"Jangan kaget kalau ada yang ketusuk, lo yang ngasih pisaunya ke gue."
🌃
Beberapa menit setelah terdengar bunyi bel tanda berakhirnya jam-jam membosankan di kelas, langkah-langkah penghuni SMA itu seketika ramai menjauhi gerbang sekolah. Sebagian besar dari mereka terus mengeluh sebab siang ini matahari bersinar dengan sangat terik, ditambah dengan angin yang seolah tengah sibuk menyebarkan udara panas ke seluruh kota. Tak terkecuali Nada yang bahkan malas menyebrangi lapangan di saat cuaca sepanas ini.
Gadis itu berdecak sebelum melanjutkan langkahnya menyusuri koridor untuk sampai di gerbang sekolah. Cuaca dan keadaan sekolah seperti inilah yang selalu membuat Nada ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Belum lagi tiga jam dari waktu sekarang ia sudah harus sampai di minimarket tempatnya bekerja.
Ya, berkat kesibukannya bertanya kesana-kemari dalam beberapa hari terakhir, akhirnya Nada mendapatkan pekerjaan paruh waktu dengan bayaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun ia harus membolos untuk mendapatkan informasi pekerjaan itu.
Seraya terus berjalan gadis itu menggenggam sebelum kemudian mengikat rambutnya, sengaja membiarkan tengkuk serta lehernya yang mulai berkeringat ditiup oleh angin. Mengingat kegiatan Nada belakangan ini, sebenarnya selain seniornya disana yang cukup galak dan selalu sinis ada satu lagi nilai minus dari pekerjaan itu. Yakni waktu bekerjanya.
Beberapa murid dari kelas yang dilalui oleh Nada sedikit melirik gadis yang sama sekali tidak mempedulikan apapun dan terus menatap lurus itu. Nada mulai masuk bekerja pada pukul 5 sore, dan jam bekerjanya selesai pada pukul 11 malam. Untuk ukuran anak perempuan seperti Nada, pulang sendirian saat sudah lewat tengah malam bukanlah hal yang berbahaya bukan?
Langkah Nada sedikit melambat, bersamaan dengan matanya yang menyipit sebab sinar matahari yang sangat menyilaukan ini membuatnya tidak bisa memastikan dengan jelas siapa gadis yang dilihatnya tengah melintas menuju gerbang sekolah itu. "Agatha!" Panggil Nada sebelum mempercepat langkahnya untuk mengejar sosok Agatha yang sudah menghilang.
Ada sesuatu yang harus Nada pastikan dari gadis itu, tentang Ayahnya. Ia perlu melihat secara langsung apakah Fery benar-benar ada hubungannya dengan Agatha, walaupun kemungkinan menguak keseluruhan hal itu terbilang kecil setidaknya Nada harus sedikit mencari tau. Namun belum sempat Nada kembali menyaringkan panggilannya, suara berat berupa panggilan lain yang dilontarkan untuknya membuat nafas gadis itu seketika tercekat.
Seraya terdiam di tengah koridor, Nada meneguk ludahnya saat mendengar langkah seseorang yang baru saja memanggilnya mendekat dari arah belakang. Seketika penyesalan pun menumpuk di dadanya sebab ia lebih memilih menyusuri kelas-kelas lain dibanding menyebrangi satu lapangan bersama sedikit panas sinar matahari.
"Lo kenapa menghindar dari gue?" Pertanyaan yang seharusnya ditahan itu malah spontan terucap oleh cowok yang sekarang berdiri menghalangi jalan Nada itu. Gadis yang perlahan mengangkat kepalanya itu pun terlihat sedikit memaksakan senyumnya.
"Ghara.." ujar Nada dengan kegugupan yang sangat kentara. "Gue gak menghindar, kenapa gue harus menghindar dari lo?"
Cowok yang tak lain adalah Ghara itu berusaha kembali menetralkan ekspresinya. "Tapi lo gak bales chat gue, kemarin juga lo pura-pura gak liat gue."
Nada kembali diserang kegugupan, tak menyangka cowok itu menyadari tingkahnya pagi itu, tatapan Nada tidak bisa diam dan bergerak cepat tanpa singgah pada Ghara. "Ehmm.. waktu itu hp gue mati, jadi gak sempat bales chat lo. Kemaren juga gue bukannya pura-pura gak liat lo, itu gue lagi buru-buru soalnya telat. Gue gak menghindar kok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Teen Fiction[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...