Naura memakai tudung jaketnya sebelum keluar dari mobil dan berpamitan pada Mang Udin. Hari ini Naura memang sengaja memakai jaket dengan ukuran lebih besar dari biasanya, memanfaatkan tudungnya untuk menutupi wajahnya dari rasa malu atas kebodohannya kemarin. Benar-benar tidak ingin bertemu Devito dan mendapatkan tatapan yang sama seperti kemarin.
"Halo, pacar." Devito melingkarkan lengannya di pundak Naura, menarik cewek itu mendekat.
Naura menoleh dengan mata membola, refleks mendorong Devito menjauh. Setelah tidak memberikan jawaban apa pun tentang pernyataannya. Bagaimana bisa dia dengan santainya memanggil Naura dengan sebutan pacar.
"Pas kamu sampe, aku lagi nunggu buat nyeberang." Devito melangkah maju.
Naura menatap Devito horor, melangkah mundur setelah mendengar kata ganti yang digunakan Devito. Melangkah makin lebar.
"Nanti pulang sama aku," kata Devito mengikuti tempo jalan Naura.
Naura merapatkan tudung jaketnya, mempercepat langkahnya, sadar sepenuhnya jika ada beberapa siswa yang mendengar perkataan Devito. Bergidik ngeri melihat perubahan tiba-tiba cowok itu. Iya, Naura menyukainya, tapi dengan perubahan secepat ini terasa sedikit menakutkan.
Naura menoleh saat tidak ada langkah yang menyamainya, lalu berbalik mendapati cowok itu tersenyum lebar, berjalan santai kemudian melambaikan tangannya. Naura Mengerutkan hidungnya sebal, sedikit menghentakkan kakinya dalam sisa jarak ke kelas. Menyumpahi Devito yang bisa setenang itu setelah menggoda Naura hingga hatinya tak karuan.
Selama di dalam kelas, Naura benar-benar menutup seluruh indranya agar tidak memperhatikan Devito. Tidak peduli jika Devito berkejaran mengelilingi kelas dengan Julian yang berteriak di belakangnya, atau nyanyian dari para cowok di kursi belakang yang samar-samar terdengar suara Devito. Belum bisa sepenuhnya memproses jika Devito sudah menjadi kekasihnya. Memilih mengerjakan soal apa pun yang ditemukannya, hingga Hasna menegurnya. "Lo lagi dikejar apa dari tadi ngerjain UKBM mulu?"
"Lagi males," jawab Naura tak mengalihkan pandangan dari lembar soalnya.
"Kalau males tuh tidur apa nge-game apa ke kantin gitu. Ini malah belajar." Hasna mendengus, antara tidak percaya dengan jawaban Naura atau sudah mengira jika itu alasannya.
Naura hanya tersenyum, kembali mengerjakan soal-soal di hadapannya, meskipun telinganya tetap menangkap suara rendah Devito yang bahkan menghentikan segalanya dan menegakkan duduknya hanya untuk mencoba mendengar lebih jelas. Usahanya terinterupsi getaran dari dalam kolong mejanya.
Today, 11.28
Adit
Ntar bareng gua apa dijemput?Naura menoleh ke meja Aditya, melihat cowok itu memegangi ponsel selagi mengobrol dengan Raden yang menghadap belakang. Saat pandangannya bergeser, matanya tak sengaja bertemu dengan manik gelap Devito, cowok itu melempar senyum tipis yang membuat wajah Naura menghangat dan segera kembali menatap depan. Mengingat kembali ajakan cowok itu untuk pulang bersama.
Naya
Sama Mang Udin
Naura menutup ponselnya, memasukkannya ke kolong. Meyakinkan diri jika memang belum waktunya Aditya tahu tentang dia dan Devito. Hubungan mereka belum begitu jelas dan tidak apa-apa untuk sedikit berbohong soal itu.Sepulang sekolah Naura berdiam diri di kelas, melambaikan tangannya saat Aditya keluar kelas lebih dulu. Menunggu sampai sepi sebelum keluar kelas. Naura menempelkan pipinya di meja, mengayun-ayunkan kakinya, merasa sedang melakukan hal kriminal dengan sembunyi-sembunyi seperti ini. Devito juga belum memberi kabar lagi sejak ajakannya tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Rendezvous
Teen FictionRendezvous (n.) a place where a particular group of people often go or meet, by arrangement or habit. ______________ Naura adalah cewek yang biasa kalian temukan di setiap kelas. Pendiam, punya prestasi bagus, catatan poinnya kosong, disukai guru...