≈Aizawa POV≈
"Eri biar aku yang tanggung jawab"
Kejadian yang menimpanya membuatnya trauma.
Anak sekecil ini.
Dengan bekas luka yang tidak bisa hilang.
Trauma psikologis.
Meski mengajar anak-anak kelewat hiperaktif itu merepotkan.
Hati kecilku mendorong untuk merawatnya.
Lebih tepatnya ingin kuadopsi.
Tapi...
"Syaratnya anda harus sudah menikah"
Syaratnya merepotkan.
"Kalau anda menjadi walinya untuk sementara tidak apa tidak perlu syarat tadi"
"Baik, terima kasih"
Aku mengizinkan Eri untuk keluar dari rumah dakit untuk satu hari.
Setelah melihat festival budaya sekolah, aku membawanya ke sekolah.
Ke tempat daycare.
Waktunya memang terlalu sore tapi tempat itu masih buka.
Masih ada guru di sana juga.
"Permisi"
"Ya?"
Dalam 3 detik menatapnya jantungku berdebar.
Ada desir aneh menyelinap masuk ke ragaku.
Hanya 3 detik aku menatapnya.
Aku merasa dialah orangnya.
Dia yang akan bersamaku di sisa hidupku.
Entah kenapa rasa ini familiar.
"Maaf ada yang bisa saya bantu, pak?"
"Oh, uhm...saya mau mendaftarkan anak ini, apa bisa?"
"Oh! Silakan duduk, saya bawakan formulirnya"
Kata orang, jika dalam 3 detik kau menatap seseorang dan waktumu serasa berhenti namun jantungmu berdebar...dialah belahan jiwamu.
Bagiku, itu hal yang konyol.
Konyolnya aku merasakannya sekarang.
Name tag kulirik, nama yang familiar untukku.
Apa kami pernah bertemu sebelumnya?
Rasanya sangat...hangat.
Saat di apartemen, entah kenapa aku membongkar barang-barang lamaku.
Payung untuk anak kecil dengan pinggiran bercorak garis merah muda dan stroberi.
Di pegangan payungnya terdapat sebuah nama.
"[Y/n]?"
Nama yang sama di name tag guru tadi.
Ah, aku ingat sekarang.
Saat umurku 5 tahun, ada anak perempuan yang mendekatiku karena aku kehujanan di taman.
Dia memberiku payung, saat akan aku kembalikan dia malah pindah.
Aku harap itu dia.
Cinta pertamaku ehem...
Itu konyol sekali untuk diriku yang dulu.
Setiap hari aku menjemput Eri.
Semakin lama bertemu.
Setiap bertemu jantungku selalu berdebar.
Saat dia diserang villian, aku merasa dia akan hilang begitu saja.
"Aizawa-san..."
"Ore koko ni iru"
"Kowakute..."
"Ima daijoubu"
Rapuh tapi kuat.
Berhati baik membuat senyumnya cantik.
"[Y/n]"
"Hm?"
Melihatnya saja sudah membuatku tenang.
Tenang dari murid-murid yang ricuh.
"Eh? Eh?!"
"Aku mau mandi"
"Shou-Shouta!? Kenapa tiba-tiba cium pipiku?"
"Tidak boleh?"
Pemalu.
Lembut.
Polos.
Hm, tidak sepenuhnya polos karena aku sih.
Ehem.
Kikuk.
"Etto..."
"Doushita?"
"A-aku mau pergi luar kota, a-ada seminar boleh?"
"Kapan?"
"Besok, cuma sehari kok"
"Boleh saja, nanti aku jemput jika sudah selesai"
"Uhn! Arigatou, Shouta!"
Ah, itulah sisi manisnya.
Sial aku terlalu jatuh cinta padanya.
Apalagi setelah pernyataanku terbalas.
Dia menerima lamaranku.
Ah, aku bisa gila!
"[Y/n]"
"Ha'i?"
"Kemarilah"
"Ehm...kau butuh sesuatu?"
"Iya..."
Ia masih malu-malu saat aku peluk.
Saat aku cium.
Sangat manis.
Terlalu malah.
"Aku capek"
"I-istirahat saja Shouta, kemarin kan kau tidak tidur"
"Hm, biarkan aku begini"
"I-iya"
Aku ingin terus bersamanya.
Bisa kan thor?
🐈🐈🐈
Bisa diatur pak :v
Kalau author lagi gak iseng :v//run
