MARVEL : [30] Tunggu Tanggal Mainnya

1.4K 139 6
                                    

HAPPY READING❤




Hujan mengguyur kala itu. Aku merentangkan kedua tangan ku sambil mendongak merasakan tetesan air hujan yang menerpa wajahku.

Aku tersenyum kala mengingat kenangan kita lalu aku menangis kala semua nya kini hanya sebuah kenangan.

Aku ingin semua kembali seperti dulu. Berdiri disampingmu dan menggengam jemari mu erat.

Tapi kini aku sadar. Bahwa semua nya telah lalu dan bahwa saat ini kita hanyalah dua orang asing yang tak saling mengenal.

– author –

•MARVEL•

Marvel kini menatap lantai rumah sakit dengan tatapan kosong nya. Setelah sampai di rumah sakit tadi, Mellissa langsung di larikan ke UGD dan hingga saat ini dokter yang menanganinya belum keluar.

"Dami! Dafi!" si kembar menoleh pada wanita dan pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka.

"Bagaimana kondisi adik kamu? Dia baik-baik aja, kan?" Zaira mengguncang bahu Dami dengan tatapan sendu nya.

"Dami belum tau, ma. Dokter belum keluar," balas Dami.

Zaira memundurkan beberapa langkah kebelakang dan untung saja Galvin dengan sigap menangkap tubuh wanita itu. "Vin, apa Mellissa akan baik-baik saja?" tanya nya masih dengan menatap pintu UGD dengan sendu. Berharap dokter yang menangani putri nya itu segera keluar dengan membawa kabar baik.

Galvin mendekap tubuh wanita itu. Ia mengelus rambut nya dengan penuh kasih sayang. "Dia gadis kuat sepertimu, pasti dia akan baik-baik saja," balas Galvin.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Dam? Apa Mellissa di bully?" tanya Galvin menatap putra pertama nya.

"Mellissa di kunci di toilet sekolah, ada bekas tamparan juga di wajah nya, kalau soal itu kita juga belum tahu." jelas Dafi. Dami hanya diam, ia merasa tak berguna menjadi seorang kakak.

"Siapa pelaku nya?" tanya Zaira.

"Kalau itu juga kita belum tau, tan. Pasti kita bakal cari tau. Tapi sekarang tante duduk dulu, biar kita yang urus masalah ini," ujar Ando mewakili. Galvin memilih untuk membayar administrasi dan meninggalkan mereka.

Zaira duduk di sebelah Marvel yang sedari tadi diam walaupun telinga nya ikut menyimak. "Tan, maafin Marvel karena gagal ngejagain Mellissa, Marvel enggak becus jagain Mellissa." ujar Marvel sembari menatap wajah wanita itu dari samping.

Zaira menoleh lalu tersenyum. Ia mengelus pipi Marvel, ia sudah menganggap cowok itu seperti anak nya sendiri. "Ini bukan salah kamu, Vel. Semua ini sudah takdir. Jadi jangan salahin diri kamu sendiri," ujar Zaira.

Marvel menutup matanya merasakan elusan lembut di pipi nya. Andai Vita seperti Zaira. "Eum.. Boleh Marvel peluk, tante?" tanya Marvel.

Zaira tersenyum lalu merentangkan kedua tangan nya. Marvel memeluk Zaira erat. Zaira mengelus punggung cowok itu agar sedikit tenang. Mah, andai mamah kayak tante Zaira. Batin Marvel menutup matanya menikmati usapan di punggung nya. Ternyata gini ya rasanya di peluk sama mamah sendiri. Batin Marvel tersenyum kecut.

Marvel melepas pelukan itu. "Makasih, tan." Marvel tersenyum.

"Buat apa?" tanya Zaira. Dan Marvel hanya tersenyum tak membalas pertanyaan Zaira membuat wanita paruh baya itu membalas senyuman nya.

Lalu mata Zaira menatap teman-teman anak gadis nya. "Mending kalian pulang aja, ini sudah sore. Nanti kalian di cariin sama orang tua kalian," ujar Zaira.

MARVEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang