Setelah hampir gila karena dua hari terkurung di apartemen dan menghabiskan waktu dengan kegiatan monoton—mandi, makan, tidur, repeat, kedatangan teman-temannya menjadi angin segar untuk Refki. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika mereka tiba dan meramaikan apartemen Refki yang awalnya sunyi senyap. Liv masih berada di kampus dan akan pulang satu jam lagi karena harus melangsungkan rapat dengan anggota divisinya di HIMA.
Welly membawakan makan malam untuknya, juga untuk Liv. "Titipan dari Lita." Begitu yang laki-laki itu ucapkan sewaktu meletakkan berkotak-kotak tupperware di atas meja makannya. Refki hanya sempat membukanya sebelum Rengga berisik ingin menikmati sekotak redvelvet cake yang Deo bawakan untuknya.
"Aku bawa buat Refki, kenapa kamu ikut-ikutan nyendok, Ga?"
Rengga hanya nyengir dan memotong dengan ganas redvelvet cake kesukaan Refki itu untuk dipindah ke piringnya. Namun, Refki membiarkan. Selain karena ia harus menjaga pola makan, setidaknya kedatangan mereka sudah cukup membuat Refki tidak merasa kesepian.
"Biarin aja, Yo." Refki menoleh pada Fedry yang sibuk memindah saluran televisi dengan remote di tangannya. "Makan, Fed. Kalau mau minum, ambil aja di kulkas."
Fedry mengangguk. Hanya laki-laki itu yang sejak datang, meminta izin untuk menghidupkan televisi di apartemen Refki, sebelum bungkam. Welly dan Deo terlibat pembicaraan mengenai ingin-ganti-mobil-baru. Sedangkan Rengga, sibuk mengisi perutnya dengan seperempat porsi redvelvet cake sembari menimpali sesekali.
"Pengen ganti mobil apa, Well?" tanya Refki yang sejak tadi belum masuk dalam diskusi, karena sibuk membalas pesan dari Sofia—Mamanya—yang menanyakan keadaannya.
"BMW."
Refleks, Refki menyeringai. "Lita siap lihat rekeningmu dikuras?"
"Jelas nggak." Welly terlihat frustasi ketika mengatakannya. Sudah menebak bahwa Lita akan sangat keberatan dengan ide suaminya itu. "Dia mogok ngomong setengah hari gara-gara aku bilang pengen BMW. Padahal setengahnya dicover Papa—atau bisa lebih, ini hadiah ulang tahun kemarin. Belum aku terima dan Mama ngambek kalau aku nolak. Serba salah."
Mendengarnya, Rengga tergelak. "Kamu pacaran sama Lita bertahun-tahun, kawin dapet dua tahun, kenapa masih bego, sih, Well? Ya disayang-sayang dulu sebelum bilang. Jangan ujug-ujug. Jantungan bojomu, Cok. Sing pinter sitik, lah." (Jangan tiba-tiba. Jantungan istrimu, Cok. Yang pinter sedikit, lah.)
"Lita ngerti kalau itu kado dari Om Radhi?"
Welly menggeleng mendengar pertanyaan Refki.
"Aku belum bilang. Baru bilang pengen BMW udah disemprot duluan. Yaudah diem, daripada tidur dikasih punggung doang."
Fedry yang sejak tadi hanya diam sambil terus memindahkan saluran televisi, langsung terkekeh. "Pajeromu udah ganteng. Investasi yang rada berguna, Well."
Refki langsung tertawa keras-keras, lalu berucap, "Kasih Lita pilihan. Sama-sama kelihatan cakep, sama-sama nguras rekening, Pajeromu dimodif abis 500 juta lagi, atau ganti mobil sekalian."
"Halah, itu bukan pilihan, Ref! Lita langsung oke kalau cuma modif doang. Kebanting sama harganya BMW."
Mendengar bantahan Deo, Refki menyambar. "Dia bolak-balik modif, Yo. Ada tiga kali, setahun. Langsung aja ganti yang rada cakep. Percaya sama aku, Lita bakal lupa keselnya kalau lihat kamu nyetir BMW. Pasti dia cerita ke Liv 'aduh, Liv. Mas Welly cakep banget pakai BMW. Mana tambah seksi lagi. Kenapa bisa magis kayak gitu ya'. Aku udah sering denger kayak begini tiap Pajeronya Welly dimodif, nggak paham letak magisnya di mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Night ✔
RomanceSurabaya, 2019. Refki mencintai Liv sebesar ia menghargai tiap detik di malam yang mereka lewati bersama. Liv mencintai Refki sebesar laki-laki itu meluangkan waktu untuk memberinya dekapan hangat kala malam menjelang. Meski dalam beberapa waktu, Re...