46. Damage Control

876 178 33
                                    

Playlist: Sam Kim - Love Me Like That

Ini OST-nya Nevertheless

Lagunya belum rilis full-nya, tapi bagus banget sumpah

*

Devito mengemasi barang-barangnya secepat kilat begitu bel pulang berbunyi, tidak peduli bukunya terlipat atau bolpoinnya terselip dan tidak akan ditemukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devito mengemasi barang-barangnya secepat kilat begitu bel pulang berbunyi, tidak peduli bukunya terlipat atau bolpoinnya terselip dan tidak akan ditemukan. Bergegas menghampiri bangku Naura, tidak peduli beberapa pasang mata yang mengikuti pergerakannya. Disusul Aditya yang terburu di belakangnya.

“Lo mau ngapain?” Aditya mencekal pundak Devito, membuatnya berhenti satu bangku dari bangku Naura.

“Naura tadi minta anter.” Devito melepas tangan Aditya pelan, lalu menatap Naura yang sudah menatap keduanya.

“Iya. Aku tadi minta tolong ke Dito.” Naura menyahut, dapat merasakan ketegangan yang menyeruak dari Devito dan Aditya, tersenyum tipis, menampakkan wajah memelas agar Aditya mengalah, sembari juga melirik Hasna yang jelas-jelas mendengarkan. Tidak ingin membuat tontonan.

Aditya menatap Naura seakan berusaha menyampaikan maksudnya dengan tatapan mata, akhirnya mengalah setelah melihat tidak ada tanda-tanda Naura akan menarik ucapannya. Aditya memasang senyum terpaksa, mencengkeram pundak Devito seperti memberi ancaman sebelum berbalik kembali ke kursinya.

“Bentar, aku beresin ini dulu.” Naura memasukkan map terakhir dari mejanya, segera berdiri menggendong tasnya. Beratapan dengan Aditya saat melewati baris bangku cowok itu, memberikan senyum menenangkan sebagai balasan raut khawatir sahabatnya itu, bahwa ia dapat menyelesaikan ini dan akan baik-baik  saja.

“Mau ke mana?” tanya Naura meskipun sudah tahu apa yang akan jadi pembicaraan mereka nanti. Naura hanya berharap mereka berbicara di tempat tenang yang dapat memberikan keleluasaan dalam bicara.

“Beli jajan dulu, terus ke rumah.” Devito memberikan senyumnya. “Kamu tunggu sini, aku ambil motornya.”

Naura mengangguk, berhenti di depan lobi, memandangi punggung Devito hingga menghilang. Ia memegangi tali tasnya, mengayunkan kaki kanannya untuk membuat garis acak di atas lantai. Gugup memikirkan bagaimana mereka akhirnya setelah ini, apa akan selesai atau bertahan setelah mendapatkan kesimpulan nanti.

“Nay.” suara Devito membuat Naura mendongak, menghampiri Devito, memasang helm dengan rapat sebelum duduk di boncengan.

Vespa cokelat Devito menjauh dari Dananjaya dengan kecepatan sedang, kemudian berbelok ke supermarket dengan tempat parkir cukup luas, di bagian depan perumahan Devito.

Naura turun lebih dulu, meletakkan helmnya di jok belakang. “Om Gatot sama Tante Dama lagi di rumah?”

“Mama di rumah, Papa ngantor. Kenapa?” Devito mengantongi kunci motor, melepas helm, lalu berjalan masuk supermarket. Diekori Naura.

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang