56. Back to Normal

797 170 40
                                    

Naura lupa sudah hari ke berapa ia mengabaikan Devito, menentang rasa khawatir yang sering timbul tenggelam saat matanya tidak sengaja menangkap bayangan cowok itu meski hanya sekilas. Ucapan Devito yang bilang jika ia baik-baik saja malah membuatnya tambah khawatir. Yang ia ingat, luka lebam Devito mulai terlihat samar, sobekan di bibirnya juga membaik meski masih terlihat memerah sama seperti luka di wajah Aditya yang juga sudah hampir sembuh. Naura menggeleng pelan, jam pelajaran akan segera berakhir, ia harus menggunakan fokusnya untuk menyerap materi satu jam terakhir

Naura meluruskan kaki, merentangkan tangan ke depan, merenggangkan ototnya setelah berada di kelas lebih dari setengah hari, mengemasi bukunya yang berada di atas meja sebelum berganti mengeluarkan lembaran kertas lain untuk dikerjakan, latihan soal les matematikanya. Naura sedang tidak ingin langsung pulang, suasana rumah terasa sedikit berbeda akhir-akhir ini, entah karena apa. Terasa lebih hampa, entah karena memang begitu atau mungkin karena Naura sudah menyadari kekosongan yang sudah ada di sana sejak lama dan Naura ingin menghabiskan waktu selama mungkin di luar sebelum pulang.

"Gue duluan, ya," pamit Hasna mengetuk mejanya dengan jari untuk menarik perhatian Naura.

Naura mendongak kemudian mengangguk, tersenyum kecil, melambaikan tangannya pelan sebagai balasan. Dan saat matanya melihat lebih luas, ia mendapati punggung Devito yang baru saja keluar pintu kelas, bersisian dengan Julian yang terlihat bercerita panjang lebar dengan wajah cerah. Naura mengerutkan hidung, menghela napas, membaca soal matematikanya lagi, cowok itu masih saja dapat mempengaruhi suasana hatinya bahkan hanya dengan diam dan tidak melakukan apa-apa.

"Jadi pulang sama gua?" Aditya berdiri di depan meja Naura, sedikit menunduk melihat lembar kertas yang Naura kerjakan, meletakkan kedua tangannya di atas meja.

Naura menoleh, mengerjap menatap Aditya, lalu mengangguk. Ia lupa jika tadi pagi ia sempat bilang jika ia akan menumpang pada Aditya setelah sekian lama. Kepalanya sepertinya perlu sedikit ketok magic agar berjalan dengan benar.

"Mau makan dulu?" Aditya menawarkan, melirik soal di meja dan wajah Naura bergantian.

"Nanti aja kalau laper," Naura menipiskan bibir, menggeleng pelan.

Aditya mengangguk, menyetujui, memasukkan tangannya ke saku jaket. Ia berdiri, sedikit mengernyit memperhatikan Naura yang masih saja berkutat dengan soalnya. "Ayok."

"Aku nunggu di sini aja, mau ngerjain tugas yang tadi." Naura menggeleng lagi, menunjuk lembar soalnya dengan pensil. Sedikit merasa tak enak sebenarnya, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan jika ikut Aditya latihan, tempatnya tidak begitu nyaman untuk belajar sedangkan kepalanya perlu sesuatu untuk mengalihkan fokusnya agar tidak memikirkan hal lain selain tugasnya. "Kalau ikut ke gymnasium aku enggak bisa sambil ngerjain"

Aditya mengedikkan bahu, beralih duduk di kursi sebelah Naura-tempat duduk Hasna. Ia meletakkan ponsel hitamnya di atas meja dan menjatuhkan tasnya di sebelah kursi. "Gua di sini dulu, deh. Yang lain juga paling juga belum pada dateng."

"Kamu makan aja dulu." Naura menatap Aditya bingung. Laihan cowok itu dimulai jam empat dan dia butuh tenaga tambahan agar dapat mengikuti arahan Bang Dodi, terlebih lagi dengan jabatan yang ia pegang, tapi cowok ini malah duduk di sebelahnya bukannya mengisi tenaga.

"Gua mau tidur bentar." Aditya menggeleng, melepas jaket hitamnya dan dilipat serampangan untuk dijadikan tumpuan kepala. Menyempatkan melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 15.09, "setengah empat bangunin ya."

Naura mengangguk, menatap wajah Aditya dengan mata terpejam yang menghadap ke arahnya sebentar sebelum kembali tenggelam dalam kumpulan soalnya.

Tak lama, ponsel Aditya bergetar membuat Naura mengintip siapa yang menghubungi cowok itu, melihat nama Leon Alpha dengan emoji singa di belakangnya. Naura melirik Aditya dan cukup heran karena cowok itu benar-benar tidak bergeming sedikit pun padahal ponsel hanya berjarak dua jengkal dari lipatan tangannya. Dengan hati-hati Naura menusuk-nusuk pipi Aditya dengan pensilnya, berharap dapat membangunkan cowok itu tanpa mengagetkannya. Panggilan selesai tanpa terjawab dan saat itu lah Aditya perlahan membuka mata, mengernyit untuk mengumpulkan kesadaran.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang