53rd Moment - Childhood

7.5K 839 41
                                    

Liv melambaikan tangan dengan senyum semringah begitu mendapati Rush milik Edo mendekat dan berhenti di depan pagar rumah Lita. Laki-laki itu menurunkan kaca jendela mobilnya dan membalas senyum Liv.

"Aku nggak boleh pamit dulu ke Lita sama Welly?" tanya Edo sembari mengedikkan dagu ke arah pintu rumah yang tertutup rapat.

Dengan hati-hati, ia mendekat pada mobil Edo. Hujan baru reda dan genangan air di depan rumah Welly akan membuat ankle strap heelsnya kotor jika ia asal melangkah. Serta-merta, aroma parfum, pengharum mobil, dan sisa asap rokok menyerbu indra penciuman Liv.

"Mereka lagi keluar, Mas. Tadi aku udah pamit, kok," katanya. "Berangkat sekarang?"

Begitu Edo mengiakan, Liv segera mengunci pagar dengan kunci cadangan yang Lita berikan padanya.

Malam ini, Liv menerima ajakan Edo untuk menghabiskan waktu senggang bersamanya. Sebagai perayaan kecil karena Liv telah melewati seminar proposal dua minggu lalu, katanya. Laki-laki itu melayangkan ajakan begitu melihat update foto pada whatsapp storynya.

Dua minggu lalu, Liv mengunggah foto bersama Gista yang juga melangsungkan seminar proposal di hari itu. Liv tidak mampu menolak, tetapi menerimanya langsung akan menimbulkan gerutuan Refki atas nama cemburu. Liv bisa melawan, tentu saja. Meski begitu, ia tidak bisa membiarkan mereka meributkan hal-hal remeh. Hari itu, ia hanya mengatakan pada Edo bahwa ia akan mengabarinya begitu ia punya waktu senggang. Revisi yang segunung menjadi alasan pamungkasnya.

Berhari-hari, Liv memutar otak. Perasaannya terombang-ambing seakan butuh segera diluapkan. Ia berusaha mencari cara untuk mengatakan ajakan Edo tanpa membuat kekasihnya senewen. Mereka-reka suasana hati Refki ketika laki-laki itu mengajaknya makan malam atau ketika ia menginap di apartemen laki-laki itu. Begitu Liv memutuskan untuk mengatakannya, karena ia tidak mau membiarkan Edo menunggu tanpa kepastian terlalu lama, respon Refki melampaui ekspektasinya. Laki-laki itu mengizinkan tanpa cemberut sewaktu Liv bertanya apa ia bisa keluar bersama Edo dan menghabiskan malam bersama. Bermain selayaknya teman yang sudah lama sekali tidak bertemu.

Saat mendapati keheranannya, Refki berkata bahwa Radit sudah menjelaskan hubungan Liv dan Edo yang sebenar-benarnya. Liv hampir mengomeli Refki karena tidak percaya pada penjelasannya dulu, tetapi ia tidak mau mereka beradu mulut dan rencananya dengan Edo batal. Liv memang pernah menaruh hati pada laki-laki itu. Liv pernah tertarik pada Edo yang selalu mau bermain dengannya, yang selalu bisa klik dengannya pada beberapa hal. Namun, perasaan itu sudah kandas bertahun-tahun lalu. Seluruh hatinya kini sudah terisi penuh oleh Refki dan tidak ada ruang untuk laki-laki lain.

Malam ini, mereka berencana menonton film di bioskop. Keduanya berniat mengenang kembali masa-masa ketika mereka pergi ke tempat penyewaan kaset film dan menontonnya bersama di rumah Edo. Liv dan Edo sama-sama penyuka film. Karenanya, mereka selalu jadi teman yang klop. Edo pernah mencobanya pada Lita. Laki-laki itu bahkan mengitari tempat rental kaset hampir satu jam untuk memilih film romansa yang bisa ditonton dengan Lita, karena ia tahu Lita adalah penggila buku-buku romansa. Namun, perempuan itu tidak begitu antusias dan lebih suka tenggelam dalam tumpukan buku-buku tebal. Meski begitu, Edo masih saja menyimpan perasaannya untuk Lita. Meski tertolak secara tidak langsung, Edo tetap mengagumi sosok Lita.

"Pacarmu tau kita jalan, Liv?" tanya Edo ketika keduanya memasuki area bioskop dan mengantre pada bagian pembelian tiket.

Liv mengangguk. "Mas Refki lagi lembur, jadi malem ini kita bisa main sampai malem kayak dulu. Dibolehin kok, jadi nggak bakal diomelin."

"Mendekati weekend, dia masih lembur?" tanya Edo disela-sela senyum tipisnya yang perlahan terbit. Edo tidak kelihatan heran. Liv yakin pertanyaannya hanya dimaksudkan untuk menggoda atau memastikan bahwa laki-laki itu tidak salah mendengar ucapan Liv.

Too Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang