13th Moment - Questions

18.1K 1.6K 48
                                    

Nemu lagu yang super manis di Youtube, meskipun—lagi-lagi—cukup jadul. Bisa didengerin sambil baca part ini. Happy reading!

***

Refki beranjak untuk membukakan siapa pun yang saat ini berdiri di balik pintu setelah mendengar bel yang ditekan berkali-kali dengan tidak sabar. Saat mendapati Liv berdiri di balik pintu dan tersenyum riang, Refki terheran-heran. 

"Kenapa nggak langsung masuk aja, Sayang?"

"Assalamualaikum, Mas Refki."

Mendengarnya, Refki tidak bisa menahan senyum. Kemudian, menyingkir dari depan pintu agar Liv bisa masuk. "Waalaikumsalam. Tumben salam. Biasanya langsung nyelonong aja."

"Lagi kemasukan setan putih."

Kini, tawa Refki berderai. Lolos begitu saja dari bibirnya. Menjalin hubungan dengan Liv memang selalu penuh kejutan dan berwarna. Tingkahnya, celetukannya, dan pola pikirnya kerap membuat Refki takjub.

"Pacar lagi beres gini harusnya bersyukur. Bukan malah ditumben-tumbenin, diketawain lagi."

Setelah melepas pumpkin heelsnya dan meletakkan di rak sepatu dekat pintu, Liv berjalan menuju sofa sambil meletakkan tas plastik dengan logo McD di atas meja. Tepat di samping laptop Refki yang menyala dan menampilkan software SketchUp.

"Alhamdulillah, pacarku rada bener malem ini," sahut Refki sembari mendudukkan dirinya di atas karpet. Melongok ke dalam tas plastik dan aroma burger juga french fries langsung menyambutnya. "Kita dinner pakai ini?"

"Ini namanya ngemil," ujar Liv yang kini mengeluarkan dua kantong kertas dan menyobeknya dengan ganas. "Aku beliin chicken burger, soalnya minggu lalu ada yang abis cemberut gara-gara aku kasih dia cheeseeburger."

"Aku udah bilang kalau aku nggak suka roti dicampur keju. Kamu udah jadi pacarku dua tahun, tapi masih nggak hafal juga."

Refki menyeruput cola miliknya yang Liv letakkan di sudut meja. Kontan, Liv menyentil tangannya.

"Pindahin dulu laptopmu."

Menurut, Refki memindahkannya ke sisi kiri meja yang lenggang tanpa banyak bicara.

"Padahal cheeseeburger tuh surga banget, Mas." Liv mulai dengan kebiasaannya. Mempromosikan varian burger yang sangat disukainya itu. Dan ketika memiliki ide untuk memesankan varian yang sama, alasan perempuan itu adalah 'aku mau kamu nyobain makanan kesukaanku. Sekali-sekali aja.'. Kalimat pamungkas itu sungguh membuat Refki kesulitan menolak. Dan setelahnya, ia harus menahan mual karena perpaduan roti dan keju benar-benar buruk untuknya.

"Enak buat kamu, belum tentu enak buat orang lain, Sayang."

Refki melirik Liv sekilas sebelum menggigit chicken burger di tangannya.

"Nggak ada yang aneh dari kombinasi roti sama keju, Mas Sayang." Liv masih bersikeras dengan argumennya.

"Buat Mbakmu, rendang itu makanan surga karena dia cinta mati sama rendang. Tapi berlaku nggak, buat kamu? Kamu mau terima nggak, kalau Mbak Lita maksain kamu makan rendang terus-terusan cuma karena dia pengen kamu ikutin selera dia?"

"Nggak mau ... aku emosi kalau lihat rendang di meja makan. Mendingan aku dikasih makan tempe-tahu sama sambel."

Refki tersenyum kecil. "You know what I mean, Love?"

"Ini perkara preferensi soal makanan doang, nggak bikin sayangku ke kamu berkurang karena aku nggak doyan cheeseeburger yang rasanya aneh," tambah Refki, penuh pengertian.

Too Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang