34. Meledak

1.1K 216 36
                                    

Naura melirik jam tangannya berkali-kali, mengecek kapan jam pelajaran akan berganti. Ia lupa untuk ke kamar mandi saat istirahat ke dua tadi setelah menghabiskan minum cukup banyak saat pelajaran olahraga. Kini ia duduk di laboratorium bahasa dengan kantong kemihnya meronta untuk diringankan bebannya.

Begitu guru bahasa inggris yang lebih sering disapa dengan panggilan Mr. D itu keluar kelas, Naura juga akan berdiri tapi langkahnya kalah cepat dari teman-teman sekelasnya yang sudah mengerubungi pintu.

"Mau ke kamar mandi. Nitip tolong taruh mejaku, ya." Naura menyerahkan alat tulisnya pada Hasna yang duduk tepat di sebelahnya.

Naura berjalan berlawanan arah dengan kelasnya, berlari kecil menuju toilet di ujung koridor untuk menunaikan panggilan alamnya. Tepat saat membuka pintu, Naura dihadapkan dengan tiga wajah yang ia kenal dan wajah yang akan paling ia benci dalam hidupnya setelah obrolannya dengan Aditya malam itu. Naura benci ada yang mengganggu orang yang berarti untuknya.

"Oh? Tuan putri kita lagi sendirian,” kata Salsa begitu matanya tak sengaja bertatapan dengan Naura melalui kaca wastafel.

“Kan ke toilet, malu dong kalau masih ditemenin,” sahut salah satu dari mereka, berbalik sepenuhnya menghadap Naura, menatap Naura dari atas ke bawah.

Naura membaca pin nama di dadanya, Michella. Lalu kembali melihat wajahnya. Menatap mereka satu persatu sebelum melanjutkan untuk menyelesaikan panggilan alamnya. Tidak ingin meladeni.

“Jangan galak-galak gitu dong.” Salsa mencekal lengan Naura, memaksanya berhenti.

Naura menampik tangan Salsa, menatap cewek tajam. Berada di ambang lelah, benci dan marah.  ingin meledak saat ketiganya berseru bersamaan dan tertawa. “Oooh takut.”

“Emang kalian enggak ada kerjaan sampe harus gangguin orang?” Naura berbalik sepenuhnya, menaikkan ujung bibirnya, menaikkan sedikit dagunya, memandang rendah tiga cewek di depannya, lalu melipat tangan di depan dada. “Bareng-bareng lagi. Cupu.”

“Apa lo bilang?!” Salsa melangkah maju, mendorong pundak Naura hingga menubruk pintu bilik toilet. Menekan-nekan tempat yang sama beberapa kali sesuai nada bicaranya yang menggebu penuh amarah. “Lo tuh lagi enggak ada yang ngejagain, jangan banyak gaya.”

“Terus?” Naura menegak, memiringkan kepala, mendengus selagi menepis telunjuk Salsa. Menyadari tubuhnya lebih tinggi dari Salsa, seakan menambah rasa percaya diri untuk tidak mau kalah dari cewek itu.

Salsa sudah mengangkat tangan saat pintu toilet terbuka, membuat semuanya menoleh. Memunculkan cewek yang tidak Naura kenal, kemudian matanya melihat pin nama milik cewek itu, warna merah, kelas 12. Seakan sadar jika akan mendapat masalah, Salsa menurunkan tangannya, melarikan jemarinya untuk menyelipkan rambut ke belakang telinga, berlagak cantik.

Bibir Naura berkedut menahan tawa, melihat betapa mudahnya Salsa berganti peran. Naura melangkah maju, sedikit mencondongkan badan untuk berbisik tepat di telinga Salsa. “Ah! Bilangin temenmu buat berhenti jadi stalker.” Naura melirik dari ujung matanya, melihat wajah memerah Salsa, mengakhiri kalimatnya dengan berucap tegas. “Ganggu.”

Naura menuju bilik paling dekat, menutup pintunya pelan, tetap menegakkan badan. Badannya luruh begitu pintu tertutup dan memastikan sudah terkunci, memeluk jemarinya yang bergetar, melepaskan nafasnya yang ia tahan dengan sedikit terengah. Mengedip berkali-kali untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila. Mencerna apa yang baru saja ia lakukan. Tak tahu dapat keberanian dari mana bisa berbicara sejahat itu. Sepertinya menghabiskan waktu untuk membaca novel romansa cukup membantu untuk berakting menjadi cewek galak nan badass.

Naura masih berjongkok di depan pintu, saat mendengar bel tanda pergantian jam pelajaran berbunyi bersamaan dengan umpatan dan langkah kaki yang menjauh. Merasa takut dan lega secara bersamaan. Takut akan apa yang terjadi setelahnya padanya atau pun pada Aditya, sepenuhnya sadar jika perkataannya tadi melukai ego Salsa. Lega karena dapat melawan dan mengungkapkan apa yang selama ini ia tahan-tahan.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang