11. Pembawa Sial

1K 76 13
                                    

Ya allah semoga yang yang suka silent reader segera dapat hidayah, aamiin.

"Halo, Key," suara dari seberang sana membuat tubuh keysha bergetar.

Kerongkongan tercekat serta napasnya memburu ditambah detak jantung yang berdetak tak karuan. Aqsa menggenggam tangan Keysha erat. Seakan memberinya semangat.

Keysha menggeleng pelan. Ia tidak bisa. Kejadian di hari itu kembali berputar. Rasa takut akan terbongkarnya rahasia membuatnya takut.

"Lo bisa!" Aqsa terus memberi semangat. Keysha mengangguk lemah.

"Ha ... halo, kak?" lirihnya.

"Apa kabar, Key? Gue kangen sama lo. Besok gue pulang ke Indo, lo mau oleh-oleh apa? Nanti gue beliin. Oh ya, tolong tanyain sama Kayla, dia mau apa. Soalnya udah beberapa kali gue coba nelepon, tapi nggak diangkat. Apa dia ganti nomor?"

Jleb!

Dengan cepat Keysha menjauhkan ponsel dari telinga. Telapak tangannya membekap mulut, menyembunyikan isakan yang keluar. Rasanya sesak saat nama Kayla disebut. Rasa bersalah pun kian membesar.

Aqsa merasakan apa yang Keysha rasakan. Sedari tadi Aqsa mendengar apa yang dikatakan Fariz. Ia mulai mencemaskan keadaan Keysha.

Keysha memberanikan diri dan menempelkan ponselnya ke telinga. Sebisa mungkin Keysha menyembunyikan suara tangisnya. Namun, bibirnya terus bergetar, begitu juga tangannya.

"Nanti Keysha telepon lagi ya, kak? Assalamu'alaikum." Keysha mematikan ponselnya cepat.

Aqsa menarik Keysha dalam dekapannya. Tubuh Keysha masih bergetar hebat. Tangan Aqsa mengelus punggung Keysha lembut.

"Lo pasti bisa." Aqsa terus memberi semangat.

"Key nggak bisa, kak," ucap Keysha lirih.

"Key, gue takut suatu saat nanti Fariz tahu hal ini dari orang lain. Dia pasti akan kecewa banget sama lo. Gue nggak bisa bayangin itu. Gue nggak bisa lihat lo hancur, Key." Keysha masih saja terisak.

Keysha benci dirinya yang lemah, bodoh, tidak berguna dan egois. Seharusnya dia tidak dilahirkan saja.

Perlahan Keysha melepas dekapan Aqsa. Pandangan lurus kedepan.

"Benar kata orang lain. Gue pembawa sial," ucapnya lirih.

Aqsa menggeleng tanda tidak setuju." Lo jangan dengarkan kata orang lain. Ini hidup lo bukan orang lain. Orang lain hanya bisa mengoreksi hidup orang tidak bisa mengoreksi dirinya sendiri. Mereka selalu punya cara agar lo keliatan buruk," ucap Aqsa dengan menggebu-gebu. Tiba-tiba saja ia menjadi emosi saat mendengar kata "pembawa sial". Ia ingat betul siapa yang selalu mengatakan itu pada Keysha. Orang yang membuat Keysha menjadi depresi. Aqsa benci dengan orang itu.

"Key tau itu, kak. Key emang nggak berguna." Keysha memukul kepalanya sendiri. Tangannya terus memukul kepalanya tanpa henti. Mungkin dengan ini kesalahannya akan terbayarkan.

Aqsa mendekap Keysha lagi. Namun, Keysha meronta dari dekapan Aqsa. Apa daya Keysha yang berbadan kecil. Tenaga Keysha kalah dengan Aqsa. Alhasil ia hanya pasrah. Tak jarang Aqsa mengelus punggungnya.

♡♡♡

Keysha ingin mengeluarkan novel dalam ranselnya. Tangannya terus mencari keberadaan novel tersebut.

Keysha menepuk kening pelan. Tadi ia tak sempat memasukkan novel ke dalam tasnya. Alhasil, Keysha menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Lalu mengeluarkan ponsel canggihnya.

Aqsa yang berada tepat di sebelah Keysha melirik sebentar ke arah gadis itu.

"Nggak bawa novel? Sekarang lagi baca wattpad?" Tebak Aqsa.

Keysha menyengir menunjukkan deretan giginya. Tadinya ia sangat kesal saat tidak membawa novel, tetapi dengan adanya wattpad, kesedihan Keysha perlahan hilang.

Aqsa memandangi ribuan bintang yang menghiasi langit malam ini. Kini dia dan Keysha berada di sebuah rooftop hotel milik Alex, papa Keysha.

Aqsa teringat jelas kejadian tadi siang. Hampir 2 jam Aqsa membujuk Keysha untuk berhenti menangis. Alhasil, karena kelelahan menangis Keysha tertidur.

Bibir Aqsa kembali merekah saat Keysha meloncat-loncat bak kelinci. Aqsa yakin dia sedang senang karena tokoh idola wattpadnya. Terlihat aneh bagi orang lain, tidak untuk Aqsa.

"Kak, Key baper banget nih. Cowoknya nembak ceweknya di atas sampan. Gila banget ya nggak, kak? Key mau kayak gitu. Romantis deh." Keysha mengerlingkan mata saat membayangkan dirinya di tembak cowok di atas sebuah sampan di tengah laut. Romantis banget.

"Dasar ogeb. Bisa mati lo nanti. Ada-ada aja nembak cewek di atas sampan. Apalagi di laut. Kalau aja ombaknya gede bisa mati di tengah laut." Aqsa tertawa terbahak-bahak. Dari dulu itulah keinginan Keysha. Entah terinspirasi dari mana.

"Ih, beneran romantis tau. Menguji mental gitu, kak. Kalau mati alhamdulillah, kalau selamat alhamdulillah juga." Keysha terkekeh geli. Entah pemikiran dari mana itu.

"Gila lo," cibir Aqsa.

"Bodo."

Hallo gaes. Apa kabar? Semoga baik ya :) maafkan updatenya lama, soalnya sibuk huaa. Yuk komen biar aku semangat:)

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang