Alex---papa Keysha--- tak henti-hentinya memandang sang putri. Ocehan sesekali keluar dari mulutnya. Sementara Keysha bersikap seakan tidak mendengarnya sama sekali. Ia tahu persis bahwa sang papa hanya khawatir akan dirinya.
"Pa, Keysha baik-baik aja, nih lihat." Keysha berputar, meloncat, dan merentangkan tangan sekedar ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Tentu saja Alex tidak semudah itu untuk percaya. Gadis itu ahli dalam berpura-pura.
Semenjak Keysha semalaman menangis di kamar tentu kekhawatiran Alex kian bertambah. Takut yang tadinya perlahan memudar kini kembali mencuat.
"Untuk hari ini kamu nggak usah sekolah, papa janji hari ini papa temanin kamu di rumah." Alex menggenggam tangan Keysha erat.
Keysha memegang tangan papanya dengan senyuman hangat. Raut wajah takut yang terpatri jelas di wajah Alex membuat Keysha menyerah. Akhirnya ia menyetujui permintaan papanya. Hari ini ia tidak pergi ke sekolah. Setidaknya di hari ini Keysha bisa menikmati waktu bersama sang papa.
Keysha kembali menuju kamar untuk ganti pakaian. Setelah ganti pakaian Keysha menyusul papanya yang sudah duduk santai di taman yang langsung mendapat pemandangan birunya kolam renang.
Keysha duduk di pinggiran kolam. Ia memasukkan kedua kakinya ke dalam kolam renang. Sesekali ia menggerakkan kaki. Cipratan air kini membasahi wajahnya.
Alex yang semula duduk di kursi sekarang ia duduk bersebelahan dengan putri tersayangnya. Ia pun melakukan hal yang sama.
Keysha memerciki air kolam renang ke papanya. Bukannya marah, Alex malah membalas Keysha dengan hal yang serupa. Keysha tidak terima ia pun kembali menciprati air ke wajah papanya. Tawa Keysha pecah saat wajah papanya sudah basah oleh air.
"Udah lama papa nggak lihat kamu ketawa," gumam Alex. Ia benar-benar merasa terharu. Ia terus memandang wajah bahagia sang putri. Ini adalah pemandangan langka yang sudah jarang dilihatnya.
"Tuan, di luar Reynand," ucap Pak Ari.
Alex dan Keysha menoleh bersamaan.
"Reynand?" tanya Keysha bingung.
Gadis itu berlari dan melihat apakah itu benar-benar Reynand. Dan benar saja, Reynand tengah duduk di ruang tamu lengkap dengan seragam sekolah miliknya.
Bukankah aneh? Seharusnya Reynand berada di sekolah bukan di rumahnya. Apa ada sesuatu yang penting?
Kontras dengan keysha yang terkejut, Reynand menampilkan wajah santai dan dingin.
"Sakit apa?" tanya Reynand.
Keysha masih mengerjapkan mata bak anak kecil. Ia sempat ragu orang yang ada di hadapannya adalah Reynand.
"Gue mimpi ya?" tanya Keysha pada dirinya sendiri.
Sebenarnya Reynand mendengar itu, tapi ia bertingkah seakan tidak mendengarnya sama sekali. Ia malah dengan polosnya menyodorkan sebuah kantong kresek yang berisikan bubur ayam.
Keysha menerimanya dengan wajah cengo.
"Lo? Kenapa tiba-tiba ada di sini?" tanya Keysha.
"Gue bolos." Jawaban yang membuat Keysha semakin cengo. Memang Keysha baru mengenal Reynand, tapi ia tahu betul kalau Reynand tidak pernah bolos. Bukankah ini aneh?
"Bohong, nggak mungkin lo bolos."
Reynand tidak menjawab. Ia malah menuju dapur mengambil sebuah mangkok dan sendok.
Keysha terus mengikuti ke mana Reynand pergi.
"Aih, bisa nggak sih nggak usah ngacangin gue sehari aja? Lo ngapain lagi ambil mangkok? Huft ... kok bisa gue punya temen dingin kayak kulkas gini." Keysha terus mengomel sembari mengikuti ke mana Reynand pergi. Ia mulai gemas dengan laki-laki dingin itu. Rasanya ingin sekali nyeburi dia ke empang.
Reynand menuntun Keysha menuju ruang keluarga. Ruang keluarga ini memiliki kesan hangat. Siapa pun yang datang ke rumah Keysha pasti akan terpana dengan desain ruang keluarganya.
Reynand duduk di sofa dan mengambil bubur yang ada di genggaman Keysha dan menunangkannya ke dalam mangkok yang sudah di ambilnya tadi. Tentunya Keysha semakin murka. Sejak tadi ia marah-marah nggak jelas, tapi Reynand bersikap seakan tidak mendengarnya.
"Lo denger gue apa nggak sih? Apa perlu ke THT buat periksa?"
"Gue khawatir sama lo, udah puas? Nih! Makan." Reynand memasukkan bubur ke dalam mukut Keysha saat gadis itu ingin kembali mengomel.
Keysha terdiam. perlakuan manis yang tiba-tiba ini membuat Keysha terdiam seribu Bahasa. kosakata yang dipelajarinya selama ini lenyap seketika. mulutnya bergerak mengunyah bubur yang ada di mulut kontras dengan pikirannya yang terus merasa bingung dengan sikap Reynand yang kerap kali berubah bak bunglon.
Reynand kembali memasukkan bubur ke dalam mulut Keysha.
"Makan biar nggak sakit." Dan saat itulah wajah Keysha memerah bak tomat. Tangannya spontan mengipas-ngipas wajahnya agar semburat merah tersebut menghilang. Kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Reynand mengambil sebuah surat kabar yang ada di meja dan mengipas-ngipaskan surat kabar tersebut ke wajah Keysha.
Wajah Keysha semakin memerah. Sungguh Keysha merasa sangat malu.
"Jauh-jauh!" Keysha berlari menuju kamar mandi.
Reyanand menatap punggung Keysha sampai menghilang di balik pintu.
"Gue tahu akan susah menaklukan hati lo, tapi tidak sesusah itu 'kan?" gumam Reynand.
Uwu banget kan? Baper huaa
Vote dan commentnya di tunggu.Oiya, kalau cerita ini diikutsertakan dalam challenge, kalian setuju nggak? Kalo iya, aku akan ikutkan. Hayo kasih suaranya, soalnya aku bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynand [END]
Novela JuvenilKisah seorang gadis yang berjuang mengobati luka yang berasal dari masa lalu. Bayangan masa lalu kerap menghampirinya sehingga ia berubah menjadi sosok yang berbeda. Orang lain akan menganggap dialah orang yang paling bahagia. Namun, itu hanya keboh...