"Katanya dalam persahabatan gak ada kata maaf dan terima kasih."
⬇️
Nada menutup ruang obrolan dari layar ponselnya, baru saja ayahnya mengirim pesan bahwa ia tidak akan pulang cepat ke rumah karena suatu pekerjaan di luar kota. Sudah biasa.
Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk, dan wajah menyebalkan Mira langsung muncul dibaliknya begitu pintu terbuka.
"Dek, ayah katanya ke luar kota."
"Udah tau," ucap Nada dingin tanpa memalingkan pandangannya dari ponsel, ia masih sibuk chat-an dengan Angkasa dengan ponsel yang sedang di-charger. Ia akan pergi ke rumah sakit bersama cowok itu.
"Hp nya jangan di mainin kalok lagi di-charger."
"Berisik lo," Nada tidak peduli dan terus memainkan ponselnya.
Terdengar suara Mira menghela nafas, tumben ia tidak sabar menghadapi sikap adiknya. Ia memandangi Nada dengan tatapan kosong.
"Kamu gak sekolah?" Tanyanya lagi dan Nada langsung menatap Mira dengan malas.
"Lo gak tau sekolah gue rusuh? Beritanya udah nyebar kemana-mana pa—"
"Hah? Jadi kamu luka gara-gara itu? Astaga, Nada.. sakit? mau ke rumah sakit gak?" Potong Mira dengan tatapan khawatir.
Nada mengerutkan kening, lalu memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Padahal hari ini ia berniat pergi cepat kerumah sakit dan sekarang Mira malah mengajaknya mengobrol. "Gausah lebay deh, lo liat kan gue gak apa-apa?"
Secepat mungkin gadis itu melangkah keluar kamar karena tak ingin membuat Angkasa menunggu. Sebaik mungkin Nada menghindari kontak mata dengan kakaknya. Tentu saja Mira memanggilnya lagi. "Kamu mau kemana?"
"Rumah sakit."
Mira terdiam beberapa saat lalu melanjutkan kata-katanya," Kamu.. masih temenan sama cowok-cowok berandalan itu?"
Seketika langkah Nada terhenti dan otomatis menoleh pada kakaknya. Sungguh, ia sangat tersinggung ketika Mira mengatakan ketiga temannya berandalan. Umpatan kesal seperti tertahan di tenggorokan gadis itu.
"Maksud lo berandalan itu Angkasa, Erza sama Galuh? Lo bilang temen-temen gue berandalan?" Sebisa mungkin Nada menahan emosinya seperti yang dikatakan Angkasa selalu.
"Yaa.. menurut kakak, kamu jadi kayak gini itu karena mereka. Jadi.. lebih baik kamu jauhin aja mereka.." ujar Mira hati-hati, setelah melihat perubahan raut wajah adiknya.
"Tunggu, lo jangan sok mau ngatur gue. Jangan gara-gara kemarin gue belain lo di swalayan lo seenaknya ngatur-ngatur gue! Lo pikir gue udah jadi baik gitu? Gak, gue benci sama lo!"
Cepat-cepat Nada menuruni tangga rumahnya, panggilan lirih dari Mira tidak mampu mengurangi rasa kesal yang memenuhi rongga dadanya. Bisa-bisanya Mira mengatakan hal seperti itu kepada teman-temannya sejak kecil, bahkan mereka sudah banyak berkorban untuknya. Dasar!
Pintu utama rumah ia tutup dengan sedikit membanting dan ia segera berlari ke pinggir jalan tanpa menunggu Angkasa setelah sebelumnya menutup pagar.
• • •
Gadis dengan ikatan rambut yang tidak rapi itu kembali berdiri dari duduknya. Bersamaan dengan ia menggigit bibir merah nya. Sejak kemarin, Lisa sangat gelisah karena Nada tidak membalas satu pun pesan darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/218251241-288-k256915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girl
Teen Fiction[in a SLOW UPDATE phase, sorry] Nada Athalia. Gadis manis yang sudah dikenal oleh seluruh siswa SMA Merah Putih. Sifatnya yang tidak bisa diam, sering bolos, dan suka menghisap rokok ini membuatnya menjadi langganan masuk ruang BK. Namun keadaan ber...