39. Sosok Pria

221 14 2
                                        

Keysha mengepalkan tangannya kuat melihat seorang pria dengan jas terpasang rapi di tubuhnya tengah berjalan ke arahnya. Dia sesekali melambaikan tangan ke arah Keysha.

Gadis itu memejamkan mata sesaat untuk meredam perasaan yang saat ini dirasakannya.

"Key, nggak nyangka ketemu kamu di sini," ucap orang itu basa-basi.

Keysha melihat ke kanan-kiri. Ia tersenyum kikuk sembari menggaruk lengan.

"Kebetulan lewat sini," jawab Keysha seadanya.

"Gimana kabar kamu? Rumah kita dekat tapi jarang ketemu, ya?"

Keysha mengangguk pelan dengan senyuman yang dipaksakan. "Iya, Keysha pamit dulu. Papa nungguin." Keysha berjalan cepat melewati pria tersebut. Tetapi ucapan yang kuat dari mulut pria itu membuat Keysha terdiam sejenak.

"Selamat atas pernikahan Papa kamu. Pasti dia bahagia saat ini. Denger-denger wanita yang dinikahi papa kamu adalah cinta pertamanya. Kenapa dulu mereka nggak nikah aja? Kalau gitu kan Mama kamu tidak akan jadi seperti itu."

Keysha membuang napas kesal. Tidak, Keysha tidak boleh terlihat membencinya. Keysha harus menahannya.

"Semuanya udah takdir. Mama juga bahagia dengan hidupnya dan sekarang pasti dia lagi tersenyum melihat papa bahagia," sarkas Keysha sembari menoleh ke belakang sesaat.

"Maaf key, om cuma bercanda. Jangan dimasukin hati."

Keysha memilih mengabaikannya dan berjalan cepat keluar dari kafe ini. Tadinya Keysha ke sini karena mendengar donat yang di jual di kafe ini rasanya enak, ternyata bukan membeli donat ia malah bertemu dengan pria itu.

Keysha masuk ke dalam mobil dengan ekspresi kesal. Ia berteriak kencang saat berada di dalam mobil, melampiaskan kemarahan yang tertahan sejak tadi.

"Ada apa, neng?" tanya Pak Ari.

Keysha memijit pelipisnya sembari menggeleng. "Nggak papa, cuma tadi ada orang nyebelin."

Pak Ari mengangguk paham. "Sekarang mau ke mana?" tanya Pak Ari.

"Rumah Rey, Tante Reina nyuruh Keysha ke sana, pak."

Tanpa banyak tanya lagi, pak Ari melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang dalam kondisi macet.

"Pak, alamat yang Keysha kasih udah di konfir?"

"Sudah, tapi tidak ada orang di rumah," jawab Pak Ari.

Keysha membuang napas berat. Ia menyenderkan tubuhnya sembari memijit pelipis.

"Tetangga?" tanya Keysha mencoba optimis.

"Rumahnya terperosok, berada di ujung gang dan di sekitarnya cuma ada pohon pisang dan pohon yang lain."

Jawaban Pak Ari membuat keoptimisan yang coba dibangun Keysha runtuh. Gadis itu membuang napas frustrasi. Keadaan seakan tidak membiarkan Keysha mengetahui kebenarannya.

"Makasih ya Pak udah dilacak," lirih Keysha dengan senyuman.

"Neng Keysha jangan sedih, saya sudah bertanya ke orang yang tinggal di dekat rumah yang ada di alamat, mereka bilang, pemilik rumah ada saat akhir pekan aja."

Tubuhnya yang tadinya tersandar lemas langsung menjadi tegak dengan mata yang berbinar.

"Pak Ari seriusan?" tanya Keysha heboh.

Pak Ari mengangguk. "Akhir pekan saya ke sana lagi."

Setelah mendengar pak Ari mengatakan hal demikian, Keysha baru bisa bernapas lega. Ia melihat ke arah jalanan yang macet.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang