Ada lagu di mulmed yang bisa didengerin pas baca moment ini. Vibesnya Liv dan Refki banget. Happy reading, Peeps!
***
Menjadi arsitek adalah cita-citanya sejak kecil. Saat dinyatakan sebagai salah satu mahasiswa baru di jurusan Arsitektur pada institut terbaik di Bandung, Refki senang bukan main. Dan Refki sudah tentu memperkirakan bahwa menjadi arsitek artinya ia akan selalu bergelung dengan tumpukan kertas kerja dan software desain, bergulat dengan deretan angka dan garis yang harus presisi. Namun, tidak jarang Mamanya mengomeli saat Refki lebih mencintai pekerjaannya dibanding diri sendiri. Dalam beberapa waktu, Liv juga melakukan hal yang sama sebelum meminta maaf karena tidak ingin terkesan mengatur. Refki menyenangi saat-saat itu. Bahwa meskipun ia tidak begitu mencintai diri sendiri, masih ada yang mencintai dirinya lebih baik dari yang bisa ia lakukan.
Refki spontan menoleh ke arah toilet di lantai ini saat mendengar ketukan heels yang beradu dengan keramik. Lantai tempat divisi teknik berada masih menyisakan segelintir karyawan yang lebih suka pulang ketika satpam kantor yang berjaga mulai patroli pukul sepuluh malam. Hari ini, Refki memilih pulang lebih awal karena matanya terasa berat dan ia butuh tidur sebelum bangun tengah malam untuk menyelesaikan pekerjaan yang sengaja ia bawa pulang.
Davina muncul dari balik sekat dan menatapnya kaget untuk beberapa detik sebelum tersenyum.
"Kirain udah pulang daritadi." Refki menyapa lebih dulu saat perempuan itu berdiri di depannya. Wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya. Hidungnya memerah meski samar. "Sakit?"
"Flu, Mas."
"Harusnya pulang tepat waktu aja, Dav. Nggak perlu maksain."
"Nggak apa-apa, cuma flu kok. Kamu langsung pulang?"
Refki mengangguk.
"Lagi ada janji, Mas?"
"Nggak."
"Kalau makan malem bareng, mau nggak?"
Refleks, Refki melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Pukul setengah tujuh malam. Ia tidak sedang ada janji dengan Liv karena perempuan itu berniat me time malam ini dan hanya mengatakan akan menghabiskan uang di gramedia lalu makan malam di depot random. Lalu, ia akan datang dan menginap di apartemen Refki ketika malam mulai larut. Dalam beberapa waktu, Liv ingin dibiarkan menghabiskan malamnya seorang diri sebelum bergelung dalam pelukan Refki.
"Sebentar aja, Mas. Aku abis nyobain soto daging di deket kos dan rasanya enak banget. Terus inget kamu sering ngajakin aku makan soto daging waktu masih di ITB. Sekarang masih doyan, nggak?"
Di depannya, Davina menatapnya menunggu.
"Kamu bawa motor?" Alih-alih menjawab, Refki justru melempar pertanyaan.
Davina menggeleng dan Refki langsung memahami niatnya. Kontan, ia tersenyum simpul.
"Oke. Makan aja, kan?"
***
Setelah lelah mengitari gramedia dan mendapatkan beberapa novel, buku cetak untuk kuliahnya, kemudian membeli beberapa alat tulis yang menggemaskan dan menyita perhatiannya, ia bertolak menuju salah satu depot soto daging di Ngagel.
Malam ini, ia berniat me time. Pergi ke gramedia untuk berburu buku dan alat tulis, lalu makan soto daging. Apabila waktunya masih cukup dan malam belum terlalu larut, Liv akan pergi ke hypermart untuk membeli beberapa bahan makanan sebelum menuju apartemen Refki.
Satu minggu terakhir, Refki tampak overworked dan Liv ingin memberinya waktu istirahat jika malam ini laki-laki itu memutuskan pulang lebih awal dari biasanya. Maka ia mengabari kekasihnya sore tadi. Tidak lama, beberapa ratus ribu masuk ke rekeningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Night ✔
RomanceSurabaya, 2019. Refki mencintai Liv sebesar ia menghargai tiap detik di malam yang mereka lewati bersama. Liv mencintai Refki sebesar laki-laki itu meluangkan waktu untuk memberinya dekapan hangat kala malam menjelang. Meski dalam beberapa waktu, Re...