahnya taburan bintang di langit sangatlah menenangkan. Keysha duduk di balkon kamarnya sambil membaca novel. Setelah menyelesaikan membaca, Keysha meletak kembali novel tersebut di atas meja. Dia duduk sambil memejamkan mata menikamti semilir angin dan sejuknya malam."Sampai kapan gue harus seperti ini?" tanya Keysha pada diri sendiri. Mata yang semula terpejam kini terbuka lebar.
Entah sudah berapa banyak pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Berulang kali pula ia berjanji pada dirinya untuk berdamai. Berdamai dari keadaan yang mengukungnya dalam duka yang tak kunjung hilang. Tidak tahu sampai kapan Keysha akan mengkhianati janjinya pada diri sendiri.
"Seandainya ego nggak menguasai gue. Maka kejadian itu akan menjadi mimpi buruk bukan kenyataan. Gue terlalu lemah menghadapi kenyataan," ucapnya sambil menjambaki rambutnya. Mengutuk dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Hingga ia larut dalam duka dan kesedihan.
"Enggak ada gunanya berandai-andai, lebih baik lo lupain kejadian itu. Untuk apa lo terus menyalahkan diri sendiri, kejadian yang terus lo kutuk itu bukan kesalahan yang lo perbuat. Jadi, nggak perlu merasa bersalah seperti ini." Suara itu sukses membuat Keysha terkejut, dengan cepat dia menolehkan kepala ke belakang. Senyumnya mengembang saat melihat seorang laki-laki berjaket hitam tengah melebarkan tangannya.
"Kak Aqsa." Keysha menubruk badan Aqsa. Sang empu hanya tersenyum tipis.
"Kangen?" Keysha mengangguk di pelukan Aqsa.
"Kapan kakak pulang? Kenapa enggak bilang sama Key. Teknologi udah canggih, Kak Aqsa tinggal kirim pesan ke Keysha. Apa sesusah itu ngasih kabar? Atau jangan-jangan abang punya adik baru lagi," omel Keysha seraya memukul dada Aqsa. Kekehan kecil keluar dari mulut Aqsa.
"Maaf, abang mau buat kejutan."
Keysha melepaskan pelukannya. Aqsa menarik Keysha menuju taman belakang rumah. Mereka duduk di kursi taman yang menghadap ke kolam Ikan.
"Sampai kapan? Lo enggak bisa seperti ini terus menerus, Key." Keysha mengangkat bahu. Dia bingung harus menjawab apa.
Sejujurnya dia capek dengan hidup ini. Semua masalah seakan-akan menyukainya, sehingga dia selalu hidup dalam masalah. Yah, terkadang Keysha sadar, dalam hidup ini membutuhkan adanya masalah. Allah saat ini sedang mengujinya, maka dari itu Keysha berusaha untuk sabar.
"Abang yakin lo bisa." Aqsa meremas bahu Keysha.
Keysha mengangguk semangat, ini saatnya dia bangkit. Walau semangatnya akan goyah suatu saat nanti.
♡♡♡
Senyuman terus mengembang di wajah Keysha. Hal itu sukses membuat kaum adam menatap Keysha kagum. Tak jarang beberapa kakak kelas menggoda Keysha. Ia hanya membalas dengan senyuman terbaik.
"Key, jadi pacar abang aja."
"Udah ada pacar belum?"
"Kapan jalan bareng."
Keysha terkekeh geli saat kakak kelas menggodanya. Baginya lucu saja seorang kakak kelas menggoda adik kelas, apalagi dia termasuk murid baru.
Setiap langkahnya ia bersenandung pelan. Kedua sudut bibirnya tertarik tatkala seorang cewek tersenyum ke arahnya. Dia menambah kecepatan berjalannya. Hampir saja dia masuk ke tong sampah. Tapi Keysha bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu.
"Hai Mau." Keysha melambaikan tangannya.
"Assalamu'alaikum," peringat Maura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynand [END]
Teen FictionKisah seorang gadis yang berjuang mengobati luka yang berasal dari masa lalu. Bayangan masa lalu kerap menghampirinya sehingga ia berubah menjadi sosok yang berbeda. Orang lain akan menganggap dialah orang yang paling bahagia. Namun, itu hanya keboh...