Naura memasuki tribune, memanjangkan leher mencari di mana teman sekelasnya berkumpul. Menyipit saat mendapati sekumpulan siswa yang membawa semacam papan dan atribut pendukung lainnya. Terlihat paling ramai di antara kelas lain. Naura mendekat dengan langkah pelan, dan mulai berlari kecil saat netranya menangkap sosok Julian dan Raden yang duduk bersebelahan memencet mainan berbentuk ayam bersuara nyaring.
"Itu tempatnya siapa? Kenapa enggak boleh didudukin?"
"Titipannya Adit buat Naura."
Naura menoleh saat mendengar namanya disebut, mendapati Putri dan Salsa yang mengobrol di kursi paling depan, dikelilingi siswa perempuan yang lain. Mengernyit, sedikit heran, memangnya cewek kalau lagi ngobrol suaranya senyaring itu? Pasalnya Naura masih belum masuk barisan tempat duduk, masih berdiri di barisan tempat duduk kelas lain.
"Cuma tempat duduk doang sampe dititipin." Putri bersuara.
"Kan princess, harus spesial dong," kata Salsa, menepuk-nepuk kursi tepat di sebelah kanannya.
"Kasihan lo, ya. Saingan sama anak setengah bisu kek dia juga tetep kalah." kali ini suara cewek lain yang berdiri bersandar di tembok setinggi pinggang.
Setengah bisu? Aku? Mereka membicarakanku? Apa karena aku jarang bicara?
"Mana bisa. Hasna yang tiap hari nempel aja enggak bisa ada harapan. Lo lagi yang cuma bisa caper doang," sahut Putri selanjutnya.
Hasna? Teman sebangkunya? Harapan apa? Dia menyukai Aditya?
Lalu semuanya terbahak, entah menertawakan objek yang menjadi bahan obrolan mereka, atau menertawakan diri mereka sendiri.
Naura berjalan pelan menuruni tangga mencari tempat duduk sekaligus memikirkan obrolan mereka tadi. Tentang princess, si setengah bisu dan harapan Hasna. Naura tak suka mengira-ngira, tapi tak ada kemungkinan lain selain apa yang ia asumsikan.
"Nuaraaaaa. Duduk sini sebelah gue." Salsa melambaikan tangan, menepuk pelan bangku di sebelahnya. Memberi tanda agar Naura mendekat. "Tadi Adit bilang sisain satu buat lo. Biar kelihatan jelas "
"Makasih." Naura mendudukkan diri perlahan, sembari melirik beberapa cewek yang duduk di sekitarnya. Merasa tak nyaman harus bergabung tiba-tiba, terlebih lagi dengan pembicaraan yang tak sengaja tertangkap telinganya.
"11 IPS 4 - 11 IPA 1 sebelah kiri, 11 IPS 1 - 10 IPA 3 sebelah kanan," teriak suara dari sebelah kanan lapangan, menunjuk lapangan basket yang sudah dibagi menjadi dua dengan jaring. Mengembalikan fokus Naura kembali ke tempat seharusnya. Melihat Aditya, Devito dan Hendra memasuki lapangan tepat di depan tribune yang ditempati 11 IPS 4.
"Tuh, Adit ngelihat ke sini," ujar Salsa menyenggol pundak Naura, menunjuk Aditya dengan dagunya.
Naura melambaikan tangan, memberitahukan keberadaannya. Saling bertukar senyum sebelum Aditya berbalik, bersiap-siap di posisinya.
Naura memusat pada lapangan, mengingat-ingat penjelasan yang pernah Aditya berikan. Mencoba memahami alur permainan. Tak banyak bicara, hanya bertepuk tangan kecil saat kelasnya mendapat poin. Sampai lawan menarik kaos Aditya saat cowok itu melompat hendak melakukan lay up, hingga jatuh terlentang.
"Adit, foul...." bisik Naura terkejut, tanpa sadar sedikit mengangkat pantatnya dari kursi, merangsek maju, matanya membola menatap Aditya yang bangkit sembari menilik sikunya yang terlihat memerah.
Wasit meniup peluit, mengangkat jari telunjuk, memberi kesempatan satu lemparan bebas untuk Aditya yang diselesaikan dengan baik, menambah satu poin untuk timnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Rendezvous
Teen FictionRendezvous (n.) a place where a particular group of people often go or meet, by arrangement or habit. ______________ Naura adalah cewek yang biasa kalian temukan di setiap kelas. Pendiam, punya prestasi bagus, catatan poinnya kosong, disukai guru...