Bisa sambil dengerin lagu di mulmed untuk tau seberapa sayangnya mereka ke satu sama lain.
***
Sudah hampir satu jam sejak mereka mengitari hypermart, troli di depan Liv mulai terisi penuh. Dan hampir seluruh isinya adalah untuk Refki. Makanan ringan, sereal, frozen food, hingga sabun dan perlengkapan mandi lainnya. Refki baru saja diomeli karena mengirimi uang ke rekening Liv dengan jumlah yang tidak seperti biasanya. Lalu, perempuan itu dengan kalap membelanjakan untuk Refki alih-alih mengembalikannya. Sebab Liv tahu, Refki akan menolaknya.
Liv bukan tipe perempuan yang suka menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang yang tidak berguna. Uang saku yang Refki beri untuknya setiap bulan selalu berakhir dengan dibelanjakan buku. Hanya sesekali perempuan membeli baju, tas, maupun sepatu seperti kebanyakan mahasiswa yang isi rekeningnya membelendung.
Belasan tahun, Liv tidak hidup dalam kemewahan. Bahkan untuk dikatakan cukup, rasanya Refki masih ragu. Meski selama beberapa tahun terakhir, saat karir Lita mulai menanjak, Liv dan Papanya mulai bisa hidup dengan berkecukupan. Di balik itu, ada Lita yang mengorbankan dirinya untuk menjadi tulang punggung keluarga yang kokoh dan tidak mudah tergoyahkan badai. Karena itu, Refki ingin mengganti semua rasa sakit yang pernah dilalui oleh Liv-setelah Welly mengambil alih sebagian beban di pundak Lita. Refki ingin mengganti semua rasa pedih dan nelangsa yang sudah ikhlas dilewatinya dengan memberi hal-hal yang belum Liv dapat.
Jika dulu Liv hanya bisa membeli apa yang ia butuhkan, maka Refki akan memberi perempuan itu kesempatan untuk mendapatkan apa yang juga ia inginkan. Refki sudah mendengar semuanya. Keluarganya yang berantakan, Mamanya yang pergi meninggalkan segunung utang pada rentenir, Papanya yang sakit-sakitan dan tidak bisa lagi menjadi tulang punggung keluarga. Selain dari cerita Liv, Welly juga memberitahunya. Refki ingin beban itu luruh, karena Liv pantas bahagia. Perempuan itu harus bahagia dengannya.
Liv mengutarakan alasannya saat perempuan itu memprotes habis-habisan soal Refki yang ingin memberi uang saku setiap bulan. "Dari dulu, aku diajarin Papa buat beli apa yang aku butuh aja. Kalau ada uang lebih, ya ditabung. Jadi waktu kamu minta aku buat ... jajan semauku dan kamu ngirim uang sebanyak ini, aku nggak bisa."
Perdebatan itu terjadi setelah mereka menjalin hubungan di bulan ketiga dan Refki punya inisiatif untuk membuat hidup Liv jauh lebih baik secara materi saat bersamanya, meski Welly dan Lita kini juga melakukannya. Refki ingin Liv jauh dari rasa sakit, pedih, dan nelangsa. Meski ia cukup terlambat untuk melakukan hal ini.
"Mas Refki!" Refki tersentak saat Liv menyikut lengannya. "Kamu ngelamun, ya? Nggak dengerin aku ngomong?"
Liv melempar tatapan protes saat Refki meringis samar. Tangannya mengacak pelan rambut Liv yang tergerai. Liv kerap membiarkan rambutnya tergerai saat mereka atau dirinya berada di keramaian, terlebih tanpa Refki. Sebab Refki pernah memintanya dengan sangat akan hal itu. Ia tidak mau ada satu pun laki-laki yang memandangi dan membayangkan menyentuh leher mulus Liv, kecuali dirinya.
"Tadi kamu ngomong apa?"
"Kamu mau susu yang mana?" Liv menatap ke arah rak susu kotak di depannya.
Dalam setiap sesi belanja mereka, terlebih jika itu untuk Refki, Liv selalu melibatkannya. Mulai dari memilih aroma sabun dan sampo, jenis frozen food yang diinginkan, camilan yang akan disimpan di kabinet, hingga varian sereal dan susu untuk melengkapi sarapan maupun makan malamnya. Jika sebagian laki-laki malas melakukan hal itu-menemani kekasihnya mengitari pusat perbelanjaan hingga sendi-sendi kakinya berdenyut karena terlalu lama mondar-mandir dari satu rak ke rak lain, Refki justru menyenangi hal tersebut. Melihat matanya yang berbinar membuat dada Refki dipenuhi rasa bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Night ✔
RomanceSurabaya, 2019. Refki mencintai Liv sebesar ia menghargai tiap detik di malam yang mereka lewati bersama. Liv mencintai Refki sebesar laki-laki itu meluangkan waktu untuk memberinya dekapan hangat kala malam menjelang. Meski dalam beberapa waktu, Re...