21st Moment - Chat

13.6K 1.3K 29
                                    

Jam digital di meja belajarnya telah menunjukkan pukul sebelas kurang lima menit. Malam semakin larut, tetapi Liv masih terjaga di depan meja belajar dengan laptop menyala dan menampilkan jendela microsoft word, lalu di sisi kanan laptop, notebooknya yang dibuka sudah penuh coretan, dan tidak lupa satu tas plastik berisi camilan-susu coklat kemasan dan beberapa produk chips berada di sisi kanan laptop. Selain karena harus menyelesaikan deadline tugas selama dua hari terakhir, waktunya tersita untuk mengurus jobdesknya dalam proker tahunan HIMA, hari ini adalah ulang tahun Refki. Namun, laki-laki itu justru masih berada di Semarang untuk mengurus sebuah proyek di sana.

Sehari yang lalu, yang seharusnya menjadi jadwal pulang untuk laki-laki itu, tiba-tiba dibatalkan. Liv tidak terlalu mendengar penjelasan Refki yang membicarakan pekerjaannya karena terlalu kesal. Gagal sudah keinginannya untuk mengabiskan malam sebelum dan di hari ulang tahun Refki bersama-sama. Sebab laki-laki itu akan pulang ke Surabaya dua hari dari sekarang.

Liv melirik pojok kanan bawah laptopnya saat tersadar ia sudah melewatkan beberapa menit karena sibuk mengoreksi sekali lagi tugas yang akan disubmit di AULA beberapa jam lagi.

13 April 2020, 00:03.

Dengan tergesa, Liv meraih ponselnya yang ia letakkan di sudut meja dan membuka chat roomnya dengan Refki di whatsapp.

Liv: Mas Sayaaaang, selamat ulang tahun. Wish defaultnya, semoga Tuhan selalu memberkahi hidupmu, dikasih rejeki sehat terus, umurnya berkah, duitnya di rekening makin banyaaaak. Dan semoga selalu dalam lindungan Tuhan di mana pun kamu berada.

Liv: Wishnya apa lagi yaa

Liv: oh iyaa semoga kedepannya bisa dealing proyek yang lebih besar dari sekarang dan bikin portofoliomu makin kece. Semoga selalu jadi manajer yang amanah.

Liv: Dan yang paling penting, matamu dibutakan dari cewek-cewek cantik kecuali aku. Semoga gak ada pengganggu di antara kita selain benalu yang suka nempelin kamu itu. Semoga kita bisa terus sama-sama dan bisa ngerayain ulang tahunmu di tahun-tahun berikutnya barengan ya, Mas. I love you.

Mas Sayang: Telat 5 menit sayang

Liv: bukannya bilang makasih. Kebiasaan kan

Mas Sayang: iya makasih sayang. Aamiin, semoga semua doamu buat aku didengar dan dikabulkan Tuhan. Aku emang udah buta sama cewek cantik selain kamu. Kamu gak perlu khawatir

Mas Sayang: aku dapet kado apa kali ini?

Liv: aku ehehehe

Mas Sayang: kamu pakai lingerie?

Liv: kok ditebak siiiih!

Mas Sayang: hahaha ketebak. Waktu itu nanya-nanya lingerie buat apa lagi kalau bukan dipamerin ke aku

Liv: aku beli dua. Black and red. Seksi banget warnanya

Mas Sayang: aku bakal suka dua-duanya. Gak sabar ngerasain sensasi nyobek lingerienya

Liv: gak jadi aku pake didepanmu kalau disobek-sobek. Belinya mahal

Mas Sayang: aku bisa beliin lagi. Mau semua warna, sanggup

Mas Sayang: kalau dilihat doang, gak disobek, gak ada sensasinya sayang

Liv: emang aku bilang kita bakal making love? Kan gak

Mas Sayang: buat dilihatin doang? Yang bener aja sayang

Mas Sayang: gak making love juga, foreplay

Liv: kamu kan adabnya kadang minus, dikasih foreplay malah ninggalin cupang di leher

Mas Sayang: biar rambutmu gak diiket, sengaja

Liv: gak di leher kan bisa, di mana kek gitu

Mas Sayang: di mana?

Liv: harus banget aku bilang? Please, ini percakapan gila. Udah udah

Mas Sayang: I love you too sayang

Iseng, Liv buru-buru membuka lemarinya dan mengeluarkan dua lingerie yang dibelinya bersama Lita. Mengambil gambarnya dan mengirim pada Refki.

Liv: *send a pict*

Mas Sayang: kamu sengaja sayang?

Sambil membalas pesan Refki, Liv tidak sedetik pun menanggalkan senyumnya yang kian lebar.

Liv: kenapa Mas sayang? Udah on?

Liv: jangan mandi ya, nanti masuk angin

Mas Sayang: udah daritadi

Mas Sayang: bentar

Setelah menunggu selama hampir lima belas menit dengan terkantuk-kantuk di depan meja belajar, ponselnya berdering. Mas sayang is calling.

"Halo...,"

"Maaf lama, Sayang."

"Hm....," Liv menggosok matanya yang mulai terasa berat. "Ngapain? Jangan bilang...,"

"Mandi doang, kok."

Liv berusaha menahan tawanya. Ia tidak mau pintu kamar kosnya digedor karena berisik di tengah malam.

"Kamu bisa masuk angin, Mas. Otaknya tuh jangan mesum banget kenapa sih? Foto doang lho ini."

Diujung sana, Refki terbatuk sebelum menyahut, "Aku bisa bayangin kamu pakai itu dan bikin aku gila. Jangan lagi-lagi ngirim foto lingerie, Sayang."

Kini, Liv melepas tawanya pelan. "Tuh kan, udah batuk-batuk. Are you okay? Maaf ya. Aduuh, maaf banget. Kenapa kamu nggak bilang kalau lagi sakit?"

"Emang udah batuk dari pagi, Sayang. Nggak apa-apa."

"Abis minum es yang seribuan, ya?"

Liv bisa mendengar tawa Refki sebelum laki-laki itu terbatuk-batuk lagi.

"Udah deh jangan ketawa teruuus. Minum dulu baru ngomong lagi."

Refki menurut. Liv bisa mendengar laki-laki itu meneguk air putih meski samar.

"Nggak seribuan juga, Sayang. Tadi minum es cendol, seger banget siang-siang."

"Lebih seger jus wortelku, mana sehat lagi."

"Iya, lusa aku udah minum jus wortelmu lagi."

"Beneran, ya?"

"Iya, Sayang. Udah mau jam satu, tidur gih."

"Mas Refki jugaaa. Kalau butuh obat batuk, udah aku bawain di kopermu. Ada kotak kecil bening, cari aja di sana. Besok kalau masih batuk, jangan minum es, ya? Minum air putih yang nggak dingin, atau kalau ada air hangat aja biar nggak sakit tenggorokannya. Ya, Mas?"

"Iya. Mau oleh-oleh apa, Sayang?"

"Kamu."

"Selain itu?"

"Apa aja deh, yang penting enak dan bisa dimakan."

"Oke. Good night, Sayang."

"Good night, Mas Refki tidur juga. Jangan buka laptop. Udah mau pagi ini."

"Iya, I love you."

"Love you too, Darling."

***

Today is Refki's Birthday!

Ada hadiah dari Liv buat Refki yang bisa kalian lihat di IG-ku. Oh ya, jangan lupa ngucapin ya, Darling. Biar orangnya ngga ngambek.

***

April 13, 2021

Taalita

Too Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang