23. Rumor

1K 206 9
                                    

Naura turun dari di boncengan motor Aditya, lengkap dengan jaket putih yang melingkar di pinggangnya, menutupi hingga bawah lutut. Menunggu cowok itu mencari tempat untuk memarkir motornya. Pagi ini Naura tidak diantar Mang Udin, memilih untuk mengajak Aditya berangkat bersama,  sedang ingin menikmati udara dingin pagi menyapa permukaan kulitnya.

Persis saat Naura dan Aditya keluar dari tempat parkir, satu motor memelan, lalu si pengendara membuka kaca helm. “Tungguin.”

Naura memutar kepalanya, mengerutkan kening, sedikit tidak mempercayai yang ia lihat. Devito berangkat sebelum bel masuk berbunyi dan yang paling mengejutkan memarkirkan motornya di sekolah.

“Tumben parkir di sekolahan,” gumam Naura setelah kembali menghadap depan, berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Aditya.

“Huh?” Aditya menoleh, memastikan jika ia mendengar Naura berbicara.

“Huh?” Naura ganti bertanya, tidak mengira Aditya mendengar gumamannya. Lalu menggeleng agar cowok itu tidak bertanya lebih.

Devito melangkah lebar, mengalungkan lengannya pada pundak Aditya. “Jam berapa sih, anjir. Parkiran dah penuh.”

“DI lantai dua biasanya masih agak lowong,” ujar Aditya tertarik pasrah.

“Males banget.” Devito menurunkan bahunya, bertumpu pada Aditya.

Naura memiringkan kepala, melihat Aditya dan Devito mengobrol panjang lebar, tepatnya melubangi belakang kepala cowok berkulit tan itu dengan tatapannya. Sedikit bingung dengan sikapnya. Bukankah kemarin dia yang bilang kalau Naura canggung dan akan aneh jika canggung saat bersama? Lalu sekarang apa? Dia bahkan tidak menyapa, bahkan tidak menyempatkan bertatap mata, sedangkan Naura berdiri di sini, bersama Aditya. Naura juga tidak semungil itu hingga tidak kelihatan.

Naura berakhir hanya membuntuti dua cowok itu tanpa ingin ikut menyela percakapan.

Naura baru akan melepas ransel saat seseorang memukul kecil mejanya dan duduk jongkok tepat di sebelahnya, membuat Naura menghentikan pergerakannya, menatap sinis tanpa sempat mengontrol ekspresinya karena terkejut.

“Lo sama Adit enggak pacaran, kan?” todong Salsa berdiri dari jongkoknya

Naura menggeleng, kehabisan kata setelah dikejuti Salsa, kini terkejut dengan pertanyaan tiba-tibanya.

“Gua nitip ini dong, tolong kasihin. Dari temen gua, anak Dream High.” Salsa menyerahkan kotak sedang yang sejak tadi disembunyikan dibelakang tubuhnya. “Adit udah tau anaknya, kok.”

Naura menerima kotak warna coklat seukuran dua telapak tangannya, masih belum sepenuhnya menangkap apa yang baru saja terjadi, hanya mengangguk menyanggupi.

Naura meneliti kotak ringan di tangannya, kotak coklat dengan hiasan pita senada. Mendekatkan hidungnya, lalu dengan cepat menjauh lagi. kotak itu menguarkan aroma manis yang terlalu kuat untuk hidungnya.

“Apa, tuh?” seru seseorang dari sisi kanannya, Hasna baru saja duduk di kursinya.

“Enggak tahu, titipan temennya Salsa.” Naura mengangkat bahu, mengamati detail kotaknya.

“Ini dari anak yang kemarin?” Hasna menghadap samping, bertanya pada Salsa yang dijawab dengan anggukan.

“Siapa?” Naura bertanya ingin tahu.

“Ada, anak Dream High yang selalu nonton kalau Adit tanding. Kayaknya naksir, deh,” kata Hasna.

“Kamu pernah ketemu?” rasa penasaran Naura bertambah, dalam hati sedikit mengomel saat sadar Aditya tidak bercerita padanya.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang