39. Friends in Public, Lovers in Private

1.1K 198 65
                                    

Naura melepaskan jaket dan tasnya bersamaan di samping ranjang. Hanya membawa ponsel saat menjatuhkan tubuhnya di ranjang, memeluk Coco erat, menenggelamkan wajahnya di dada beruang coklat itu. Kepalanya mencari alasan-alasan yang dapat membenarkan, kalau memang seharusnya seperti itu, tidak ada yang perlu tahu, hanya cukup dia dan Devito yang menjalaninya yang mengerti. Tidak perlu pengakuan dan tanggapan dari yang lain. Cukup mereka berdua.

Naura menendang-nendang rusuh, otaknya sudah setuju dengan rasionalisasi yang ia buat, tapi tetap saja ada cubitan kecil di hatinya bahwa ia tidak bisa bebas seperti pasangan yang lainnya. Terasa nyata tapi tak berwujud.

Akhirnya Naura hanya menatap atap, mengosongkan pikirannya, cuma menoleh saat merasakan getaran berulang dari ponselnya yang tergeletak di belakang Coco. Setelah getaran berhenti, Naura baru melongok, melihat lampu notifikasi berkedip menandakan ada pemberitahuan yang belum ia buka. Tak lama layarnya kembali menyala, menampilkan pesan beruntun yang dikirim Devito.

WhatsApp

Today, 20.12


Dito
Nay
Kamu marah?
Aku gak tau kalau bakal ketemu Salsa
Aku bener-bener minta maaf

Naya
Hi, Dito
Enggaaaaaakkkk
Aku habis bersih-bersih makanya enggak lihat kamu telepon
Iyaaaa, enggak papaaaaa
Aku enggak marah kok


Dito
Aku telepon ya

Naya
Aku mau belajar buat ulangan sosiologi besok


Dito
Aku temenin

Naya
Harus hafalan
Aku enggak tahu bakal bisa fokus kalau sambil teleponan
Maaf yaaa


Dito
Ya udah
Jangan minta maaf
Selamat belajar cantik
Ketemu besok di sekolah

Naya
Iyaaa
Kamu juga jangan lupa belajar


Naura membaca pesannya lagi, menemukan beberapa kebohongan kecil yang ia buat, lalu menutup ponsel, meletakkan benda pipih itu di bawah bantal.

“Bohong untuk hal yang baik enggak apa, kan?” Naura duduk bersamaan dengan membuat Coco duduk di depannya. “Aku bohong karena aku enggak mau Devito marah. Kalau aku bilang kalau aku emang lagi enggak mau ngomong sama dia, nanti dia ngira aku kayak anak-anak, terus marah atau sakit hati karena aku ngehindarin dia. Jadi aku udah bener bohong sama dia. Ya, kan?” Naura memegangi wajah Coco agar menatap matanya. Lalu menganggukkan kepala Coco, membenarkan.

Naura mendorong Coco sampai terlentang, kemudian melepas jaket dan kunciran rambutnya, membersihkan riasannya dan bersiap untuk membersihkan diri sungguhan.

“Neng tadi dicariin Mas Adit.” itu yang diucapkan Bi Irah sat bertemu Naura di ruang tengah. “Katanya mau ngajakin kuatiti taim gitu, munggu depan jarang masuk kelas buat latihan gitu.”

“Adit ke sini jam berapa?” tanya Naura sedikit terburu, mengabaikan pengucapan quality time Bi Irah yang belepotan. Hari minggu bisa dipastikan jika Naura di rumah makanya Aditya datang tanpa janji lebih dulu. Cowok itu pasti terkejut saat tidak menemukan Naura saat sudah sampai dirumahnya.

“Jam empat-an gitu.” Bi Irah menoleh sepenuhnya, meletakkan es jeruk di tangannya ke atas meja untuk lanjut menuturkan. “Mang Udin yang nemuin tadi, enggak masuk. Cuma di gazebo depan pas tau Neng Naya enggak ada di rumah. Terus pulang.”

“Makasih, ya, Bi.” Naura langsung berbalik ke kamarnya, mengurungkan nia untuk mengambil cemilan untuk menemaninya belajar. Memberi kabar ke Aditya lebih penting sekarang.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang