HAPPY READING❤
Jangan lupa vote dan rekomendasikan cerita ini ke pacar, sahabat, teman, saudara atau keluarga ya ✨
•
•
•
••MARVEL•
"Bagus ya kamu, pulang malam seperti ini! Masih inget punya rumah kamu?!" Marvel menghembuskan nafasnya kasar. Ia baru saja menutup pintu utama, tapi harus dihadapkan dengan kedua orang tua nya yang kini tengah menatap dirinya tajam. Dirinya baru saja mengantarkan gadis nya pulang, padahal ini masih belum terlalu larut.
"Kamu lihat sekarang jam berapa?! Apa kamu sudah berkeliaran di luar sana dengan para jalang?!"
"Atau kamu baru saja bermain dengan geng brandalanmu?!"
Marvel mengepalkan tangan nya. Ia ingin marah namun, kini dirinya sungguh lelah. Mulut nya seakan terkunci, ingin berbicara pun sulit sekali rasanya.
"Mereka bukan geng brandalan, Pah." balas nya dengan lemas. Bahkan sekarang kepala nya masih terasa pusing.
Vito terkekeh sinis. "Kalau bukan geng brandalan apa? Geng sialan? Gara-gara geng gak guna itu, kamu sering pulang malam! Saya sebenernya malu punya anak yang suka berkeliaran di tengah malam seperti ini!" bentak nya.
"Malu! Apa kata orang-orang kalau saya punya anak yang hobby nya berkeliaran terus?! Mau ditaruh dimana muka saya?!"
"Pah, Marvel lagi enggak pengen berantem sama papah. Marvel capek, Pah." ujar nya.
Vita terkekeh. "Halah! Alasan saja kamu, mending hukum dia saja, Mas." ujar nya memanas-manasi Vito agar suami nya itu memarahi Marvel.
"Mah, apa mamah enggak capek? Marvel aja capek banget, Mah. Kenapa kalian gini? Kenapa kalau setiap Marcel pulang malam enggak kalian tegur? Kenapa kalau Marcel belum pulang kalian selalu khawatir tapi enggak sama Marvel?" tanya nya sendu.
Marcel berdiri di ujung tangga. Tadinya ia ingin mengambil minum, tapi ia urungkan saat ia tak sengaja mendengar perdebatan yang terjadi.
"Kenapa kalian juga enggak nanyain itu ke Marvel? Marvel pengen dipeluk mamah, Marvel pengen diusap kepala nya kalau tidur, Marvel pengen main basket bareng papah lagi." ujar nya lagi.
Kedua nya masih terdiam. Marvel terkekeh hambar. "Percuma juga, percuma Marvel ngemis-ngemis permintaan yang gak berguna itu ke kalian yang akhirnya enggak bakalan di kabulin, kan?" cowok itu mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengetahui sesuatu.
Satu hal yang harus diketahui, ia paling merindukan suasana dimana keluarga nya harmonis seperti di luar an sana. Bohong kala ia bahagia, tapi nyata nya ia cemburu dengan Mellissa yang memiliki keluarga yang bahagia, ia menginginkan di posisi itu. Dimana ia bertengkar dengan Marcel lalu Vita mengomel dan Vito yang menengahi. Sungguh kalau waktu dapat bisa diputar lagi, ia memilih untuk tetap menjadi kecil kalau tau masa remaja nya akan seperti ini.
Grep
Tubuh Vita menegang kala Marvel tanpa izin memeluk tubuh nya. "Sebentar aja, Mah. Izinin Marvel peluk mamah buat yang pertama dan terakhir kali nya, habis ini Marvel janji gak bakalan minta peluk lagi, Marvel capek banget." ujar nya memohon.
Marvel memeluk tubuh wanita yang sudah mengandung nya selama 9 bulan itu, walau tak ada balasan sudah cukup baginya, ia ingin merasakan tangan lembut itu untuk mengusap punggung nya saat ia dalam masalah dengan kalimat lembut nya.
"Enak ya jadi, Marcel. Terus-terus san dimanja sama mamah, papah. Pasti enak banget jadi Marcel, aku jadi iri." kekeh nya dengan penuh luka. Bahkan kini nada bicara nya sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEL [END]
Teen FictionMulut masih bisa tersenyum dan tertawa menandakan semua baik-baik saja. Tapi apa kabar dengan hati yang sudah kalian beri luka? *** [SEQUEL ZAIGAL] [PART MASIH LENGKAP] [CERITA KEDUA] Marvel Zaferino Abraham, lelaki jangkung ketua Geng Forgies yang...