PART 35

1.1K 83 11
                                    

"Sesuatu yang kelihatan buruk belum tentu gak baik."

⬇️

Mira berjalan kesana-kemari dengan tidak tenang. Meja makan yang besarnya tak seberapa telah ia kelilingi entah berapa kali. Telapak tangannya menggenggam erat ponsel dengan gelisah.

Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, pandangannya kembali ke arah ponsel dan perempuan itu kembali menekan salah satu nomor kontak untuk menghubunginya. Sama seperti percobaan-percobaan sebelumnya, hanya terdengar suara operator yang mengatakan bahwa nomor tersebut sedang sibuk.

Mira berdecak kesal seraya menjatuhkan ponselnya ke atas meja makan. Ditariknya salah satu kursi yang kemudian diduduki dengan kasar, matanya terpejam dan otaknya bekerja keras untuk mencari solusi. Sebab dari kemarin, Fery sama sekali tidak bisa dihubungi. Pria yang berstatus sebagai ayahnya itu sama sekali tidak menjawab bahkan satu dari puluhan panggilan darinya.

Helaan nafas kembali keluar dari mulutnya sebelum pintu utama rumah dibuka dari luar. Dari tempatnya duduk, Mira dapat melihat Nada berjalan cepat memasuki rumah. Dan tanpa sedikitpun menoleh padanya, Nada dengan setengah berlari menapaki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya yang kemudian ia kunci dari dalam.

Masih sempat ia lihat adik perempuannya itu mengenakan seragam basket meskipun tertutupi oleh jaket abu-abu. Itu artinya Nada tidak membolos, Mira cukup lega menyadari hal itu.

Perempuan itu kemudian memutar tubuhnya kedepan dan melipat kedua tangan di atas meja makan. Ia paham bagaimana sikap Nada yang selalu membencinya sejak mereka kehilangan sosok ibu, dan kejadian beberapa waktu yang lalu tentu semakin merusak hubungan keduanya.

Seharusnya pun ia tidak sembarangan memasuki kamar adiknya dan melenyapkan semua foto-foto kebersamaan Nada dengan teman-temannya. Mira merutuki kebodohan serta rasa kekhawatirannya yang berlebihan, sekarang bahkan ia tidak bisa memulai obrolan dengan adiknya sendiri.

Disaat Mira masih memikirkan bagaimana cara memperbaiki jalinan komunikasinya dengan Nada, ponsel yang ada didekatnya bergetar. Notifikasi pesan dari Fery muncul disana dan langsung membuat Mira cepat-cepat meraihnya.

Harapan yang awalnya tumbuh di hatinya seketika sirna setelah membaca pesan singkat dari ayahnya itu. Mira tertawa miris seraya kembali menjatuhkan ponselnya ke atas meja makan. Beban diatas pundaknya seketika terasa semakin berat.

Ayah
Mira, jangan telfon terus, ayah lagi sibuk.

Mata perempuan itu berkaca-kaca mengingat pesan Fery yang seolah tak berdosa itu. Apakah pria itu tidak tahu dampak dari apa yang ia lakukan kepada anak-anaknya? Apakah pria itu sudah berfikir bahwa ia dan Nada tidaklah penting lagi didalam hidupnya? Apakah pria itu merasa bahwa Mira cukup kuat untuk menanggung semuanya?

Mira meraih ponselnya dan menekan lama tombol power disana, setelahnya perempuan itu dengan tidak ragu-ragu menekan tombol restart. Ia tidak butuh ponselnya lagi. Berapa pun uang yang ia dapatkan dari ponsel ini tak apa, asalkan dirinya dan Nada masih bisa bertahan hidup.

• • •

Perlahan cahaya matahari mulai menghilang di ufuk barat. Dan satu persatu lampu bertenaga listrik di rumah-rumah manusia menyala untuk menggantikan peran sang surya. Udara yang tadinya tak berpengaruh apapun pada kulit kini terasa menjadi sangat menusuk karena rendahnya suhu. Yang disayangkan, tak ada satupun benda bersinar yang menghiasi langit malam ini.

Galuh, selaku pemegang status buronan karena kabur dari rumah, sekarang malah asyik rebahan di tempat tidurnya. Tentu saja tidak ada satupun orang dirumahnya yang menyadari bahwa cowok itu sering diam-diam menyelinap ke dalam kamar dimalam hari melalui balkon.

Fake GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang