"Beruntung lho, punya sahabat yang pengertian. Lebih beruntung lagi kalau pengertiannya tulus."
⬇️
"Nada! Lagi ngapain?" ucap Lisa sambil menepuk pundak gadis yang ia panggil. Cewek dengan pakaian olahraga itu duduk disamping Nada dengan senyuman.
"Kok ngelamun? Mikirin apa? Jangan mikirin gue loh.." canda Lisa membuat Nada terkekeh pelan. Kepalanya bergerak menggeleng.
Sepanjang jam istirahat, Nada hanya duduk di bangku pinggir lapangan dengan tatapan kosong kedepan. Panasnya matahari dan tatapan aneh dari beberapa siswa yang lewat tidak ia pedulikan. Dirinya hanya butuh sendiri.
"Mau cerita?" Tawar Lisa dengan wajah meyakinkan. Nada menatap cewek itu dengan ragu lalu kembali tertawa.
"Gue gak papa kali, cuma kangen sama mama gue aja." tidak berbohong, Nada benar-benar merindukan mamanya. Sejujurnya gadis itu ragu bercerita tentang Galuh kepada Lisa.
"Mama pergi waktu gue SD, dan sekarang gue tinggal sama ayah dan kakak gue,"
Lisa mengubah posisi duduknya dan mendengarkan cerita Nada dengan seksama.
"Tiap hari gue selalu ngajak mama main, meski gue tau dia sibuk. Mama gak pernah marah atau bentak gue, bahkan gue yang pernah bentak dia," Nada tersenyum menahan sesak yang tiba-tiba menyerang.
"Kakak lo?" Tanya Lisa. Dirinya pun mulai tak peduli dengan bel masuk yang telah berbunyi.
"Kakak gue selalu diajak ayah ke kantor karena dia terlalu pendiem jadi anak, beda sama gue yang pecicilan."
Beberapa murid berhamburan keluar kantin dan pergi menuju kelas masing-masing. Siswa yang tadinya berada di lapangan pun mulai pergi. Seperti terburu-buru.
"Terus waktu itu, malam itu, gue ngajak mama ke taman bermain di deket kompleks. Gue enak-enak aja main sendirian sampai gak sadar kalo udah malam, gue kelimpungan nyariin mama yang entah kemana. Gue sempet nangis terus teriak, tetep aja gak ada orang lain disitu."
Nada menarik napas kerena sesak semakin menekan dadanya, Lisa pun serius mendengarkan dengan sesekali mengangguk.
"Disitu gue lari, pulang kerumah buat ngelaporin ke ayah gue. Tapi sampai sana, gue kaget karena tetangga ngumpul di rumah gue. Ternyata mama kecelakaan dan saat itu udah gak ada."
Lisa sedikit tersentak, dan takjub melihat Nada yang masih terlihat baik ketika menceritakan kejadian itu.
Nada menatap Lisa dengan senyum yang mengembang. "Lo tau, hari itu adalah saat pertama dan terakhir kalinya gue main ke taman bermain bareng mama. Dan dengan jahatnya gaada orang yang mau jemput gue waktu itu."
"Semuanya terlalu fokus ke mama, termasuk ayah dan kakak gue—"
Mendadak Lisa memeluk Nada erat, dan matanya memanas. Nada yang mengalami itu tetapi ia ikut merasakan sesak. Apa itu pertanda sahabat?
"Udah Nada, gak perlu se-detail itu. Lo nyiksa diri sendiri tau gak,"
Nada tertawa lalu melepas pelukan dan menatap Lisa dalam. "Kejadian itu udah lama banget kali, gue baik kok sekarang. Tenang aja sa,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Ficção Adolescente[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...