26. Recharging

1K 214 22
                                    

"Materinya jangan lupa diulang, latihan soalnya jangan lupa dikerjakan, minggu depan kita bahas,” kata Bu Pur mengingatkan sebelum keluar kelas.

Naura mengemasi barang-barangnya, menghela nafas berat, tidak ingin pulang, ingin menyendiri sementara untuk meringankan perasaannya. Menimbang apa yang harus dilakukan setelah ini, membicarakan obrolan yang tidak sengaja didengarnya dengan Aditya atau menjauh perlahan agar tidak melibatkan cowok itu lebih jauh. Atau membiarkan semuanya tetap seperti ini dan mengabaikan apa yang ia dengar.

“Kelasnya masih mau dipake?” Suara penjaga sekolah memutus kebimbangannya.

"Enggak, Pak. Sebentar." Naura segera memasukkan alat tulisnya ke dalam tas hitamnya. Bergegas keluar kelas agar penjaga sekolah tidak menunggu lama.

"Jam segini di kelas sendirian. Habis ada kumpul apa?" Pria paruh baya itu bertanya selagi memasang selot atas pintu bagian kiri.

"Kelas tambahan buat olim geografi, Pak." Naura membenahi posisi ranselnya, menatap puluhan kunci yang diikat dengan kawat di genggaman pria di hadapannya.

Penjaga sekolah itu mengambil kunci tanpa berpikir dua kali, memasukkannya dalam lubang pintu dan pas. Naura melihat penuh keterkejutan, seperti melihat sulap, menahan tangannya untuk bertepuk tangan, terheran dengan keakuratan pria itu dalam memilih kunci. Hingga pernyataan yang diucapkan selanjutnya membuat Naura terdiam. "Orang tuanya pasti seneng anaknya pinter gini."

"Ehehe, iya, Pak." Naura tertawa kosong,

"Pertahanin ya, Mbak. Semangat," kata penjaga sekolah itu, memastikan pintunya sudah terkunci dengan rapat. "Saya mau lanjut nutup kelas dulu."

"Iya, Pak. Bapak juga semangat." Naura mengangkat kepalan tangannya memberi semangat.

Naura mengeluarkan ponselnya setelah pria itu pergi, menemukan dua pesan masuk yang sudah dikirim 20 menit yang lalu.

Whatsapp
Today, 17.38

Mang Udin
Neng, Mamang udah di depan
Masih belum selesai?

Naya
Mang, Naya dijemput nanti aja gimana?
Nanti Naya kabarin


Setelah centang dua terlihat di bawah chat yang baru ia kirim, panggilan masuk dari Mang Udin langsung muncul di layar ponselnya

"Neng, mau ke mana?" Mang Udin bertanya tanpa memberikan Naura jeda untuk mengucap salam, suaranya terdengar khawatir

"Mamang...." Naura sedikit menyeret suaranya, merasa jika akan menerima penolakan. Naura masih belum tahu ingin ke mana, belum mencari alasan yang pas.

"Kalau neng Naya ngasih tahu ke mana sama siapa, nanti Mamang pulang." Mang Udin berucap lagi, memberikan pilihan agar Naura mau bicara. "Kalau enggak, Mamang nunggu di sini sampai neng Naya datang."

"Ke ... Gambira, sama temen yang kemarin. Naya mau enggak ikut les sekali aja." Naura menggigit bibir, meminta maaf pada Devito dan Julian yang namanya terpaksa harus ia bawa. "Mamang jangan nyariin ya."

"Kalau ada apa-apa harus ngabarin duluan, langsung." Mang Udin berucap final, tidak bisa diganggu gugat.

"Iyaaaa. Makasih ya Mang," ujar Naura sumringah.

Naura mengantongi ponselnya, berdiri di depan mading sekitar 15 menit, menunggu agar Mang Udin sudah benar-benar menjauh dari sekolahan sebelum keluar gerbang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang