≈Aizawa POV≈
"Hah...Sho...ta"
"Tahan sebentar"
Tiap malam dia jadi begini sejak diserang villian.
Belum pulih sepenuhnya.
Aku memberikanya obar lewatwadah khusus.
Nafasnya jadi berat sampai dadanya terasa nyeri, katanya.
Obat dari dokter masih ada.
Itu membantu untuk menutup luka di dalam katanya.
Quirknya itu bilang, ketika disentuh villian itu rasanya sakit, panas, dan ada sesuatu yang terkikis.
Aku tahu bagaimana rasanya.
Aku mengusap punggungnya pelan setelah memberinya obat.
Aku tidak suka ini.
"Tidak perlu minta maaf [y/n], sudah jadi tanggung jawabku karena kaunistriku dan ibu dari anak-anakku"
Aku mengatakan itu sebelum dia minta maaf lagi.
Dia selalu begitu dan bilang kalau dia merepotkan.
Kondisinya yang ini tidak mau dia perliahtkan pada anak-anak, terutama pada Eri.
"Minum lagi obatnya", aku membantunya minum obat.
Ada banyak hal yang kutakutkan ketika aku sadar dia diincar.
Dia dijadikan Nomu seperti Shirakumo.
Anak-anak dibunuh di depannya, membuatnya lepas kendali.
Bisa juga kemungkinan terburuk...
"Ssh, tidak apa"
Tangannya kugenggam, aku cium punggung tangannya agar dia tenang.
Setidaknya yang sekarang tidak separah waktu itu.
Sudah tidak batuk darah lagi.
"Ssh, shh"
Aku berusaha menenangkannya setelahnya untuk melupakan rasa nyerinya.
Aku peluk pinggangnya, rambutnya aku elus.
Keningnya kucium agar dia lebih tenang.
"Yoku ganbatta na, [y/n]", aku membantunya mengatur nafasnya. "Pelan saja, ikuti aku"
Aku genggam tangannya yang sedari tadi mencengkram erat bajunya.
Tangan kecil yang gemetar perlahan berhenti.
"Sudah lebih baik?"
"U-uhn..."
"Yokatta"
Aku tidak boleh teelihat sedih di depannya, itu akan mepengaruhinya juga.
"Tidur lagi ya"
"Bi-bisa begini sebentar saja Shota?"
"Sampai besok pagi juga bisa"
Tak butuh waktu lama dia tertidur di pelukanku.
Tidurnya yang tenang.
"Oyasumi, [y/n]"
🐈🐈🐈
≈Author POV≈
Malam yang panjang.
"Sokka..."
"Mau dijadikan seperti Kurogiri memakan waktu yang lama"
