55. Clear Everything up

806 174 84
                                    

*

Playlist: Ungu - Cinta Dalam Hati

*

Happy reading~

Naura bangkit dari posisi terlentang, menyudahi kesedihannya, ada yang banyak hal yang harus ia lakukan. Ia harus membuktikan pada Satya dan Sekar jika ia bisa melakukan semuanya sendiri agar orang tuanya tidak punya kekhawatiran tak berarti dan bisa menemukan kebahagiaan mereka masing-masing dengan melakukan apa yang mereka mau tanpa terbebani dengan kemampuan Naura dalam mengurus diri sendiri. Ia ke meja belajar, saat menjadi Naura yang penurut lagi. Ia membuka lembar UKBM-nya, menenggelamkan diri pada tumpukan latihan soal dan buku-buku baru yang orang tuanya belikan, mencurahkan seluruh fokusnya pada susunan kalimat di depannya, hingga ponselnya bergetar, menampilkan notifikasi dengan nama Aditya yang membuatnya berhenti sejenak.

 

WhatsApp
Today, 20.47


Adit
Keluar dong gua di depan

Naura mengernyit melihat pesan masuk dari Aditya, tidak biasanya cowok itu ijin lebih dulu saat ingin bertemu. Tapi tetap beranjak dari duduknya, keluar kamar untuk menemui Aditya di depan rumah.

“Kenapa minta ketemu di depan?” Naura membuka gerbang, menemukan Aditya menunduk, bersandar pada motor hitamnya. “Biasanya langsung masuk.”

Aditya mendongak, tersenyum tipis dan itu membuat Naura menyadari kalau ada yang tidak beres dengan kedatangan tiba-tiba cowok itu. Terlebih lagi pakaian yang digunakan cowok itu belum  berganti, sama seperti apa yang ia pakai saat berpamitan pulang tadi.

“Muka kamu kenapa?” tanya Naura saat berhadapan dengan Aditya, wajah cowok itu dipenuhi lebam, di tulang hidung, bawah mata dan dagunya. “Habis berantem sama siapa?” Naura mengangkat tangan untuk menyentuh wajah Aditya tapi,, cowok itu memalingkan muka.

Aditya mempertahankan senyumnya, menurunkan tangan Naura untuk digenggam, berucap amat pelan, “can I have a hug?”

“Huh?” hanya itu yang keluar dari mulut Naura, karena Aditya tidak pernah meminta ijin hanya untuk pelukan. Mereka sudah terbiasa dengan itu, jadi ijin bukanlah hal yang diperlukan. Naura tidak sadar jika Aditya sedari tadi menatapnya, menunggunya yang hanya mematung. Hingga Aditya kembali bicara, “please.”

Naura segera menarik pundak cowok itu agar dapat bersandar padanya, menepuk pundaknya lembut lalu mengusak rambutnya seperti yang biasa Aditya lakukan untuk menenangkannya. Ingin tahu apa yang terjadi padanya, tapi takut jika Aditya tidak ingin menceritakan apa pun padanya.

“Masuk, yuk. Aku obatin lukanya,” bisik Naura masih mengelus kepala Aditya. “Motornya biar dimasukin sama Mang Udin.”

Aditya mengangguk, membebaskan diri dari rengkuhan Naura, menurut saat Naura menarik lengan sweternya lembut dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tengah.

Naura mengambil kotak P3K di rak dekat TV, mengeluarkan alkohol dan kapas untuk membersihkan darah kering dan kotoran di luka Aditya, ikut mengernyit saat wajah Aditya berkedut tiap kali lukanya terkena kapas. Naura dengan telaten membersihkan tiap luka, membubuhkan salep luka dan  menutupnya dengan plester, memastikan tiap lukanya terawat dengan baik, tidak menyadari mata Aditya yang tidak lepas dari wajahnya.

Naura berdiri setelah memastikan perawatannya selesai, mengembalikan kotak P3K ke tempatnya dan menuju dapur untuk mengambilkan Aditya air minum, sebelum kembali duduk di sebelah cowok itu dalam diam, menunggu cowok itu siap untuk menceritakan segala di balik keadaannya sekarang.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang