75. Menemukan Jalan Keluar, Mungkin

1K 122 17
                                    


Naura sudah lupa ini hari ke berapa sejak cuitan pendek mempengaruhi ketenangan jam-jam sekolahnya, namanya mungkin sudah menjadi salah satu topik yang sering disebutkan siswa Dananjaya, bisik-bisik dan tatapan menelisik itu masih menemani, tapi ia mulai terbiasa, tidak lagi berpikir banyak.

Sejak cuitan itu muncul, Devito semakin menjaga jarak, mereka tidak pernah lagi duduk satu meja, mengobrol atau pun sekedar bertatap mata, jikalau tanpa sengaja bertatapan, Devito akan dengan segera mengalihkan pandangan. Apa yang dilakukan Devito menyakiti Naura pada awalnya, tapi setelah menyadari kasak-kusuk yang mulai mereda, Naura cukup berterima kasih atas perilaku mantan kekasihnya itu, setidaknya siswa di sekitar mereka tidak lagi punya alasan untuk membuat asumsi tidak berdasar.

Sedangkan Aditya, tidak berubah sama sekali. Dia tetap seperti biasa, bahkan jika memperhatikan lebih teliti, Aditya malah lebih sering menemani Naura tiap kali ia keluar kelas. Cowok itu akan menanyakan ke mana Naura akan pergi tiap kali Naura mendekati pintu kelas, dan akan mengangguk setelah mendapat jawaban atau malah ikut ke mana Naura akan pergi. Tentunya Naura tidak akan keberatan, karena ia punya alasan untuk menghindari tatapan mata asing dengan mengobrol sepanjang jalan. Sama seperti yang coba dilakukan cowok itu sekarang.

"Nay," Aditya memanggil Naura dari tempat duduknya, "Mau ke mana?"

"Kantin, belum sarapan." Naura berhenti di depan pintu kelas, menatap lurus Aditya, mencoba mengabaikan Devito yang terlihat mengobrol dengan Julian dari ujung matanya.

"Bareng." Aditya berdiri dari duduknya, menepuk pundak Devito dan berbicara pada Devito dan Julian sebelum mendekati Naura.

Naura memasukkan tangannya ke saku kardigan, menatap Aditya yang menghampirinya, tapi arah pandangannya tertuju pada cowok yang menunduk memainkan ponsel di kursinya. Bertingkah seakan tidak peduli, padahal rasa ingin tahunya masih tetap ada.

"Nggak dibawain bekel?" tanya Aditya, berjalan melewati Naura, hanya melirik kecil memastikan cewek itu mengikutinya.

"Bawa," Naura mengangguk, melompat kecil untuk menyamakan langkah mereka, terlihat bersemangat, seperti anak-anak yang dijanjikan hadiah, "lagi pengin minum yang manis-manis aja."

Aditya hanya bergumam, sedikit menepi dan menarik lengan Naura agar tidak jauh dari jangkauannya saat melewati lorong kelas sebelas yang mulai ramai. Berpapasan dengan cowok berbadan besar yang berlari menuju arah mereka.

Naura menoleh dengan tatapan bertanya, kemudian menoleh mengikuti arah cowok tinggi yang berjalan dari arah berlawanan, sadar jika wajahnya mungkin akan terbentur pundak cowok itu jika bukan karena tarikan Aditya.

"Kamu belum sarapan juga?" Naura makin mendekat pada Aditya, berpegangan pada ujung jaketnya.

"Udah, sih." Aditya melirik, meraih pundak Naura agar bertukar tempat, Naura berjalan di isi dekat tembok dan Aditya di sisi luar, lalu mengelus perutnya, "Masih laper."

Naura tertawa kecil, menepuk perut Aditya dan bergumam kecil, "makan mulu."

Aditya ikut tertawa, tidak melepaskan tangannya dari perut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang