64. Kesalahpahaman yang Lain

850 176 36
                                    

Naura meregangkan tubuhnya, setelah empat jam menunduk menatap buku tanpa jeda. Dengan ponsel di genggaman, Naura mendekati kasur untuk tidur, namun dering ponsel membuat cewek itu mendudukkan diri di tepi ranjang. Naura harus memejamkan matanya sejenak untuk memastikan jika membaca terlalu banyak memberikan pengaruh buruk pada kemampuan membacanya, karena sekarang nama Devito muncul di layar ponselnya, menghubungi lewat panggilan video. Setelah tidak pernah bertukar kabar lewat telepon dalam bentuk apa pun selama satu bulan lebih. Dengan segera Naura menerimanya, mengangkat ponsel sejajar dengan wajah dan berakhir mengerutkan kening saat layar ponselnya hanya menampilkan layar hitam tanpa gambar dari si pemilik nama.

"Dito?" Naura memanggil nama cowok itu pelan, memastikan jika panggilan masih terhubung dan bukan terjeda karena jaringan internet.

Tak ada jawaban hingga Naura menaikan volume suara ponselnya hingga maksimal, hanya suara napas teratur yang terdengar samar.

"Salah pencet, kah?" gumam Naura, mengecek kecepatan internet di ponselnya sekaligus melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 23.13. Yakin jika cowok itu hanya salah sambung saat Naura memanggil namanya lagi, tapi tak ada sahutan.

"Aku matiin, ya. Kayaknya kamu enggak sengaja mencet video call ... Dadah ... goodnight," bisik Naura masih berbicara pada layar gelap di depan wajahnya, tidak segera memutus sambungan, masih ragu untuk mematikan panggilan. Terlebih lagi ketidaksengajaan seperti ini tidak akan terjadi lagi setelah ini. Dengan satu tarikan napas dan senyum tipis, Naura hendak mematikan ponselnya, tapi napasnya terhenti sejenak dengan jari yang melayang amat dekat dengan ponsel ketika mendengar suara akhirnya terdengar dari speaker ponselnya.

"Goodnight." Kalimat terakhir yang Naura dengar sebelum panggilan terputus begitu saja. Suara serak Devito yang kini membuatnya kehilangan kantuk.

"Eh? Tersambung?" Naura menatap layar ponselnya meski sambungan sudah terputus, dengan mata sedikit melebar, antara terkejut dan bingung. Lalu menangkup pipinya, teringat jika ia tadi kebingungan karen wajah Devito yang tidak kunjung muncul di layar, ia jadi berpikir bagaimana ekspresi wajahnya tadi. "Aku tadi enggak bikin ekspresi muka aneh, kan?"

Naura merengek, menutup matanya dengan dua telapak tangan, menendang-nendang kecil membayangkan tanggapan Devito. Memalukan, Mau di taruh mana mukanya besok. Terlebih lagi, apa yang ia bilang tadi? Goodnight? Bilang goodnight saat tahu panggilan tidak terhubung?

Naura berguling di atas kasur, masih merengek. Kemudian berhenti saat ingat jika jarak bangkunya dan bangku Devito berjarak cukup jauh, bangkunya juga tidak dekat pintu. Ia bisa menghindar dan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa seperti yang biasa cowok itu lakukan jika tidak sengaja beradu pandang atau saat tidak sengaja duduk dan berdiri dengan jarak berdekatan.

Naura menarik selimutnya hingga atas kepala, tidak mau tahu lagi soal kebodohannya. Apa pun yang terjadi besok, tidak mungkin Devito masih ingat. Lebih baik tidur sebelum lewat tengah malam dan ia harus benar-benar terjaga sampai besok.

 Lebih baik tidur sebelum lewat tengah malam dan ia harus benar-benar terjaga sampai besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang