26th Moment - Call

8.5K 1.1K 24
                                    

Ukuran kebahagiaan Liv sangatlah sederhana. Refki yang hari ini pulang kerja pukul setengah enam sore, salah satunya. Setelah melewati pekan UTS yang melelahkan, sejujurnya Liv benar-benar senang ketika Refki mengabarkan bisa pulang lebih cepat dari beberapa hari terakhir dan mereka bisa menghabiskan sisa hari bersama. Walaupun hanya untuk makan dan cuddles sepanjang malam.

Kekasihnya itu menjemput di rumah Lita dan seperti biasanya, Kakaknya akan membawakan beberapa kotak makan yang berisi lauk dan sayuran. Karena sudah bebas dari UTS—meski beberapa tugas menunggu untuk diselesaikan, sore tadi Liv mengunjungi Lita dan menggunakan dapur Kakaknya untuk bereksperimen. Membuat nugget dengan ayam dan sayuran, lebih tepatnya. Walau tetap harus dengan bantuan Lita. Liv berusaha mengurangi makanan instan yang Refki maupun dirinya konsumsi dengan lebih sering mengolah bahan-bahan mentah dengan tangannya sendiri.

Terasa sangat lama, sejak terakhir kali Liv menginap di apartemen Refki, padahal ia hanya absen selama kurang dari dua minggu. Ia sibuk membongkar beberapa catatan dari semester-semester sebelumnya untuk menyelesaikan tugas pra-UTS dan menyiapkan beberapa materi yang ia pelajari selama pekan UTS berlangsung. Semakin semesternya menanjak, semakin Liv tidak mau bermain-main dengan kuliahnya. Sembari melewati semester enam dengan sungguh-sungguh, Liv mulai menyiapkan diri untuk skripsinya.

Liv tidak datang dari mahasiswa penerima beasiswa seperti Lita karena Welly yang membiayainya selama ini. Selain karena tidak mau membuat Refki menunggu dengan hubungan mereka, Liv juga tidak bisa mengecewakan Lita dan Welly yang sudah menyisihkan sebagian uang mereka untuk membayar biaya kuliahnya. Ia harus lulus tepat waktu, atau bahkan sebelum empat tahun.

"Kamu masih ada UTS besok?"

Seraya membongkar beberapa kotak makan yang dibawanya dari rumah Lita di atas meja makan, Liv menggeleng. "Tadi UTS terakhir, sisa tugas-tugas doang. Rencananya mau mulai aku kerjain malem ini. Kamu bawa kerjaan, Mas?"

"Iya." Refki duduk pada salah satu kursi, lantas melanjutkan, "Gimana UTSnya? Kamu kesulitan?"

Liv memberi jeda beberapa detik lalu menjawab, "Sebagian." Senyumnya kikuk dan Refki dibuat gemas karenanya. "Waktu dosenku jelasin di kelas, aku bisa paham. Terus aku juga lulus tiap ada quiz. Tapi soal yang keluar di UTS selalu ... apa ya, um lebih susah gitu, Mas. Studi kasusnya lebih kompleks. Kayaknya aku harus lebih rajin lihat berita daripada nonton seriesnya Netflix deh."

Mendengar penuturan Liv, tawa Refki berderai. "Semester lalu kamu juga bilang bakal lebih kepo sama international news, tapi nggak pernah absen langganan Netflix dan jadi lebih paham jalan ceritanya the crown dari season awal sampai sekarang."

"Tapi dari the crown aku juga belajar soal international relations."

Lagi-lagi, Refki tergelak ketika mendapati Liv cemberut.

"Aku nggak lagi ngelarang kamu nonton series apa pun di Netflix, Sayang. Tapi seenggaknya kamu juga harus update isu terbaru."

Liv mengangguk setuju dengan tangan sibuk memindahkan kari ayam ke dalam panci dan berniat menghangatkannya. Berkali-kali, Liv berjanji pada dirinya sendiri dan satu minggu pertama ia mendadak menjadi mahasiswa paling rajin sejurusan, kemudian satu minggu berikutnya Liv kembali dengan kebiasaan-kebiasaannya yang nyaris tidak berguna. Menonton film dan series, belanja, membaca novel dan buku-buku resep, hingga mendekor ulang kamar kosnya yang jarang ditinggali.

"Netflix udah jadi part of my life, Mas...,"

"Iya, aku ngerti." Refki beranjak karena ia harus segera mandi sebelum mereka makan. Dihampirinya Liv yang sedang menyalakan kompor, dan dikecupnya pipi perempuan itu berkali-kali. "Lihat atau baca berita nggak sampai sepuluh menit, kamu bisa sisihin waktumu sebentar biar nanti pas UAS nggak kesulitan lagi."

Too Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang