29. The Keeper

998 217 44
                                    

“Eh? Itu siapa? Aku baru pertama lihat,” celetuk Naura melihat cewek yang duduk di panggung dengan kaki yang digerak-gerakkan, menoleh menatap ruang ganti di dalam gymnasium sendirian.

“Pacarnya Abim.”

“Huh?” Naura menoleh cepat, tidak percaya. Abim yang itu? Setahu Naura, Abim merupakan cowok canggung dan pemalu, dia tidak begitu banyak bicara jika Naura ada, sering menutup mukanya setelah mengatakan hal aneh atau saat melemparkan lelucon dan hanya dia yang tertawa. Benar-benar bukan tipe cowok yang akan dengan mudah dengan cewek, apalagi jika cewek itu berada di luar lingkaran pertemanannya.

“Abim yang biasanya sama gua.” Aditya mengangguk, seakan menegaskan jika Naura tidak salah mendengar.

“Cantik,” ujar Naura setelah dapat melihat sedikit wajah cewek itu, kemudian menoleh ke arah Aditya. “Sering ke sini juga?”

Aditya mengangguk mengkonfirmasi sembari menarik dasinya dan memasukkannya asal ke duffel bag.

“Yeay! ada temen kalau nungguin kamu.” Naura bersorak riang, semakin menggeser tubuhnya ke Aditya untuk menangkap wajah cewek di depan Abim lebih jelas.

“Salsa masih sering gangguin?” Aditya mundur satu langkah, memberikan Naura akses yang lebih lebar.

Naura menggeleng, sedikit mendongak untuk menatap Aditya.  lalu menggedikkan bahunya. “Udah enggak begitu peduli juga.”

“Lo, itu, tiap ada apa-apa enggak pernah cerita ke gua.” Aditya meraih kepala Naura dengan kedua tangannya, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.

“Enggak pernah ada apa-apa, baru sekali doang.” Naura meletakkan tangannya di atas tangan Aditya, berusaha menghentikan tangan cowok itu dan  lepas dari pegangannya.

“Kan. enggak mau cerita.” Aditya melepaskan tangannya, berganti mengibas-ngibaskan rambut Naura.

Naura memegangi rambutnya, berlari kecil menjauh dari Aditya, menyempatkan berbalik dan menjulurkan lidahnya.

“Hai! Pacarnya Abim ya?” tanya Naura begitu berdiri di sebelah Abim, menampakkan senyumnya dan melambaikan tangannya di samping wajah.

“Mbak,” sapa Abim membalas lambaian tangan Naura, sedangkan cewek di depannya tersenyum tipis.

“Kenapa baru diajak ke sini sekarang?” Naura menyenggol siku Abim, lalu berusaha melompat naik untuk duduk di panggung.

Kepo,” sahut Aditya meletakkan tasnya di panggung, lalu mengangkat Naura agar dapat naik dengan mudah.

“Apa, sih.” Naura mendorong pundak Aditya menjauh, tapi tenaganya tidak dapat membuat cowok itu bergeser sedikit pun. “Ganti baju sana.”

“Namanya siapa? Dari kelas mana?” Naura menoleh ke arah cewek berambut panjang di sebelahnya, wajahnya kecil, bermata sedikit sipit dan bibir tipis.

“Jihan, 10 IPA 3.” Jihan berucap pelan.

Naura tersenyum melihatnya, suaranya terdengar lembut, terlihat malu-malu, mirip seperti Abim. Berpikir betapa menggemaskan mereka berdua saat bersama.

“Oh … angkatan bawah kita langsung penjuruan, ya?” Naura menoleh ke arah Aditya, menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya dan dijawab anggukan oleh cowok yang masih berdiri di hadapannya.

“Enggak bisa bantuin kalau ada tugas.” Naura mencebikkan bibirnya, kecewa. Takut tidak ada bahan obrolan jika mereka duduk berdua sesudah Abim dan Aditya sudah masuk lapangan.

“Sama gua aja, mbak.” Abim menyahuti.

“Kamu udah ada Adit.” Naura menggeleng, menolak ajakan Abim.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang