±39±

551 115 12
                                    

Author POV≈

Aizawa Shouta terduduk sendirian di lorong rumah sakit.

Kepalanya menunduk dan ditopang tangannya.

Mengesad boy :v

Merenung apa yang dikatakan dokter padanya atas kondisi istrinya yang tiba-tiba saja jantungnya berhenti berdetak.

Frustasi :v

"Organnya rusak katanya...", gumamnya.

Wajah ceria istrinya langsung berputar di kepalanya bagai film.

"Dia terlihat baik-baik saja padahal", gumamnya lagi. "[Y/n]..."

Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya.

Semua masalah rasanya terus datang padanya padahal belum satupun terselesaikan.

Masalah muridnya yang ternyata imposter sedang ditangani dan menunggu keputusan anak itu.

Datang lagi masalah lain.

Belum lama bertemu, ketika sudah bertemu rasanya akan hilang lagi untuk selamanya.

Buku jurnal milik mertuanya yang sudah lama tiada ia buka.

Mencari jawaban atas apa yang terjadi pada istrinya.

Halaman demi halaman dibalik.

Begitu ia mendapat apa yang dia mau.

Maniknya melebar.

Matanya serasa panas seketika.

"Kenapa...kenapa hal seperti ini bisa terlewatkan?"

Dia mengacak rambutnya dengan frustasi.

Ia berdiri dari duduknya.

Menempelkan tangan pada kaca ruangan di mana di dalam sana terbaring sang istri dengan berbagai alat terpasang di tubuhnya.

"Aizawa-san"

"Sensei, apa tidak bisa...dia mendapat donor organ?"

Dokter itu menaikkan kacamatanya. "Itu yang sedang saya ingin diskusikan dengan anda, ikuti saya"

🐈🐈🐈

≈Aizawa POV≈

"Memperbaiki?"

Aku menatap hasil x-ray milik [y/n].

Ada yang aneh di sana.

"Saya juga tidak tahu benda apa yang seperti menyelimuti organ-organnya yang rusak seperti memperbaiki atau memakannya"

"Quirknya"

"Apa?"

Aku memberikan jurnal milih ayahnya ke dokter tersebut. "Di sini ada informasinya hanya saja..."

Meski memperbaiki pun itu tidak akan mengembalikan fungsinya seperti semula.

"Quirk ayahnya dan istri saya sama, tapi jurnal itu tidak pernah selesai"

A

da pesan di sana untuk [y/n].

Aku belum berikan padanya tapi dia kritis sekarang.

"Begitu, quirknya seperti parasit? Jika orang lain kena dia bisa kena dampaknya juga"

"Saya pernah bersentuhan dengan quirknya bahkan quirknya memakai saya"

"Hm, sebaiknya saya periksa anda juga"

Aku menurut saja pada dokter.

Tapi aku tak merasakan apapun.

Pemeriksaan lengkap pun hasilnya semua baik.

Tidak ada yang rusak.

Apa ada jangka waktu efeknya?

"Hm, mungkin dampaknya memiliki jangka waktu. Untuk anda, semua hasilnya baik"

Ini tidak adil rasanya.

Sangat tidak adil.

Bagaimana aku bisa tidak tahu kalau dia sedang menahan sakit?

Seharusnya aku tahu...

Kalau aku tahu lebih awal...

Apa akan ada yang berubah?

Apa malah tetap sama saja akan begini?

"Kami akan pantau terus istri anda dan akan berusaha mencari jalan keluar terbaik"

"Onegaishimasu..."

Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana tanpa dia.

Eri pasti akan sering mimpi buruk kalau tidak ada dia.

Sato masih terlalu kecil untuk mengerti.

Padahal kami baru saja berkumpul lagi.

Kenapa ini semua harus terjadi?

"Sensei!"

🐈🐈🐈

≈Author POV≈

"Ano..."

Kau kebingungan menatap beberapa pasang mata yang menatapmu dengan berbagai ekspresi.

"Watashi wa...doko desu ka?"

"[Y/n], kau tidak ingat?"

Manikmu mengerjap beberapa kali menatap pria berambut panjang di depanmu. "Dochira sama desu ka?"

Aizwwa Shouta shock. "Ore no koto...wasuretta no ka..."

Kepalamu miring sedikit. "Apa kita pernah bertemu?"

"Ini aku Shouta, suamimu", dia memperlihatkan cincin pernikahan kalian. "Lihat? Kau istriku"

Kelopakmu mengerjap bingung meatap tangan kalian yang tersemat cincin di jari manis.

Kau menatap tanganmu dan tangan Shouta bergantian.

Menempelkannya satu sama lain dan menggenggamnya.

Kepalamu mirimg sedikit menatao tangan dan pria di depanmu yang terlihat tampak khawatir.

Tanganmu yang satu lagi menyentuh pipinya. "Kono me doushita? Ittai desu ka?", katamu. "Apa tidurmu cukup?"

"Kau ingat aku?"

"Maa...wakaranai", jawabmu membuat Shouta meneteskan air matanya. "Demo..."

Shouta mengangkat wajahnya.

"Nantoka ano kimochi ga...oboiteimasu"

Shouta berharap sesuatu dari ucapanmu.

"Anata no koto to watashi no koto...aishiteru tte kana", katamu dengan malu-malu. "Dakara wakaranai..."

"[Y/n]..."

Kepalamu disandarkannya pada dada bidangnya.

Menutupi air mata yang semakin kekuar dengan derasnya.

"Kenapa ini bisa terjadi?"

🐈🐈🐈

Nyehe :v

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang