Acara pernikahan Alex, dan Sarla--bunda Maura-- berlangsung meriah. Semua tamu undangan tampak menikmati hidangan yang tersaji. Suara gelak tawa, dan kekehan kecil terdengar. Seakan mereka merasakan kebahagian yang dirasakan kedua pengantin.
Maura sejak tadi kewalahan melayani tamu. Ia mondar-mandir memenuhi setiap permintaan tamu. Sesekali ia berdecak kesal dengan pakaian yang dikenakannya. Sebuah gamis yang bagian bawahnya manyeret lantai. Awalnya Maura tak ingin mengenakannya tetapi Keysha terus memaksa dengan alasan Maura terlihat cantik dengan gamis itu. Bukan karena memakai gamis, melainkan gaun yang dipakainya kali ini terasa sangat berat dan juga sangat panjang.
Aqsa tak jauh berbeda dengan Maura. Yang membedakannya adalah saat mamanya mengenalkan dirinya dengan teman arisan. Keadaan ini sangat dibenci Aqsa. Jika diberi pilihan, melayani tamu yang tak habisnya atau berdiri di antara teman-teman mamanya, Aqsa pasti akan memilih melayani tamu. Bisa habis pipi Aqsa ditarik oleh teman mamanya.
Ketika semuanya menikmati resepsi pernikahan, seorang gadis terdiam di sudut rumah. Tidak seperti tamu yang lainnya, gadis itu malah duduk dengan wajah murung. Terpampang jelas wajahnya yang terlihat sedih. Tak ada satu pun yang menyadari keberadaan gadis itu. Semuanya sibuk melayani tamu.
Ya, siapa lagi kalau bukan Keysha. Semenjak membaca novel bersampul kuning itu, Keysha kehilangan semangatnya untuk hidup.
Pernikahan ini seharusnya tidak terjadi. Bukan karena menolak Sarla yang notabenenya bunda Maura, tetapi karena alasan berlangsungnya pernikahan ini. Pernikahan ini adalah syarat Keysha kepada papanya agar dirinya mau dijodohkan dengan Reynand.
Memang awalnya Keysha meng-iyakan dan memberikan syarat itu. Tetapi novel bersampul kuning itu sudah membuat Keysha tersadar satu hal yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.
Entah benar atau salah, Keysha merasa yang ada di novel itu benar adanya.
"Hai!" sapa seorang gadis bercadar merah maroon. Matanya menyipit menandakan saat ini ia sedang tersenyum.
Kedua alis Keysha saling bertautan. Ia menegakkan tubuhnya. Matanya sibuk meneliti gadis yang ada di hadapannya.
"Iya?" tanya Keysha.
"Mau kue?" Gadis itu menyodorkan kue yang sempat ia ambil.
Keysha tampak ragu untuk mengambilnya. Dengan sedikit paksaan dari gadis itu akhirnya Keysha menerima kue itu dengan senyuman. Keysha memalingkan wajahnya.
"Aku kangen, Key," gumam gadis yang kini duduk di sebelah Keysha.
Gumaman itu samar-samar didengar oleh Keysha. Tentunya Keysha bertanya-tanya siapa gadis ini? Aneh tentunya saat ada seseorang yang tak dikenalnya bilang kangen. Seakan mereka pernah bertemu sebelumnya. Saat mencoba mengingat siapa gadis ini, Keysha teringat sesuatu. Namun, apakah ini mungkin?
Keysha bersikap seolah dia tak mendengar apa yang diucapkan gadis bercadar ini.
"Oh ya, lo masih sekolah atau kuliah?" Kini Keysha yang memulai pembicaraan.
"Aku masih SMA," jawab gadis itu.
Jawaban itu, Keysha terdiam beberapa saat. Jantungnya berdebar sangat kencang. Apakah dugaannya benar? Tidak, rasanya tidak mungkin. Tapi Keysha bisa merasakannya. Keysha sibuk bergulat dengan pikirannya sehingga mengabaikan gadis bercadar yang duduk di sebelahnya itu.
"Aku pamit dulu, Key," pamit gadis itu.
