06. Pacar? kelihatannya?

1.7K 310 35
                                    

Naura mengembalikan sapu ke lemari di pojok kelas. Rabu adalah jadwal piket Naura bersama dengan empat anak lain, tapi hanya dua orang yang muncul hari ini. Memaksa Naura untuk tinggal di sekolah lebih lama.

"Gua duluan ya, dah telat, nih," pamit Hendra sembari berlari kecil keluar kelas. Disusul Salsa yang keluar tanpa kata.

Naura ikut mengemasi barangnya, menutup pintu rapat lalu mengambil ponselnya.

Whatsapp

Today, 14.56

Naya

Kamu latihan?

Aku pulang bareng ya.


Naura berdiri bersender pada tembok setinggi dada di depan kelas, menunggu balasan pesan dari Aditya. Mengamati koridor gedung IPA yang masih cukup ramai, lalu menoleh memperhatikan lorong 11-IPS yang sepi, hanya beberapa yang sepertinya sedang piket seperti dirinya. Sepertinya siswa yang memilik IPS memang membenci sekolah dan tidak suka belajar. Naura menunduk, melihat beberapa anak laki-laki berpakaian santai sedang berlari mengitari lapangan, sepertinya ekskul futsal. Puas dengan cuci matanya, Naura mengecek ponsel, mendapati satu pesan masuk dari Aditya.

Whatsapp

Today, 15. 03

Adit
Iya. Ke sini aja.

Naura mengintip dari pintu samping gymnasium yang juga berfungsi sebagai aula, sesekali menyapa beberapa wajah yang menoleh menyadari keberadaannya selagi melongok mencari Aditya.

"Bang Adit, dicariin," teriak cowok dengan kaos oblong hitam yang Naura ingat bernama Leon, seakan tahu ada keperluan apa Naura berdiri di sana.

Naura memandang ke arah panggung, mendapati Aditya yang mengenakan celana pendek hitam dan kaos putih tanpa lengan tersenyum melambaikan tangan, meminta Naura untuk menghampirinya.

"Sini." Aditya menepuk-nepuk panggung setinggi ketiaknya, mengisyaratkan Naura untuk naik dan duduk. "Bang Dodi belum dateng."

Bang Dodi, pelatih basket tim laki-laki Alpha Tetha sekaligus alumni Dananjaya. Lelaki tampan dengan postur tubuh sempurna menurut Naura yang kata Aditya akan menikah. Naura sempat terkejut saat Aditya bilang Bang Dodi sudah bertunangan dan akan segera menikah, sekaligus membuatnya merasa bersalah harus mengagumi lelaki yang sudah punya pasangan. Tak ada lagi yang bisa ia lihat saat ikut Aditya latihan.

Naura meletakkan tasnya di sebelah duffel bag hitam-tas yang selalu dibawa tiap ada jadwal latihan-yang ia yakini milik Aditya, lalu berusaha duduk di panggung dengan satu kali lompatan, tapi gagal. Ia harus dibantu Aditya agar dapat duduk tanpa harus melewati tangga di sisi kanan-kiri panggung.

"Kalau udah tahu pendek. Jangan banyak gaya," ejek Aditya, seraya mengangkat Naura melalui pinggangnya.

"Aku sama Kamu cuma jarak 12cm," elak Naura meletakkan telapak tangannya pada dagu Aditya, menunjukkan jarak tinggi mereka. Tidak begitu jauh.

"Cuma? Tapi gini aja enggak bisa." Aditya menaiki panggung dalam sekali coba dengan senyum yang terlihat menyebalkan.

Naura mendengus, memalingkan wajah, mengaku kalah. Matanya mengamati permukaan panggung yang penuh dengan tas, botol minum dan beberapa sepatu yang berserakan, seperti biasa. Sampai matanya menangkap helm hitam di antara tas hitam di bagian belakang panggung. Mengingatkannya pada helm hitam Devito yang masih bersarang di meja belajarnya

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang