26. Terima Kasih

244 13 0
                                    

Tepat pada pukul 20.20 WIB tadi secara resmi dan di hadapan keluarga Alex meminang seorang wanita yang memiliki dua orang anak yang tak lain adalah teman dari Axel saat SMA dulu.

Wanita beruntung itu bernama Sarla. Wanita yang memiliki senyum teduh, mata sayu, dan suara lembut itu kini duduk dengan kepala tertunduk. Sinar di wajahnya mengalahkan warna pakaian yang dikenakannya hari ini. Di samping wanita itu ada seorang laki-laki memakai baju batik berwarna hitam sedang menggenggam tangan Sarla. Laki-laki tak lain adalah anak pertama dari Sarla.

"Brother, akhirnya bisa nikah sama wanita idaman zaman SMA," seru Axel sembari menyenggol lengan Alex yang sedang gugup.

"Diam!" tegas Axel.

Fyi, Alex dan Axel hanya berbeda 2 tahun. Saat Alex kelas 12 saat itu Alex kelas 10. Usia keduanya tak mempengaruhi persaudaraan mereka. Hingga suatu ketika Alex mengantar buku Axel yang terbawa olehnya ke kelas Axel, ia terpana pada gadis berhijab yang duduk dengan kepala menunduk memandangi buku tulis. Matanya tak berpaling sedikit pun darinya. Saat itu, hanya gadis itulah yang memakai hijab. Alex mematung di depan kelas Axel sampai sang adik datang menghampirinya barulah Alex tersadar. Mulai saat itu Alex mulai tertarik pada gadis itu. Gadis itu adalah Sarla.

"Sar, anak Lo mana?" tanya Alex yang bingung.

Sarla mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. "Maura tadi sedang keluar," jawab Sarla dengan suara yang lembut.

Alma sebagai perempuan merasa Iri melihat Sarla.

"Mbak benaran sekelas sama Mas Axel dulu di sekolah?" tanya Alma yang dihadiahi tatapan yang sulit diartikan dari Axel.

"Iya, dulu saya sekelas sama Axel," jawab Sarla.

"Tapi kok masih keliatan muda," celetuk Alma.

"Nggak kok, mungkin karena pakaiannya saja. Anak saya Maura yang memilihkannya, saya sempat menolak tapi katanya saya cocok pakai ini."

Alma mengangguk. Benar, pakaian Sarla membuatnya seperti seorang remaja.

"Oiya, Nak Aidan kuliah di mana?" tanya Alma pada laki-laki yang setia berada di samping Sarla.

Sarla menoleh ke anak laki-lakinya dengan senyuman. Dengan pergerakan tubuh Sarla menyuruh Aidan untuk menjawab.

"Saya kuliah dia ITB Tante," jawab Aidan.

Alma kagum mendengarnya. "Wah, kamu hebat," ucap Alma.

"Saya tidak sehebat itu, Tante," sahut Aidan.

Di tengah keasyikan perbincangan, ada seorang gadis yang duduk diam sambil memandangi kakinya yang tidak beralas. Matanya sejak tadi sudah memanas, ditambah tadi ia sempat menangis saat di mobil. Rasanya sesak membayangkan bila sebentar lagi akan ada orang lain yang akan menggantikan posisi mamanya. Jujur Keysha tidak rela, Keysha ingin sekali pergi dan menghilang saja. Tapi tidak, Keysha tidak boleh menjadi lemah. Apa yang dilakukannya demi kebaikan.

Sebuah tangan secara tiba menggenggam tangan Keysha erat. Tanpa melihat siapa orangnya Keysha sudah tau siapa yang menggenggam tangannya ini.

"Lo adik gue yang kuat," bisiknya pada Keysha.

Kalimat itu sukses membuat Keysha memberanikan diri mengangkat kepala dan menoleh ke arah orang itu.

"Jangan nangis, apa yang terjadi ini memang sakit tapi suatu saat nanti rasa sakit itu akan hilang." Aqsa mengelus rambut Keysha lembut.

Semua pergerakan Keysha tak luput dari penglihatan Alex. Ia terus memandangi putrinya. Sama seperti Keysha, Alex tak ingin pernikahan ini tapi demi putrinya ia akan melakukan apa pun.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang