±10±

2.1K 383 24
                                    

≈Reader POV≈

Sudah kuduga akan begini.

Dua orang bermarga Midoriya ini menatap kami penuh selidik di meja makan.

Fix diintrogasi.

Fix no debat.

"[Y/n] sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan wali kelas Izuku?"

"Sejak kemarin", Aizawa-san sajtai sekali anda menjawabnya.

"Eh!? Maji!? Hontou!?"

"Izuku, tenang dulu", nada neesan uhh...

Rasanya seperti masuk kandang singa dan aku hanyalah serangga tahi yang kecil.

Ah, aku memang seekor kutu yang tidak berguna.

"Maaf sebelumnya, apa anda serius ingin menikahi [y/n]? Kalian saj baru pacaran kemarin"

"Saya serius", Aizawa-san. "Saya akan tanggung jawab atas perbuatan saya bukan karena kasihan dan saya sejak bertemu dengan [y/n] sudah merasa kalau dia adalah yang terbaik untuk saya"

Aku tidak percaya dengan telinga dan mataku.

Tanganku yang digenggam.

Tatapannya padaku yang selalu lembut membuatku deg-degan, dibalik mata mlasnya itu.

A-aku tidak bisa menatapnya lama-lama!

Aku menunduk untuk menyembunyikan mukaku yang terasa panas.

"Apa tidak terlalu cepat? Maksudku, bagus juga untuk langsung menikah dan [y/n] memang sudah waktunya meski mukanya masih kelihatan seperti anak SMA"

"Neesan!", aku malu tahu.

"Tapi anda tahu kan? [Y/n] guru dari Eri dan anda walinya Eri, saya khawatir--"

Aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan neesan.

Terlalu panjang kali lebar, pusing.

"Itu akan kami atasi bersama"

"Aizawa-san...", aku terkejut sampai menatapnya.

Atasi bersama katanya?

Kata itu tidak pernah kudengar sekalipun selama aku pacaran dulu.

Lebih tepatnya aku sering dimanfaatkan.

Hah, memang aku ini hanya kutu yang tidak berguna.

Selalu gagal dalam percintaan.

"Bagaimana denganmu [y/n]?"

"Eh? Aku? Jadi duta shampo?"

"Hah, apa kamu percaya pada Aizawa-sensei?"

"Aku...", tidak boleh ragu! Ayo ikuti kata hatimu! "Iya, aku percaya padanya"

Dari kesekian pria, dia yang membuatku nyaman.

Aku merasa dialah pria yang tepat.

Ada semacam getaran aneh ketika melihatnya pertama kali.

Kuberikan senyum terbaikku padanya.

Itu berhasil membuatnya merona, imut mirip kucing.

"Ehem! Ehem!"

Aku langsung fokus ke lawan bicara di seberangku.

"[Y/n]...aku ikut bahagia"

"Eh? Neesan nakanaide yo"

"AAAAAA!"

"I-Izuku-kun tenanglah!"

Aduh, mereka berdua malah menangis.

Nanti apartemen ini banjir gimana?

"Aku lupa sesuatu"

"Eh? Ya?"

"Aku lupa bawa cincin"

"Se-sekarang bukan saatnya begitu Aizawa-san, bantu aku menenangkan keduanya"

Semua akan berjalan baik kan?

🐈🐈🐈

≈Author POV≈

Setelah introgasi dan termehek-mehek :v//plak

Diganti dengan makan malam.

Perayaan kecil :v

"Eh? Kau tidak suka lobak?"

"Bagi setengah"

"A-arigatou"

Adegan manis itu, membuat tuan rumah yang melihatnya ikut tersenyum.

Kalian berdua yang tampak malu-malu terlihat manis.

Ademnya, batin Izuku dan ibunya.

Adem banget ya jadi pengen jahil, hehe :v

"Ini shoyu"

"Eh? Aizawa-san tahu aku suka campur nasi dengan shoyu?"

"Hm, begitulah"

"O-onegaishimasu"

Sudah seperti pengantin baru :v

Padahal otw :v

"Etto rencana kapan?"

Kalian berdua saling pandang dan mengerjapkan mata beberapa kali, ditutup dengan kepelamu yang miring sedikit.

Meminta jawaban.

"Uhm...besok?", jawab Aizawa.

"Prft! Uhuk! Uhuk!"

"Izuku-kun ini minum"

"Terlalu cepat juga tidak baik"

"Akan kami pikirkan"

Kejutan.

Diskusi.

Dibicarakan di meja itu.

Sampai tidak terasa malam telah larut.

Murid SMA yang di asrama harus kembali ke asrama.

"Ibu, tidak perlu khawatirkan aku"

"Sering-sering pulang ya, Izuku"

"Uhn, pasti...kalau diizinkan hehe"

Tanganmu mengelus lembut surai hijau pemuda itu. "Izuku-kun sudah bisa menjaga dirinya sendiri"

"Midoriya anak baik di kelas tidak perlu khawatir"

"A-aku jadi malu hehe"

Guru dan murid itu akhirnya pamit.

Lambaian tanganmu di balas oleh pria yang akan menjadi suamimu nanti.

Pipimu merona.

Begitu mobil melaju sampai tak terlihat di mata.

Brak!

Bruk!

"Uweeeee~", kau pun terduduk dengan meringkuk setelah masuk dan menutup pintu.

"Da-daijoubu, [y/n]?"

"Hazukashi yo neesan, uweee~"

"Aku mau dengar bagaimana kalian bertemu"

"Neesan sudahlah...jantungku masih berdebar"

"Kamu ini masih kikuk ya"

"Doushiyo neesan?"

"Eh? Apanya yang bagaimana?"

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang