76. Titik Terang Menuju Akhir

1K 117 33
                                    

"Buat praktek seni musik, lo jadinya pake apa? Biola apa Piano?" Hasna keluar dari kelas tak lama setelah bel istirahat kedua terdengar.

"Piano kayaknya. Kamu?" Naura mengekor di belakangnya, berusaha menyamakan langkah.

Berjalan bersisian, membicarakan ujian praktek yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Jeda cukup lama hingga akhirnya Hasna menjawab, "Gitar, kan gue cuma bisa itu doang."

Naura menghadap Hasna, sedikit melompat dalam langkahnya, "Adit kayaknya juga pake gitar."

Belum jauh dari ruang kelas, Keduanya sedikit memelankan langkah saat lorong menjadi makin riuh ditambah dengan bisikan yang terlalu lantang, memandang sekeliling untuk menemukan penyebabnya, sampai melihat empat orang yang berjalan tak jauh di belakang mereka. Naura dan Hasna berhenti setelah mendapat lambaian tangan dari Aditya, menunggu penyebab keramaian itu menghampirinya.

Hal wajar jika Aditya, Devito, Raden dan Julian yang berjalan di lorong kelas sedikit menimbulkan kebisingan. Kebersamaan mereka merupakan sesuatu yang cukup ditunggu-tunggu. Meskipun keempatnya sangat dekat, mereka jarang terlihat di sekolah pada waktu dan tampat yang bersamaan, kecuali di kelas. Terlebih lagi di akhir tahun SMA yang mengharuskan masing-masing fokus dengan mimpi yang akan dikejar setelah masa putih abu-abu ini usai. Ditambah rumor yang melibatkan mereka yang sepertinya belum reda.

Naura menyipitkan mata, menoleh pada Aditya dan Hasna bergantian. Ia menyelidik menatap Hasna, "Kamu lagi deket sama Adit, ya?"

Hasna mengabaikan pertanyaan Naura, melangkah menjauh menghindari keingintahuan Naura, menyembunyikan wajahnya yang bersemu bersamaan dengan senyum tertahan.

Naura menutup mulut, tidak menyangka Hasna bisa membuat raut wajah tersipu seperti itu. Hasna terlalu sering berlagak galak, jadi melihat cewek ini tiba-tiba menjadi terlihat lebih kecewekan membuat Naura habis kata. Ia melangkah lebar, tidak melepaskan pandangannya dari wajah Hasna.

"Apa. Kenapa nama gua disebut-sebut?" Aditya sedikit menunduk, menempatkan kepalanya di antara Naura dan Hasna, membuat kedua cewek itu saling menjauh karena badan besarnya.

"Kepo, ih. Girls talk." Naura mendorong Aditya ke arah Hasna, sedangkan ia mundur, sengaja untuk membikin Hasna dan Aditya berjalan bersisian.

Naura tersenyum lebar, melihat Aditya dan Hasna yang mulai mengobrol, padahal tadi Aditya sempat memasang wajah bingung saat Naura mendorongnya. Perasaannya membaik melihat bagaimana dua teman dekatnya saling menaruh hati.

Bibirnya mengatup saat matanya tak sengaja menangkap beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya cukup lama, hingga ia menoleh ke belakang tubuhnya untuk memastikan jika tatapan itu memang ditujukan untuknya. ia tidak ingin terlalu percaya diri jika ia menjadi pusat perhatian, tetapi dua pasang mata cewek yang berjalan berlawanan arah dengannya jelas tertuju padanya.

Berusaha membuat wajahnya terlihat biasa saja, tidak menyadari jika Hasna yang sedari tadi menatap tajam dua cewek itu dengan mata menyelidik, Bahkan badannya ikut berputar, ganti menatap meremehkan saat dua Cewek tadi sudah berjalan agak jauh, meninggalkan Aditya dalam kebingungan mengikuti arah pandangnya.

"Apa?" Devito berbisik dari sebelah kanan Naura, membuat cewek itu sedikit berjingkat dan melangkah mundur.

"Kenapa?" Devito bertanya lagi saat Naura malah menghindari tatapannya.

"Prakrek seni musik." Naura mengabaikan Devito, masih canggung untuk berada di sekitar cowok itu. Ia kemudian menoleh ke arah Raden dan Julian di belakangnya, "Kalian pake instrumen apa?"

"Kita pake piano semua, ga perlu repot nenteng-nenteng," sahut Julian, menyampirkan lengannya di pundak Raden dan Devito berbarengan.

"Ya emang lo bisanya itu doang," ucap Devito menurunkan rangkulan Julian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang