±3±

3K 512 70
                                    

≈Reader POV≈

Weekend daycare tutup.

Itu berarti ini hari liburku.

Rasanya senang sekali.

Sabtu pagi ini aku mulai dengan olahraga.

Jogging pagi biasa saja.

Sampai sinar matahari rasanya mulai menghangat.

Sekalian ke pasar belanja.

"Hari ini masak apa ya?"

Padahal aku tinggal sendiri tapi rasany sulit setiap hari untuk menu makanan.

Aku masih melajang di mana teman-temanku yang seusiaku sudah menimang anak.

Haha, mirisnya jadi jomblo.

Aku baru juga move on dari mantanku yang dulu.

Ah, diingat-ingat bikin sakit hati saja.

Dia mengkhianatiku.

Mengejekku di belakang bersama selingkuhannya.

Ah, sudahlah itu sudah berlalu.

Aku yang buruk menilai pria.

Asal pria memberiku perhatian sedikit saja aku sudah salah paham.

Aku tidak boleh begini.

Sifatku ini memang merepotkan.

"Beli ikan saja terus panggang di pekarangan apartemen atau beli ubi manis?"

Hari ini buat kue saja buat mengisi waktu.

Untuk sarapan mungkin aku akan makan natto dengan telur dan nasi.

"Oh, yappari [l/n]-sensei"

"Ah, Aizawa-san doumo", tidak kusangka bertemu di sini. "Ara, belanja juga"

Aku lihat dia bawa kantong banyak sekali.

"Hah, anak-anak minta bbq"

"Murid anda? Wah, asyiknya", jadi ingat acara menginap di daycare.

Banyak anak yang menangis karena tidak biasa ditinggal orang tuanya.

"Merepotkan saja"

"Fufu, anda dekat ya dengan murid anda"

"Tidak juga"

Kalau tidak salah dia wali kelas ya di kelas satu.

Aku bisa bayangkan bagaimana murid-murid di kelasnya.

Pasti super ramai sekali.

"Aizawa-san--"

"Tolong jika di luar tempat daycare ataupun hari libur bicaranya tidak perlu formal"

"Ma-maaf membuat anda maksud saya, Aizawa-san tidak nyaman"

Sudah kebiasaan sih, akubjarang bicara dengan orang lain juga selain soal daycare.

"Bukannya aku tidak nyaman"

"Eh, ya?"

"Bicaramu yang sopan itu tanda kalau kau orang yang berpendidikan tinggi dan didik baik oleh orang tuamu"

Deg!

Ah, sial baru kali ini ada yang bilang begitu!

Orang tua ya..."terima kasih, tapi saya ehm...aku tidak punya orang tua"

"Ma-maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu"

"Tidak kok, Aizawa-san"

Membuatku mengingat hari itu.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang