Mata coklat Naura tak lepas dari pintu kelas sejak ia tiba tadi, menunggu pemilik dari helm hitam yang kini menjadi tumpuan dagunya. Bosan, Naura melirik jam tangannya, 06.40, lima menit lagi bel masuk berbunyi, kenapa Devito belum datang juga? Memang biasanya dia datang jam berapa?
"Bawa motor? Apa bareng Adit?" tanya Hasna yang baru saja datang, mendudukkan diri si sebelah kanan Naura.
Naura menggeleng, "Punya Dito."
"Lo sekarang mainnya sama Dito?
Naura kembali menggeleng, "Enggak sengaja kebawa," jawab Naura sekenanya, sedang tidak ingin berbicara banyak.
Kening Hasna berkerut, matanya menyipit menatap Naura penuh selidik, seakan tidak mempercayai apa yang teman sebangkunya katakan.
Naura benar-benar tidak ingin bicara, jadi ia mengabaikan Hasna dan kembali menatap pintu bertepatan dengan kedatangan Devito dan Julian.
"Dito," seru Naura berdiri dari duduknya, berlari kecil menghampiri Devito.
"Helm kamu. Maaf baru ngembaliin sekarang." Naura menyodorkan pelindung kepala itu kepada empunya, dibalas anggukan dan berucap "sans."
"Oalah di elo. Lo tahu? Balik dari Bang Jaka gua enggak pakai helm, untung enggak jatuh. Kasihan muka gua yang ganteng ini ntar penuh luka," celoteh Julian membelai pipinya sendiri, mengintip dari balik punggung Devito. "Gua jadi harus bawa helm sendiri kalau mau nebeng ini bocah."
"Maaf," bisik Naura canggung, sedikit merasa bersalah.
"Oh! Sama mau gantiin uang yang kemarin." Naura merogoh saku kemejanya, mengeluarkan selembar uang seratus ribuan. "Berapa? Kurang, enggak?"
"Cukup. Sisa malah. Sejak kapan makan di warung habis segini." Julian merebut lembar merah itu dari tangan Naura, berniat memasukkannya ke kantong tapi terhalang tangan Devito yang merampasnya kembali dan menjulurkan pada Naura. "Ntar aja kalo elo ke Bang Jaka lagi. Ganti beliin gua makan."
Naura tidak tahu kapan dia akan bisa ke warung Bang Jaka lagi. Kedatangannya kemarin karena ingin melihat sisi taman Gambira yang lain dan juga busking yang pernah Devito sebutkan, tapi urung karena telepon tiba-tiba dari Ayah. Naura ingin memberi alasan, tapi menelan niatnya saat bel tanda pelajaran pertama menginterupsi.
"Ntar aja kalo ke Bang Jaka," jawab Devito penuh penekanan, meletakkan paksa uang itu pada telapak tangan Naura, kemudian berlalu serta menarik dasi Julian yang masih mencoba bicara dengan Naura.
Naura mengambil tas kertas berisi beberapa kertas buffalo, spidol dan beberapa perlengkapan untuk membuat mading dari dalam kolong meja, menentengnya menuju meja dekat jendela. Menjauh dari lalu lalang dan beberapa siswa yang sedang menghias dinding. Naura memulai pekerjaannya dengan membuat tipografi nama wilayah di dunia.
Saat ini jam pelajaran ke empat. Pak Gandi hanya mengisi satu jam pelajaran, satu jam lagi dibiarkan kosong untuk menghias kelas. Sepertinya guru sosiologi itu sedikit risi melihat bagian belakang kelas yang penuh dengan kertas dan sisa styrofoam. Jadi memilih untuk membiarkan siswanya bersenang-senang menyambut perayaan ulang tahun sekolah yang tinggal menghitung hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Rendezvous
Teen FictionRendezvous (n.) a place where a particular group of people often go or meet, by arrangement or habit. ______________ Naura adalah cewek yang biasa kalian temukan di setiap kelas. Pendiam, punya prestasi bagus, catatan poinnya kosong, disukai guru...