"Gue datang lo pergi, pertanda buruk bukan sih?"
⬇️
Suara hentakan dari kartu-kartu yang bertebaran di atas meja memenuhi ruangan. Sesekali diikuti dengan suara gelak tawa dari seorang pemain. Uang yang didominasi dengan warna biru itu ditumpuk ditengah meja membuat siapapun yang melihatnya tergiur.
"Wah, udah mulai aja!" Ujar seorang lelaki dengan tataan rambut berantakan. Ia langsung mendudukkan tubuhnya diatas satu kursi yang tersisa. Meskipun ruangan hanya diisi dengan lampu yang remang, matanya dapat dengan jelas melihat wajah-wajah teman bermainnya.
Udara dingin malam yang menerobos masuk melalui salah satu jendela tidak menyurutkan semangat sekumpulan cowok berandalan itu.
"Ah! Galuh ngapa coba ikut? Bikin gue bokek aja!" Salah satu dari mereka menyeletuk ketika melihat kedatangan Galuh.
Pemain yang lain hanya terkekeh seraya ber-tos dengan cowok itu. "Lo ikut di ronde kedua aja, hajar duitnya Dika!"
"Woi bangsat! Sa ae lo kompor!"
Galuh terkekeh seraya mengeluarkan semua benda yang berada didalam kantong celananya.
• • •
Gadis dengan dasi yang tidak terikat itu tampak berjalan menyusuri koridor dengan langkah berayun. Nada tampak lebih semangat hari ini.
"Pagi Er! Ganteng amat lo hari ini!" Ujar Nada ketika ia berpapasan dengan Erza. Cowok yang diajak bicara hanya melongo berpura-pura tidak kenal.
"Ohh, lo Nada Athalia yang bandel itu ya? Ada maksud apa puji-puji gue yang emang dari lahir udah tampan?" Oceh Erza menanggapi.
Gadis itu hanya menjentikkan jari didepan wajah temannya, "Gak ada apa-apa, cuma gue baru liat kegantengan lo aja hari ini."
Nada melanjutkan langkah dengan tatapan bingung dari Erza. Cowok itu mengerjap dengan pikiran sibuk menerka sekaligus meng-iyakan sendiri.
Apa Nada menang lotre ya, sampe seneng begitu? Ooh atau jangan-jangan otaknya udah beneran geser gegara gue tabok? Iya kali ya?
Disisi lain, Angkasa juga merasakan perubahan sikap teman sebangkunya. Buku pr yang ia pinjamkan sudah tersaji dengan manis dihadapan Nada, tetapi bukannya segera menyalin, gadis itu malah menompang kedua dagunya dengan tatapan mengarah keatas. Berkhayal.
"Heh, mikirin apa lo?" Ucap Angkasa sambil memukul dahi Nada.
Gadis itu hanya menggeleng lalu kembali tersenyum-senyum sendiri. Angkasa bergidik lalu segera meninggalkan kelasnya sebelum Nada benar-benar kesurupan. Cowok itu membuang waktu dengan menonton Pak Budi tengah menghukum beberapa murid di aula utama.
Senyum sinis terulas di bibirnya. Kepala sekolahnya itu tampaknya lebih suka mengurusi hal-hal yang tidak penting. Berbeda dengan kepala sekolahnya yang dahulu, Pak Abdi. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kepala sekolahnya diganti?
Angkasa mengusap kepalanya, ia seperti berfikir. Cepat atau lambat keadaan sekolahnya akan kacau dengan menjabatnya Pak Budi. Aturan-aturan yang ia berikan pasti akan bertentangan dengan kemauan para warga sekolah. Lalu ia bisa apa?
Cowok itu berjalan menuju kantin, mencoba menghilangkan beban pikirannya tentang Pak Budi dan sekolah. Mungkin dengan menemui Erza ia bisa lebih menemukan tempat yang lebih baik dibanding menemani Nada didalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
أدب المراهقين[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...