HAPPY READING❤
•
•
•
••MARVEL•
Marvel keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di leher nya. Ia hanya memakai celana pendek hitam tanpa atasan menampilkan perut kotak-kotak yang membuat siapa saja yang melihat nya mungkin akan berteriak histeris.
Dibagian dada nya terlihat jelas garis panjang bekas tusukan pisau saat itu. Walau luka nya sudah mengering, tapi tetap saja terdapat garis panjang disana.
Ia membuka lemari dan langsung mengambil asal baju disana lalu memakainya. Ia melihat jam yang menunjukan pukul 7 malam yang artinya jam makan malam.
Perut nya sedari tadi keroncongan meminta untuk diisi. Saat melihat Mellissa makan di taman pun, perut nya sudah berbunyi. Namun, sebisa mungkin ia tahan.
Ia pun keluar kamar berniat untuk mengambil sesuatu yang bisa ia makan. Kepala nya sudah membaik begitu juga kaki nya. Hingga tak ada orang rumah yang akan menanyakan walau ia tahu tak ada yang menghkawatirkan nya jika ia terluka.
Menuruni satu persatu anak tangga, lalu ia berhenti di pertengahan anak tangga kala mendengar obrolan hangat dari ketiga orang disana yang pasti tanpa dirinya.
Melihat Marcel yang bisa membuat kedua orang tua nya tersenyum membuat ia iri, kadang ia ingin sekali berada di posisi Marcel. Mendapat perhatian dari kedua nya, tapi bagi nya itu adalah hal mustahil untuk terjadi.
Semenjak insiden itu, ia sudah kehilangan kasih sayang dari kedua nya. Vino dan Vita seakan menganggap nya seseorang yang tak kasat mata. Hingga ia tumbuh dengan kelakuan nya yang sekarang.
Bahkan kini ia ragu untuk mengambil sesuatu yang bisa ia makan disana. Disatu sisi ia tak mau mengganggu mereka tapi di sisi lain perut nya terus saja berbunyi.
Setelah bergelut dengan pikiran nya, ia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar nya. Mengambil jaket, ponsel dan dompet nya lalu menutup pintu kamar tak lupa untuk mengunci nya. Memasukan kunci kamar kedalam saku celana nya agar tak ada siapapun yang akan memasuki kamar nya.
Menuruni satu persatu anak tangga untuk pergi ke suatu tempat. "Mau kemana, Vel?" cowok itu terdiam diambang pintu saat Marcel melihat nya. Perkataan Marcel membuat mereka terdiam, suasana kini berubah canggung dan sunyi.
"Mungkin main keluyuran sampe lupa rumah," sahut Vita dengan nada sinis nya.
"Udahlah biarin aja dia mau ngapain, enggak berguna juga. Bisa nya cuma malu-maluin aja." kini Vino bersuara.
Marvel diam dengan tatapan ke arah pintu dengan perasaan sakit. Emosi nya meningkatkan membuat dada nya terasa sesak. Ia mengepalkan kedua tangan nya, dengan perlahan ia mulai menghembuskan nafas secara berulang-ulang mengurangi rasa sesak di dada nya.
Ia tak boleh lemah, mata nya pun memanas. Air matanya luruh seketika, ia menangis dalam diam. Tanpa bicara ia pergi dengan tergesa.
Menghapus air matanya kasar dan mulai mengontrol nafas nya saat berada di luar. "Cengeng banget sih lo! Kayak cewek!" kesal nya pada diri sendiri.
"Cemen! Gitu aja nangis, cowok bukan lo?" gumam nya pada dirinya sendiri.
Perlahan rasa sesak itu hilang. Ia berjalan menuju supermarket yang letak nya tak jauh dari rumah nya. Hanya dengan bermodal jalan kaki saja mungkin akan sampai sebentar lagi. Karena tak mungkin ia mengeluarkan motor miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEL [END]
Teen FictionMulut masih bisa tersenyum dan tertawa menandakan semua baik-baik saja. Tapi apa kabar dengan hati yang sudah kalian beri luka? *** [SEQUEL ZAIGAL] [PART MASIH LENGKAP] [CERITA KEDUA] Marvel Zaferino Abraham, lelaki jangkung ketua Geng Forgies yang...