Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A-aku jadi malu!
Pakai tidak dijawab lagi.
Aku dengar dia habis dari penjara itu, ada anak murid didiknya yang ternyata berpihak pada villian.
Teman satu kelas Izuku-kun.
"Shouta?"
Tiba-tiba saja dia memegang pipiku.
Mungkin dia lelah.
Di sela masalah yang dia pikul, aku tidak ada di sampingnya.
Bahkan disela waktu dia mencariku meski dengan perantara orang lain.
Apalagi masalah yang menimpanya sekarang.
[Kau tidak mengira ada yang aneh dengan inang kami kan?]
Venom keluar meski dalam bentuk kecil.
[Adanya pengkhianat dan itu muridmu sendiri itu di luar pengetahuan kami. Yang pasti kami terus melindungi inang kami saat itu sampai kami sendiri kehabisan tenaga]
{Kalau tidak mungkin kami sudah mati}
[Jaga bicaramu bocah merah kurang ajar!]
Apa Shouta mengira aku...juga akan berkhianat?
"Shouta, yang dikatakan mereka benar", aku tidak mungkin akan begitu. "Kalau bukan karena mereka mungkin..."
Kita akan bertemu dikondisi yang paling buruk.
"Hah, kalian ini bicara apa sih?"
"Eh?", salah ya?
"Aku hanya memikirkan...jika kita tidak bertemu secepat ini...aku tidak tahu akan seperti apa nantinya"
"Shouta..."
"Yang dikatakan mereka tadi juga kemungkinan kedua...tapi aku yakin, istriku tidak akan seperti itu", Shouta jangan buatku berdebar! "Aku yakin Venom dan Carnage pasti melindungimu"
Aku mau menangis.
Aku menggenggam tangannya yang masih di pipiku.
Sampai seperti ini dia memercayaiku.
"Mereka jadi sensitif karena mereka ingin melindungimu, itu membuat All For One enggan menyentuhmu"
"Kowakatta, ano hito wa..."
"Aku bersyukur dia belum menyentuhmu sehelai rambut pun, kalian juga terima kasih sudh bersikeras menjauhkannya dari dia"
[Sudah pasti]
{Kepala kentang itu menyebalkan}
"Seharusnya aku bisa menyelamatkanmu lebih cepat [y/n], maafkan aku...ada banyak hal yang terjadi"
🐈🐈🐈
≈Author POV≈
Jemari yang kasar terasa lembut kala mengusap bulir bening yang mengalir dari manikmu.
"Maaf Shouta maafkan aku sudah--"
Aizawa Shouta menarikmu dalam pelukannya.
Membelai rambutmu dan mencium puncak kepalamu.
Punggungmu diusapnya dengan pelan.
"Itu sudah berlalu, sekarang semua baik-baik saja", bisiknya dengan lembut. "Situasi memang belum stabil tapi selama kau tinggal di sini dan bersamaku semua aman"
Kepalamu terangguk-angguk membalas pelukannya dengan erat.
"Tidak ada lagi yang bisa mengambilmu, bahkan All For One sekalipun. Aku tidak akan biarkan itu terjadi lagi"
Pelukan erat mencengkram baju bagian belakangnya.
Suamimu itu menepuk-nepuk pelan punggungmu dan mengusap kepalamu.
"Kau sudah berjuang keras menahan rasa takutmu [y/n], sekarang kau bisa istirahat tanpa rasa takut"
"Aku masih takut...", gumamu. "Ikanaide Shouta..."
"Hm, mochiron"
"Zutto sobani itte..."
"Hm"
"Apa aku egois meminta hal seperti itu?"
"Tidak sayang tidak...sama sekali tidak, wajar jika kau mengatakan itu"
"Hontou?"
"Ya, karena itu kalimat yang sama untukmu"
Senyummu terkembang. "Arigatou Shouta"
Pria itu hanya berdehem dan mengecup pipimu dengan sayang.
Aizawa Shouta sama sekali tidak mengeluh dengan sifat cengengmu.
Karena dia tahu, dibalik orang yang mudah tersenyum itu karena mereka menyembunyikan rasa sakit yang teramat sangat dalam di hatinya.
Dia tetap memelukmu sambil bersenandung.
Menepuk-nepuk punggungmu dengan lembut dan sesekali mengecup dahi atau pipimu.
Senyummu tidak luntur sama sekali.
Merasakan kehangatan lagi dari orang yang kau cintai lagi.
Selama disekap, kau tidak begitu tahu apa yang terjadi di luar.
Sampai pada akhirnya kalian bertemu kembali.
Bolehkah mereka bersantai sedikit disela kegentingan negara?
Tentu saja boleh.
Untuk melepas rindu yang memenuhi rongga dada.
Polisi sudah berhenti mengunjungimu untuk meminta keterangan.
Semuanya ditangani oleh suamimu agar dirimu bisa istirahat dan tidak terlalu memikirkan hal yang akan ditanyakan polisi tersebut.
Semua keterangan sudah di dapat.
Dan kau bersih dari tuduhan kalau kau adandi pihak musuh.
Bersih dari tuduhan bahwa kau mahluk ciptaan musuh.
Sekua itu sudah tidak berlaku lagi padamu.
"[Y/n]?"
Shouta merasakan pelukanmu mengendur dan cengkremanmu melemah.
Dia menahanmu saat akan jatuh menyamping.
Dia pikir kau hanya tertidur karena kelelahan menangis.
TETAPI :v
"[Y/n]! Hei! Aku panggilkan dokter! Tunggu sebentar! Bertahanlah!"