31. Jangan Lupakan Sejarah

1K 202 24
                                    

Naura berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, meletakkan tas kecilnya sembarangan di lantai, segera meraih tumpukan kertas yang dia abaikan hampir dua hari karena lelah yang menghampirinya meskipun tidak ada suplemen dan vitamin yang ia terlewat.

Naura membuka to-do-list, mengecek keharusan yang belum ia coret. Latihan soal sejarah Indonesia di e-learning, review short story untuk les Bahasa China-nya, latihan soal matematikanya. Lalu menambahkan pengingat untuk membeli leotard dan latihan penjarian untuk Bartok: Piano Sonata, Sz.80.

Meraih yang menurutnya paling mudah, latihan soal Matematika yang sebagian besar rumusnya sudah ia hafal dan ia pahami tanpa harus bolak-balik membuka buku catatan. Hampir satu jam Naura mengerjakan delapan lembar. Kini Naura membuka laptopnya untuk mengerjakan tiga latihan soal sejarah Indonesia sebelum ulangan harian minggu depan.

Bersamaan dengan Naura yang mengetikkan alamat website e-learning Dananjaya, ponselnya bergetar. Tanpa melihat siapa yang menghubungi ponselnya, Naura segera menggeser tombol hijau dan menekan tombol loudspeaker seperti biasa. Membiarkan sang penelepon berbicara terlebih dahulu sedangkan ia mulai memilih courses dan memencet latihan pertama. Melenguh saat melihat harus memasukkan token—username dan password yang diberikan tiap semester untuk mengakses beberapa latihan soal atau ujian di e-learning.

“Ya kali gua ngomong sama atap.” suara dari ponselnya memuat Naura menghentikan pergerakannya untuk meraih tas dan mengambil tempat pensil.

“Aku lagi ngerjain tugas,” kata Naura setelah berhasil mengambil lembar warna biru dari tempat pensil serta menyandarkan ponsel pada layar laptopnya  dan melihat wajah Devito memenuhi layar ponselnya.

“Yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Yah. Gua mau nanya gimana date lo tadi.” Devito terlihat mencebikkan bibirnya, membawa ponsel lebih dekat ke wajah sembari menyisir rambut dengan jari.

“Nanti atau besok aja. Aku baru mau ngerjain dulu.” Naura melirik layar ponsel sekali lalu mengisi tokennya.

“Ya udah gua temenin.” Devito duduk bersandar pada kursinya.

“Kamu udah ngerjain latihan sejarah Indonesia?” Naura mengernyit menatap Devito lewat layar ponselnya, lalu kembali mengerjakan latihan soalnya.

“Emang ada?” Devito terlonjak, gambar di ponsel Naura bergoyang-goyang tidak jelas, kemudian kembali jernih menampakkan wajah Devito dengan angle yang berbeda, dari sisi kiri atas. Cowok itu sedang menunduk seperti mencari sesuatu di laci. Sebagian kamar Devito dapat terlihat jelas. Meja komputer, kaca seukuran badan, dan ranjang dengan seprei abu dan selimut dengan warna senada.

“UKBM 5 Indonesia Merdeka. E-learning,” ujar Naura menatap layar ponselnya agak lama, lantas kembali membaca soal di laptopnya saat Devito menegak.

Naura tidak mendengar adanya balasan, diam sejenak lalu terdengar suara keyboard dan suara mouse yang ditekan beberapa kali. Kemudian suara Devito kembali mengudara “UKBM 5, kan? Lo lagi ngerjain?”

Secret RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang