57. Another Take

706 166 49
                                    

Naura menatap kosong rak alat tulisnya, sedangkan kepalanya memikirkan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, tentang rumahnya yang tidak terasa begitu berbeda asalkan orang tuanya tidak sedang di rumah, tentang Devito yang terlihat biasa saja dan tidak terpengaruh dengan putusnya mereka, terlihat baik-baik saja. Sedangkan ia selalu memikirkan hal yang sama berulang kali tiap kali punya waktu luang. Mungkin ini karena ia yang tidak punya kehidupan lain selain sekolah dan semua les serta kursusnya, sehingga tiap kali seluruh tugasnya selesai kepalanya akan secara langsung menampilkan satu-satunya hal yang membuat hidup membosankannya lebih menarik atau malah memutar kembali pertengkaran orang tuanya yang tidak sengaja ia lihat.

Suara ketukan pelan disusul suara Bi Irah memecah  adegan tidak menyenangkan yang terlintas di kepalanya. “Neng, belum tidur? Udah lewat jam sebelas lho.”

“Iya, Bi. Lagi beresin buat pelajaran besok.” Naura menatap pintu, berbohong menjawab pertanyaan Bi Irah.

“Jangan terlalu malem, neng. Nanti sakit,” sahut Bi Irah.

“Iya, Bi. Habis ini langsung tidur.”

Naya beranjak ari duduknya, mengemasi buku dan perlengkapan lain sesuai jadwal besok, kemudian menuju lemari untuk mengambil baju olahraga di lemari. saat Naura sudah memeluk seragam hitam-birunya, matanya menangkap jaket hitam dengan motif merah di dada kiri, jaket Devito yang belum juga ia kembalikan. Naura mengeluarkan jaket itu, memeluknya bersama dengan seragam olahraganya, meletakkan di atas meja belajar, sebelum memasukkan baju olahraga ke pouch bening dan dimasukkan ke dalam tas, sedangkan jaket ke dalam tas kertas cokelat yang dapat ia temukan di kamarnya. 

Naura melirik jam, pukul 11. 28, ragu untuk mengabari Devito soal jaket, tapi terasa aneh jika langsung mengembalikan tanpa memberitahu lebih dulu. Ingin menitipkan pada Aditya atau Julian, tapi akan terkesan ia menghindari Devito dan sedikit keterlaluan padahal mereka satu kelas, meski nyatanya begitu. Akhirnya setelah menggulir pesannya, Naura mengirim pesan pada Devito.

WhatsApp
Today, 11.34

 

Naya
Dito jaket kamu masih di aku
Mau aku kembaliin


Naura menatap layar ponselnya dan jam di meja bergantian, menunggu lima menit lagi sebelum meletakkan ponselnya dan tidur. Tidak ada tanda jika Devito melihat pesannya sampai waktunya selesai dan Naura berbaring di tempat tidur sembari mencoba tidak memikirkan ke mana Devito pergi padahal saat masih bersama terkadang mereka masih terhubung lewat panggilan suara atau pun panggilan telepon. Naura menarik selimutnya hingga menutup kepala, kakinya menendang-nendang kecil saat sadar kepalanya kembali memikirkan saat-saat itu kembali. Ia menurunkan selimutnya di bawah dagu, menghela napas selagi memejamkan mata, mengosongkan kepalanya agar dapat tidur.

Naura sesekali melihat bangku belakang, bahkan melarikan matanya ke seluruh ruangan, tapi tidak juga menemukan Devito, padahal bel tanda pelajaran pertama dimulai sudah berdering, tasnya juga tidak terlihat ada di bangkunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naura sesekali melihat bangku belakang, bahkan melarikan matanya ke seluruh ruangan, tapi tidak juga menemukan Devito, padahal bel tanda pelajaran pertama dimulai sudah berdering, tasnya juga tidak terlihat ada di bangkunya. Hanya Julian yang sudah datang. Pesannya tadi malam belum dibaca apalagi dibalas dan sekarang cowok itu tidak terlihat.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang