Bagi pembaca dibawah umur 18 tahun dan yang tidak berkenan membaca adegan dewasa, bisa skip moment ini. I warn you, Dear.
***
Liv mengakui, Refki adalah laki-laki paling hot dan mature yang pernah dia temui. Asumsi itu hadir atas kemampuan Refki dalam memuaskannya tidak pernah gagal satu kali pun. Sebelum ia melepaskan keperawanannya dengan Refki, ia hanyalah laki-laki tampan dan memesona. Namun, pandangan itu berganti—tepatnya bertambah—setelah Refki memasukinya. Setelah Refki membuktikan kegagahannya. Dan malam itu, malam ketika ia membiarkan keperawanannya luntur, adalah malam paling luar biasa dalam hidup Liv.
Sejak saat itu, pandangannya pada Refki tidak pernah sama lagi. Meski Refki mengenakan outfit kerjanya—kemeja dan celana bahan, ia mampu terlihat berkali-kali lipat lebih menggairahkan dari sebelum mereka melakukan seks. Sejak saat itu pula, Liv menobatkan Refki sebagai laki-laki yang paling mampu membuatnya orgasme dalam hitungan detik bahkan ketika laki-laki itu tidak merayunya, maupun menyentuhnya.
Seperti malam ini. Refki pulang tepat waktu. Tepat waktu yang dalam kamus Refki adalah sebelum azan isya berkumandang.
Refki masih dengan kemeja dan celana bahannya. Lengan kemejanya dilipat hingga siku. Menampilkan otot-otot lengannya yang merupakan hasil dari pergi ke tempat gym secara rutin. Bagian belakang kemeja Refki mencuat meski sabuknya masih terpasang rapi di pinggang. Dan begini saja, dengan penampilan Refki yang sedikit berantakan dan ransel masih menggantung di pundak kanannya, Liv sudah sangat ingin melompat dalam pelukan laki-laki itu dan saling meleburkan diri.
"Hai, Sweety." Refki meletakkan ranselnya pada single sofa sebelum duduk di samping Liv. Bibirnya mendarat pada pipi Liv berkali-kali. Dadanya berdesir saat merasakan lembut dan hangat bibir Refki pada pipinya.
Ini sudah gila. Liv sudah gila.
Salahkan dosen pembimbingnya yang menyebalkan, sehingga proposalnya terus-terusan mendapat revisi. Salahkan kesibukannya yang kian gila, sehingga mereka tidak bertemu untuk beberapa hari terakhir. Salahkan pekerjaan Refki yang terkadang tidak mau mengalah dengan Liv. Salahkan pula Gista dan ide gilanya yang mengajak Liv menonton serial dewasa disela-sela kesibukan mereka.
Liv belum sempat mengontrol dirinya ketika ia sudah duduk di atas pangkuan Refki, melingkarkan lengan pada leher laki-laki itu, dan menenggelamkan wajah di sana.
"Are you okay?"
Ia mengangguk, sementara hidungnya masih sibuk menghidu aroma tubuh Refki yang memabukkan. Menembus sisa-sisa kesadaran Liv yang kian mengabur. "Hari ini nggak ke proyek?"
"Nggak, Sayang. Kenapa?"
"Kemejamu nggak bau rokok sama matahari. Terus wangi parfummu masih lumayan kerasa." Liv mengecup leher Refki singkat. Menahan diri untuk tidak menghisap dan meninggalkan jejak. "Tau nggak sih, Mas, kalau parfum yang lengket di lehermu ini bisa bikin aku gila?"
Derai tawa Refki terdengar. Tangannya mengusap punggung Liv lembut.
"I miss you," ujar Refki tanpa menjawab pertanyaan retoris Liv. Usapannya pindah ke tengkuk Liv dan ia tidak lagi mampu menahan diri.
Sewaktu Liv mengangkat wajah dari ceruk leher Refki, tatapan keduanya bertemu. Tanpa mau membuang waktu, Liv yang lebih dulu mendekatkan wajah mereka dan menggigit bibir bawah Refki sebagai permulaan. Tubuh Liv meremang ketika Refki meningkatkan gairahnya dengan menyusupkan tangan ke dalam kausnya. Tangannya yang hangat dan besar menyentuh kulit punggung Liv.
Usapan tangan Refki pada punggung Liv membuat seluruh tubuhnya bergetar. Nafsunya sudah berada di atas ubun-ubun dan ia siap melucuti pakaiannya sendiri. Namun, malam ini Refki menyentuh Liv dengan ritme yang tidak menggebu-gebu. Meski Liv bisa merasakan nafsu Refki yang sama memuncaknya dengan dirinya. Karena itu, Liv berusaha mengikuti ritme yang Refki ciptakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Too Night ✔
Roman d'amourSurabaya, 2019. Refki mencintai Liv sebesar ia menghargai tiap detik di malam yang mereka lewati bersama. Liv mencintai Refki sebesar laki-laki itu meluangkan waktu untuk memberinya dekapan hangat kala malam menjelang. Meski dalam beberapa waktu, Re...