≈Reader POV≈
Buku aneh yang kubaca tentang kebebasan memakai quirk.
Ideologinya benar-benar mempemgaruhi.
[Hei, mau coba ke tempat itu?]
"Kau jadi sering keluar ya, aku tidak tahu..."
Pasti dia ingin bebas.
Tanpa harus aku kekang.
Quirkku seperti orang saja.
"Kau ingin bebas?"
[Aku bebas sebagaimana dirimu bebas bodoh]
"Sekarang?"
[Hm, lumayan...]
"Aku pun begitu, kau pun jadi jinak ya haha"
Wah, bisa malu juga dia.
Dia jadi lebih lembut dari biasanya.
Aku tidak percaya ini.
Sepertinya dia lelah melawan Shota.
Apalagi ada Sato.
Ini sudah 3 hari sejak selesai membaca buku itu.
Kebebasan memakai quirk tanpa terjerat hukum.
Itu agak berbahaya, apalagi aku bukan hero yang dapat izin.
Aku hanya seorang guru di daycare.
Aku tidak mau mengambil resiko.
Aku tidak mau buat keluargaki khawatir lagi.
[Monyet kerdil ini cepat sekali mengantuk ya]
"Wajar kok, masih bayi juga"
[Enak ya kerjanya minum, tidur, minum, tidur]
"Kayak yang bilang tidak saja"
[Aku sibuk kok, sibuk menonton cara manusia berkembang hiak zahahaha]
"Damare!"
Ah, apapun yang kulakukan dia pasti tahu!
Inilah salah satu alasan juga aku ragu menikah dulu!
Ah, hazukashi!
Meski itu quirkku sendiri!
Aku menidurkan Sato di ranjang bayi setelah menyusuinya.
Di daycare untungnya tidak apa membawa bayi.
Namanya juga daycare sih, bodohnya aku.
Ada sendiri untuk tempat bayi.
Dibedakan berdasarkan umur.
Kalau dijadikan satu nantinya ada masalah.
Anak-anak itu masih polos dan cenderung ingin tahu.
Ah, orang di daycare mengira aku quirkless.
"Hari ini makin dingin, bikin hotpot saja nanti pulang"
[Kerjamu belum kelar]
"Hehe, namanya juga sudah rumah tangga, harus bisa bagi waktu"
[Kau berubah]
"Watashi tachi yo, baka"
Tidak biasanya juga dia keuar saat sedang aku kerja.
Tumben saja begitu sejak Sato lahir.
Mungkin dia penasaran terhadap bayi manusia.
Yah, dia muncul saat usiaku 4 tahun.
Bisa-bisa pertama kali muncul bilang kalau aku mengambil tubuhnya.
