≈Author POV≈
Jika hari kerja, Aizawa Shota akan ada di asrama U.A
Begitu weekend, dia akan ada di kediaman kecilnya bersamamu dan Eri.
Itu pun jika tidak terjadi masalah apapun di sana.
Mengingat kelas yang dia pegang anaknya hiperaktif semua :v
Membuatnya stress :v
Tapi ketika ada kesempatan di hari kerja dia akan pulang ke kediamannya.
Melihatmu saja penatnya sudah hilang.
Itulah kehidupan pasutri satu ini.
Seperti bersantai di malam hari dengan secangkir teh sekarang.
"Eh, menginap di asrama?"
"Ya, kepala sekolah mengizinkannya"
"Tidak apa? A-aku kan bukan guru atau murid di sana"
"Tapi kau istriku"
Kalimatnya yang dilontarkan membuatmu tersipu malu.
Meski sudah ada bulanan usia pernikahan kalian.
"Ehm, kalau sudah diizinkan tidak apa tapi...sekolah tempatmu mengajar Shota jauh dari tempatku mengajar"
"[Y/n], nanti ada yang antar jemput. Lagipula di hari weekend saja kok, kan daycare libur"
"Oh, weekend saja", kau tampak berpikir. "Kenapa tiba-tiba?"
"Katanya hadiah pernikahan kita, kemarin beliau tidak bisa datang. Yah, meski cuma itu yang bisa dia berikan"
"Ya sudah kalau begitu, sampaikan rasa terima kasihku"
Keningmu dikecupnya.
Hari ini hari jum at.
Suamimu itu mampir untuk menyampaikan hal itu, sekalian besoknya ikut mengantarmu.
"Makanmu sedikit, kenapa? Tidak enak badan?"
"Lagi tidak nafsu makan saja Shota, entah kenapa tiap makan selalu muntah lagi"
"Kalau sakit kita tunda saja dulu"
"Sekarang sudah tidak apa kok"
"Yakin?"
"Iya, jangan khawatir"
🐈🐈🐈
≈Reader POV≈
Aku pernah melihat kepala sekolah di sekolah yang terkenal ini.
"Yah, memang tidak seberapa aku ingin memberi kalian hadiah"
Dilihat langsung ternyata imut.
Tapi dari cerita Shota, dia bilang kepala sekolahnya ini...agak gila.
Lihat dia ada di balik selendang Shota itu, terlihat imut.
Awalnya yang di leher Shota kukira tisu toilet.
Gomen Shota.
"Ada juga hal yang ingin aku diskusikan denganmu juga, tidak apa kan Aizawa?"
Shota terlihat ragu, kenapa? "Kalau itu menyangkut Midoriya, tidak apa"
"Kurang lebih begitu"
Izuku-kun dapat masalah?!
Nggak mungkin, dia anak baik-baik lebih baik dariku!
Kecuali, dia suka mematahkan jari dan lengannya sekarang kata Shota.
Aku juga kaget Izuku-kun tiba-tiba punya quirk sekarang.
Aku mengikuti kepala sekolah mini ini.
Kalau jalan imut juga.
Shota bilang, tetap hati-hati karena kepala sekolah ini kadang bisa di luar kendali.
Aku ragu harus waspada atau tidak jadinya.
"Aizawa memintaku untuk mengungsimu ke sini"
"Eh? Mengungsi?"
Kok tiba-tiba disuruh mengungsi?
Kan belum terjadi apapun.
"Untuk apa Shota meminta begitu?"
"Quirkmu, dia khawatir liga penjahat akan mebawamu setelah kejadian lalu"
Apa boleh begitu?
"Aizawa hanya takut liga penjahat berhasil membawamu dan mengubahmu seperti kawannya"
"Teman Shota?", aku belum pernah dengar.
"Shirakumo Oboro, Aizawa Shota, dan Yamada Hizashi, ketiga alumni sekolah ini dan mereka bersahabat. Tapi saat magang, Shirakumo Oboro meninggal"
Aku baru dengar ini.
Shota tidak pernah cerita.
Dia hanya murung setelah bilang habis dari suatu tempat.
Dia bilang ingin sendiri dulu.
"Itu yang kami ketahui sebelumnya, lalu suatu hal terjadi...Shirakumo Oboro dimodifikasi dan menjadi Kurogiri yang ada di liga penjahat"
"Kurogiri...orang yang berasap itu?"
"Apa kau pernah melihatnya?"
"Sekilas saat aku dibawa Nomu dulu"
Aku melihatnya di gedung tinggi, aku cerita pada Shota karena dia bertanya padaku apa aku melihat seseorang saat Nomu membawaku.
Dan dia bergumam nama itu.
"Aizawa tidak mau kau jadi seperti dia, Aizawa cerita sedikit tentang quirkmu padaku dan sepertinya mereka mengincarmu"
"Ma-mana mungkin kan? Sa-saya cuma warga sipil biasa bukan hero apalagi villian! Shita memang prohero, tapi tidak banyak yang tahu jika kami memiliki hubungan", aku tidak mengerti. "Mengincarku hanya karena quirk saya? Saya sendiri tidak bisa ken--"
"Itu dia masalahnya"
Eh? Masalahnya karena aku tidak bisa kendalikan?
"Quirkmu tak bisa kau kendalikan dan dia punya pikirannya sendiri, Aizawa pernah tidak sengaja bicara dengannya"
"Shota...pernah bicara dengannya?"
"Saat kau tidur katanya, dia keluar sendiri dan membuat sebuah perjanjian dengannya"
Sifat liciknya itu, aku tidak dapat mempercayainya.
Aku sendiri tidak dapat mempercayainya.
[Menarik]
"Jangan keluar!"
[Sudah tuh~]
"Wah, senang bertemu denganmu"
"Perjanjian apa yang kau buat?"
[Sebelum itu...tikus ini menyebalkan sekali, aku ingin memakannya]
Aku harus hentikan di-!
"Kau tidur saja dulu, biar aku yang bicara dengan tikus ini"