Keysha tersadar dari lamunannya. Tangannya ingin sekali mencekal tangan gadis itu. Namun, Keysha tidak bisa melakukannya. Hanya dengan praduga yang tak beralasan Keysha tidak bisa melakukannya.
"Siapa gadis itu?" tanya Keysha pada dirinya sendiri.
Keysha kembali menatap ke arah di mana gadis itu berjalan menjauh. Tetapi anehnya ia tak menemukan gadis itu. Keysha mulai dirundung rasa penasaran.
Maura berjalan dengan senyuman dan sebuah piring yang terbuat dari kertas dan terdapat kue di atasnya. Tak jarang ia mengangkat gamis yang dikenakannya tatkala terinjak oleh kakinya.
"Key makan kue nih, gue tahu kamu pasti belum makan." Maura menyodorkan kue itu.
Keysha bergeming. Pertanyaan mengenai siapa gadis itu telah menyita konsentrasinya sampai-sampai tidak mendengar Maura berbicara.
Maura mengoper kue yang ada di tangan kanan ke ke kiri. Ia melambaikan tangan kanannya tepat di depan wajah Keysha.
Keysha merasa ada sesuatu yang bergerak cepat di depan matanya. Ia langsung tersadar bahwa ada Maura di hadapannya. Ia tersenyum kikuk.
"Ada apa, Mau?" tanya Keysha.
Maura sempat menggeleng kecil. "Lo ini, mikirin apa?" Maura mengambil brownis dan memasukkannya ke dalam mulut Keysha dan menuntun gadis itu untuk duduk.
Keysha tampak tak terima saat Maura memasukkan makanan ke mulutnya. Ia mengunyah brownis dengan cepat.
"Ih Maura, Gue nggak mau makan. Masih kenyang."
Maura memicingkan matanya. Maura merasa ada sesuatu yang aneh. Tangannya dilipat di dada tentunya dengan mata memicing."Mikirin siapa sih? Reynand ya?" celetuk Maura diiringi kekehan kecil.
Keysha melirik Maura tajam. "Siapa juga yang mikirin manusia kulkas." Keysha mengibaskan rambutnya.
Maura ber-oh ria mengiyakan perkataan Keysha.
"Lo kenal sama gadis bercadar merah maron?" Keysha memutar badannya sehingga menghadap langsung ke Maura.
Maura sempat mengerutkan dahi dan tampak berpikir langsung berkata, "gue tidak kenal sama gadis bercadar merah maroon. Tadi sempat lihat gadis itu berbincang dengan lo. Bukannya lo kenal?"
Keysha langsung bernapas berat. Sebelumnya ia mengira bahwa gadis itu adalah teman dari Maura, ternyata tidak.
"Gue nggak kenal, anehnya dia tahu nama gue."
"Key, Key, semua orang yang hadir di pesta ini pasti tahu kamu, dong! Nggak mungkin mereka tidak tahu, secara kamu anak dari pengantin pria."
Keysha mulai berpikir. Ada benarnya apa yang dikatakan Maura. Kenapa ia tak berpikir sampai situ?
Desahan pelan keluar dari mulut Keysha.
Keysha memutar badannya dan memfokuskan pandangan pada pintu utama gedung pernikahan. Matanya mulai menyipit tatkala siluet gadis bergamis hitam dengan cadar merah maroon melintas dari pintu utama.
Keysha meraih ponsel miliknya. Ia memencet nomor seseorang, setelah diangkat Keysha permisi ke Maura yang masih Setia duduk di sebelahnya. Setelah menjauh dari Maura dan keributan Keysha mulai mengatakan sesuatu pada orang itu. Setelah mengatakan itu ia langsung menyimpan ponselnya dan tersenyum simpul.
Kira-kira Keysha nelpon siapa ya??
Hayo kalau suka jangan lupa vote dan kritiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynand [END]
Teen FictionKisah seorang gadis yang berjuang mengobati luka yang berasal dari masa lalu. Bayangan masa lalu kerap menghampirinya sehingga ia berubah menjadi sosok yang berbeda. Orang lain akan menganggap dialah orang yang paling bahagia. Namun, itu hanya keboh...