33rd Moment - Warm

9.4K 1K 35
                                    

Ini malam minggu dan Refki yang bebas dari setumpuk pekerjaannya jadi punya waktu lebih banyak untuk Liv. Lumrahnya, seperti itu. Namun, malam ini adalah pengecualian karena Liv harus membagi waktunya untuk Raga.

Refki tahu betul bahwa Liv sangat menyayangi Raga, anak semata wayang Welly dan Lita yang beberapa bulan lagi akan didaftarkan pada salah satu playgroup. Maka, ketika Liv membatalkan janji mereka dan mengatakan pada Refki bahwa ia akan mengurus Raga selama Welly menghabiskan waktu berdua dengan Lita, Refki tidak bisa menolak.

Karena ini Raga. Dan karena yang meminta adalah Liv. Meski akhirnya ia harus merelakan rencananya untuk menghabiskan malam hanya berdua dengan Liv.

Liv keluar dari kamarnya dengan navy dress selutut. Senada dengan polo shirt yang Refki kenakan. Wajahnya sudah terpoles make up. Otomatis Refki menyambutnya dengan senyum mengembang.

"Mau berangkat sekarang, Mas?"

Liv bertanya sembari memeriksa isi shoulder bagnya. Hadiah ulang tahun yang dikirim dari Pasuruan oleh Mamanya untuk Liv. Perempuan itu menjerit kegirangan sewaktu membuka sekotak kado yang berisi shoulder bag dengan model paling sederhana—katanya. Refki tidak begitu paham, sehingga ia hanya mengangguk-angguk saat Liv mengeskpresikan kegembiraannya kala itu.

"Raga baru minta susu," katanya sambil melirik Raga yang bersandar pada lengan sofa. Manik matanya fokus pada layar TV yang menayangkan kartun favorit. "Tunggu dia ngabisin susunya, Sayang."

Liv mengiakan. Diletakkan tasnya pada sofa yang kosong, lalu menghampiri Raga dan berjongkok di depan anak itu.

"Kamu minum susu terus, ih." Liv menoel pipi Raga dan ia langsung mengerang. Sengaja membuat Raga semakin kesal, perempuan itu menghadiahi kecupan bertubi-tubi pada pipi Raga. "Tadi kan udah Amy bikinin waktu baru sampai. Nanti nggak mau makan, Amy yang diomelin sama Mama kamu, Mas."

Melihat saja, Refki sudah dibuat gemas.

"Sayang," panggilnya pelan.

Liv menoleh. "Apa?"

Ditatapnya lamat-lamat bibir Liv yang malam ini dipoles lipstick—atau apa pun sebutannya—merah merona. Kelihatan sekali berhasil mempertajam penampilannya. Lalu, netranya berpindah pada pipi Raga yang bersih.

Oke, berarti aman, batinnya kegirangan.

"Aku nggak dapet juga, nih?"

Liv tidak perlu waktu untuk memproses ucapan Refki karena perempuan itu langsung melotot galak.

"Ada Raga, Mas," desisnya gemas.

"Kan biar adil, Sayang," kelakar Refki.

Diliriknya Raga yang tampak tidak peduli dengan percakapan mereka dan masih antusias pada tayangan kartun di layar TV. Biasanya, Raga akan menempeli Refki seolah ia akan menghilang jika tidak dalam jangkauan dan jarak pandangnya. Jika mengingat ucapan Liv sore tadi, sepulang dari rumah Welly, Raga merasa Refki tidak akan pergi karena saat ini mereka berada di tempat tinggal laki-laki itu.

"Mumpung dia nggak lihat," ucap Refki lagi dengan nada suara yang lebih pelan.

Liv mendengus. Tidak beranjak, tidak pula menimpali. Atensinya pun otomatis teralih kembali pada Raga yang mencolek lengan perempuan itu, kemudian berkata, "Amy, sakit perut," dengan pengucapan yang masih belum sepenuhnya fasih.

Mereka saling menatap, sebelum Liv memutusnya dan memecahkan tawa bersamaan. "Tuh kan, minum susu terus sih."

"Ayo, sama Apy aja." Refki lebih dulu beranjak, tidak membiarkan Liv menggendong Raga setelah meletakkan botol susunya yang sudah kosong di atas meja.

Too Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang