Playlist: Olivia Rodrigo - Favourite Crime
Happy reading~~~
***
“Dit, udahan, yuk,” kata itu akhirnya keluar dari mulut Naura. Setelah berpikir cukup lama dan juga pembicaraannya dengan Aditya kala itu membuat Naura makin yakin untuk mengakhiri sekarang. Perasannya masih sama, masih berdebar tiap kali Devito dekat, bahkan janji dengannya masih membuatnya bersemangat. Ia hanya tidak ingin terus berharap hubungan mereka akan berjalan seperti pasangan normal lainnya, sedangkan Devito tidak terlihat menginginkan itu. Patah hati adalah hal yang pasti, tapi setidaknya Naura punya dua minggu libur semesternya untuk menata hatinya.
“Baru mulai, loh, udah mau pulang?” Devito menatap depan lalu menoleh pada Naura, seakan tidak yakin jika Naura mengajak puang saat band Satria baru menyanyikan dua lagu.
“Ayo putus.” Naura menggeser duduknya, melonggarkan genggaman tangannya, tapi genggaman Devito mengerat.
“Hah? Gimana?” Devito memiringkan posisi duduknya, menarik tangan Naura ke pangkuannya.
“Putus.” Naura berucap pelan, menunduk menatap apa pun yang bukan bagian dari Devito.
“Bercanda, ya? Ultahku masih lama.” Devito berusaha menautkan jemarinya pada tngan Naura yang terbuka di genggamannya. Matanya berusaha membaca raut muka Naura, susah payah menemukan setitik garis tawa tertahan di wajah cewek itu, tapi tidak ia temukan. Mata Naura benar-benar tidak mau mendarat padanya, mau seerat apa pun genggaman yang ia berikan dan satu-satunya hal yang biasa ia lakukan adalah bertanya lagi untuk memastikan jika Naura tidak sedang main-main. “Kenapa?”
“Karena … kita harus putus.” Naura melirik Devito, sedikit terkejut saat menemukan wajah Devito yang menatapnya nanar seakan tidak percaya. Naura kira cowok itu akan menerima dengan cepat, tanpa pikir panjang. Tidak ada alasan untuk Devito menahan Naura.
“Enggak.” Devito berucap cepat, sedikit menyentak tangan Naura agar cewek itu mau menatapnya, menggenggam tangan Naura erat-erat.
Naura menoleh, berkedip sekali sebelum benar-benar memfokuskan pandangannya pada wajah manis cowok itu. Dada Naura terasa terimpit saat dapat melihat raut wajah yang sama seperti ekspresi mukanya di hari itu. Hari di mana ia menanyakan kesungguhan Devito untuk berada di hubungan mereka berdua. “Jangan bikin ini makin sulit, Dit. Please.”
“Enggak. Kita enggak bisa putus.” Devito menggeleng kuat, dahinya mengernyit menunjukkan keengganannya.
Naura menarik tangannya agar dari genggaman Devito, menggeleng pelan. Ia menatap Devito dengan senyum simpul, karena dia Naura, tidak peduli sesakit apa pun ini untuknya, hatinya terlalu besar, selalu peduli terlalu banyak. “Enggak akan ada yang tahu. Kita bisa putus, enggak akan jadi masalah, kamu enggak perlu ngerasa bersalah.”
“Apa, sih?” Nada suara Devito mengeras, mengambil napas dalam untuk menenangkan diri, tapi kernyitan di dahinya makin kentara.
Naura menggeleng lagi, menatap tepat di manik gelap Devito, berucap setenang mungkin, berusaha menghilangkan getar di suaranya. “Aku enggak akan marah, enggak akan ngerengek, enggak akan salahin kamu. Jadi tolong berhenti permainin perasaanku.”
“Kamu pikir aku nerima kamu karena rasa bersalah?” Devito melarikan jarinya ke rambutnya, mengacak kasar.
“Terus? Apalagi?” suara Naura tidak bisa berhenti bergetar, tidak peduli sebanyak apa dia mengambil nafas. Ia melihat Devito dengan pandangan kebingungan. Usaha Devito untuk menyembunyikan hubungan mereka sudah cukup menjadi bukti kalau mereka bukan benar-benar keinginannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Rendezvous
Teen FictionRendezvous (n.) a place where a particular group of people often go or meet, by arrangement or habit. ______________ Naura adalah cewek yang biasa kalian temukan di setiap kelas. Pendiam, punya prestasi bagus, catatan poinnya kosong, disukai guru...